JAKARTAMU.COM | Saridjah Niung, yang lebih dikenal sebagai Ibu Soed, adalah sosok luar biasa dalam sejarah musik dan pendidikan di Indonesia. Lahir pada 26 Maret 1908 di Sukabumi, Jawa Barat, Ibu Soed tidak hanya dikenal sebagai pencipta lagu anak-anak yang ikonik, tetapi juga sebagai sosok pendidik, seniman, dan patriot yang berjuang melalui musiknya.
Perjalanan Hidup dan Karier Ibu Soed
Ibu Soed berasal dari keluarga keturunan Bugis yang memiliki kecintaan terhadap seni dan budaya. Bakat musiknya sudah terlihat sejak kecil, dan ia mendapatkan pendidikan formal di bidang musik yang kemudian mengantarkannya menjadi salah satu komponis perempuan paling berpengaruh di Indonesia.
Pada masa penjajahan Belanda, Ibu Soed aktif dalam dunia pendidikan dan musik. Ia mengajar di berbagai sekolah dan menciptakan lagu-lagu yang membangun karakter serta nasionalisme pada anak-anak Indonesia. Melalui musiknya, Ibu Soed menanamkan semangat cinta tanah air, keberanian, dan kebanggaan terhadap budaya Indonesia.
“Tanah Airku”: Simbol Kerinduan dan Nasionalisme
Salah satu karya legendarisnya adalah lagu “Tanah Airku”, yang hingga kini tetap menggugah rasa nasionalisme setiap pendengarnya. Lagu ini diciptakan dengan penuh perasaan, melukiskan rasa cinta yang mendalam terhadap Indonesia. Liriknya yang menyentuh hati menggambarkan betapa seseorang bisa sangat merindukan tanah kelahirannya, bahkan jika berada jauh darinya.
Lirik lagu “Tanah Airku”:
“Tanah airku tidak kulupakan
Kan terkenang selama hidupku
Biarpun saya pergi jauh
Tidak ‘kan hilang dari kalbu
Tanahku yang kucintai
Engkau kuhargai…”
Lagu ini tidak hanya menjadi simbol kerinduan perantau kepada tanah airnya, tetapi juga menjadi representasi kecintaan dan kebanggaan terhadap Indonesia. Tak heran jika “Tanah Airku” sering dinyanyikan dalam berbagai acara nasional dan menjadi bagian dari warisan budaya bangsa.
Kontribusi Ibu Soed dalam Dunia Musik dan Pendidikan
Selain menciptakan lagu “Tanah Airku”, Ibu Soed juga menciptakan banyak lagu anak-anak yang hingga kini masih diajarkan di sekolah-sekolah, seperti:
“Burung Kutilang”
“Hai Becak”
“Naik Delman”
“Bendera Merah Putih”
“Desaku yang Kucinta”
Lagu-lagu ini memiliki nada yang ceria dan lirik yang sederhana, sehingga mudah dihafal oleh anak-anak. Namun, di balik kesederhanaannya, lagu-lagu ciptaan Ibu Soed sarat dengan nilai moral dan kecintaan terhadap tanah air.
Sebagai seorang pendidik, Ibu Soed juga aktif dalam mengembangkan metode pendidikan anak yang menyenangkan melalui musik. Ia percaya bahwa anak-anak bisa belajar dengan lebih baik melalui lagu dan nyanyian.
Perjuangan dan Tantangan di Masa Kolonial
Pada masa penjajahan, lagu-lagu bernuansa nasionalisme yang diciptakan oleh Ibu Soed dianggap sebagai ancaman oleh pemerintah kolonial. Beberapa lagunya dilarang dinyanyikan karena dianggap bisa membangkitkan semangat perjuangan rakyat Indonesia.
Namun, Ibu Soed tidak menyerah. Ia tetap berkarya dan berkontribusi dalam dunia pendidikan serta musik untuk membangun karakter bangsa. Semangat juangnya tercermin dalam lagu-lagunya yang penuh makna.
Warisan dan Penghormatan bagi Ibu Soed
Ibu Soed meninggal dunia pada 26 Mei 1993, namun karya-karyanya tetap abadi dan terus menginspirasi generasi demi generasi. Hingga saat ini, namanya tetap dikenang sebagai salah satu tokoh perempuan hebat dalam sejarah Indonesia.
Sebagai bentuk penghormatan, namanya diabadikan dalam berbagai institusi pendidikan dan jalan di beberapa kota di Indonesia. Selain itu, lagu-lagu ciptaannya terus diajarkan di sekolah-sekolah dan dinyanyikan dalam berbagai acara resmi maupun tidak resmi.
Ibu Soed bukan sekadar pencipta lagu, tetapi juga seorang pendidik, seniman, dan pejuang nasionalisme yang menginspirasi melalui musik. Karyanya yang penuh makna telah menanamkan rasa cinta tanah air bagi banyak generasi. Lagu “Tanah Airku” menjadi salah satu bukti bahwa musik bisa menjadi alat perjuangan dan pengikat emosi yang kuat antara rakyat dan negerinya.
Meskipun telah tiada, warisan musik dan semangat perjuangan Ibu Soed tetap hidup di hati setiap anak bangsa.