JAKARTAMU.COM — Ketua Dewan Pembina The Habibie Center, Ilham Akbar Habibie menyampaikan tausiyah tarawih, di Masjid Salman ITB Bandung, pada malam ke-7 Ramadhan 1446 atau Kamis (6/3) malam. Pada kesempatan itu Ilham menekankan makna penting sekali untuk diseimbangkan iman dan taqwa (imtaq) dengan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Menurut Ilham Habibie, keseimbangan antara Imtaq dan Iptek merupakan kunci utama dalam memahami berbagai persoalan kehidupan, termasuk untuk memahami esensi perjalanan usia yang diiringi dengan dinamika pikiran manusia.
“Dalam Islam, kita diajarkan untuk memiliki keseimbangan antara iman dan ilmu pengetahuan. Manusia harus memiliki fondasi spiritual yang kuat sekaligus wawasan teknologi yang luas,” papar Ilham.
Ia juga menyinggung, bahwa kemajuan sains modern mulai membuka perspektif baru dalam memahami peristiwa luar biasa seperti peristiwa perjalanan atau Isra Mikraj yang dialami oleh Rasulullah Saw. Salah satunya, sebut Ilham Habibie, adalah teori yang disebut sebagai konsep quantum entanglement.
“Pada teori quantum ini menunjukkan, bahwa partikel-partikel di alam semesta bisa saling terhubung secara instan; Sekali pun, antara satu partikel dengan pertikel yang lain terpisah dengan jarak yang sangat jauh,” jelas dia.
Temuan tersebut, termasuk sering juga dinugkap Ilham Habibie pada berbagai kesempatan. Dari teori quantum entanglement itu, jelas dia, pada akhirnya telah membuat tiga ilmuwan memenangkan Nobel Fisika pada 2022 yang lalu.
“Hal itu membuktikan bahwa ada hal-hal di alam semesta yang belum bisa sepenuhnya kita pahami. Begitu juga dengan Isra Mikraj yang melibatkan dimensi ruang dan waktu yang berbeda dari apa yang kita pahami sehari-hari,” tambahnya.
Dulu, tambah Ilham Habibie, suatu perjalanan dalam hitungan jam dianggap mustahil. Akan tetapi, pada saat sekarang ini sudah menjadi kenyataan. Melalui pemahaman demikian, Ilham Habibie berharap agar ummat Islam semakin terbuka dalam menyikapi hubungan antara sains dan ajaran Islam.
Ia juga menegaskan bahwa Islam adalah agama yang mendorong ummatnya untuk berpikir kritis dan terus mendorong untuk menggali ilmu pengetahuan. “Kita harus tetap berpegang teguh pada keimanan. Akan tetapi juga, kita tidak boleh menutup mata terhadap perkembangan ilmu pengetahuan,” kata Ilham Habibie mengingatkan.
Lebih lanjut ia juga mengingatkan bahwa dengan memahami sains bagi orang-orang yang berpegang teguh pada Iman dan taqwa, tentu akan semakin mengagumi kebesaran Allah Ta’ala selaku Tuhan Yang Mahapencipta yang ada di bumi dan langit.
Salah satu hal yang dipandang penting sekali, menurut Ilham Habibie, adalah pertumbuhan keunggulan iptek ummat Islam dengan kebebasan berpendapat dan toleransi. “Hal semacam ini akan mendorong kemajuan ummat Islam, sebagaimana kejayaan ilmuwan muslim pada masa Abbasiyah dahulu,” ungkap dan harapnya.
Ceramah di Masjid Salman ITB, kata Ilham Habibie, membuat dirinya teringat kembali masa-masa tahun 90-an. “Ketika itu saya menginisiasi pengajian di Amerika Serikat bersama salah satu pendiri Masjid Salman, yaitu almarhum Bang Imaduddin Abdurrahim,” kenangnya. (*)