JAKARTAMU.COM | Dalam Islam, doa dan dzikir memiliki tempat yang sangat penting. Namun, seorang Muslim diwajibkan untuk memastikan bahwa doa dan dzikir yang dilakukan sesuai dengan tuntunan syariat. Dalam kitab Fiqhul Ad’iyah Wal Adzkar karya Syaikh Abdurrozzaq Al-Badr, dijelaskan pentingnya berdoa dengan mengikuti panduan yang shahih agar doa-doa tersebut bermanfaat dan diterima oleh Allah.
Penjelasan Dasar
- Definisi Doa yang Tidak Ada Dasarnya dalam Syariat:
Doa-doa yang tidak diajarkan oleh Rasulullah ﷺ atau tidak bersumber dari Al-Qur’an dan Hadis yang shahih.
Doa yang mengandung kalimat atau permintaan yang bertentangan dengan akidah dan syariat, misalnya meminta sesuatu yang mustahil atau berlebihan.
- Bahaya Doa yang Tidak Ada Dasarnya:
Menyimpang dari tuntunan agama.
Mengurangi keberkahan doa karena tidak sesuai dengan yang Allah cintai.
Bisa jatuh pada perbuatan bid’ah (mengada-adakan sesuatu dalam agama).
Contoh Doa yang Tidak Ada Dasarnya
- Doa dengan Redaksi yang Berlebihan:
Misalnya, seseorang berdoa: “Ya Allah, jadikan aku makhluk paling sempurna di dunia dan akhirat, setara dengan para nabi.”
Doa semacam ini tidak sesuai dengan akidah karena tidak ada makhluk yang setara dengan nabi, dan permintaan ini melampaui batas yang wajar.
- Doa dengan Unsur Kesyirikan:
Misalnya, meminta kepada selain Allah: “Ya wali fulan (nama orang shalih), kabulkan permintaanku.”
Hal ini termasuk syirik, karena doa adalah bentuk ibadah yang hanya boleh ditujukan kepada Allah.
- Doa yang Dihiasi dengan Kata-kata Tak Bermakna atau Berpantun:
Contoh: “Ya Allah, rezeki datang melimpah seperti ombak di lautan.”
Doa semacam ini tidak pernah dicontohkan oleh Nabi ﷺ dan lebih menyerupai puisi daripada doa.
Prinsip Doa Sesuai Syariat
Syaikh Abdurrozzaq Al-Badr dalam kitabnya menekankan bahwa doa yang sesuai syariat memiliki ciri-ciri:
- Merujuk kepada Al-Qur’an dan Sunnah:
Sebaiknya doa menggunakan redaksi yang diajarkan oleh Rasulullah ﷺ, seperti doa-doa dalam hadis shahih.
Contoh: “Rabbanaa aatinaa fid-dunyaa hasanah wa fil-aakhirati hasanah wa qinaa ‘adzaaban-naar.”
- Menghindari Permintaan yang Melampaui Batas:
Allah mencintai doa yang sederhana, penuh ketundukan, dan tidak berlebihan. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Berdoalah kepada Allah dengan keyakinan bahwa doa itu akan dikabulkan, dan ketahuilah bahwa Allah tidak akan mengabulkan doa dari hati yang lalai.” (HR. Tirmidzi) - Disampaikan dengan Ikhlas dan Penuh Khusyuk:
Hati yang tulus, merasa membutuhkan Allah, dan menghindari doa dengan tujuan pamer atau riya.
Contoh Doa yang Shahih dan Bermanfaat
- Memohon Kebaikan Dunia dan Akhirat:
“Ya Allah, berikanlah aku kebaikan di dunia dan di akhirat, dan jauhkan aku dari azab neraka.”
Doa ini bersumber dari Al-Qur’an (QS. Al-Baqarah: 201).
- Memohon Ilmu yang Bermanfaat:
“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rezeki yang baik, dan amal yang diterima.”
Doa ini berasal dari hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Ibnu Majah.
Pelajaran Penting
- Jauhi Doa yang Tidak Berdasar:
Pastikan doa yang dipanjatkan memiliki dasar dari Al-Qur’an atau hadis yang shahih. Jika tidak tahu, gunakan doa-doa umum yang pasti sahih. - Hindari Keinginan Melampaui Syariat:
Jangan meminta hal-hal yang tidak layak, seperti menginginkan hal mustahil, melawan takdir Allah, atau meminta sesuatu yang melampaui kedudukan seorang hamba. - Utamakan Doa yang Sederhana dan Ikhlas:
Allah menyukai doa yang keluar dari hati dengan penuh kerendahan diri, tanpa berlebihan.
Kesimpulan
Menghindari doa yang tidak ada dasarnya dalam syariat adalah bagian dari menjaga kemurnian ibadah kita. Doa yang benar adalah doa yang sesuai dengan panduan Nabi ﷺ, tidak melampaui batas, dan penuh ketundukan kepada Allah. Dengan doa yang benar, insyaAllah, keberkahan dan pengabulan dari Allah akan lebih mudah diraih. (Dwi Taufan Hidayat)