Kamis, Maret 6, 2025
No menu items!

Implementasi dan Tantangan Beasiswa Inklusif Sang Surya

Must Read

SALATIGA, JAKARTAMU.COM | Muhammadiyah terus berupaya memperluas akses pendidikan bagi semua kalangan. Melalui Beasiswa Sang Surya, Muhammadiyah memberikan kesempatan pendidikan tidak terbatas pada kelompok tertentu. Beasiswa yang disalurkan melalui Lembaga Amil Zakat, Infak, dan Sedekah Muhammadiyah (Lazismu) ini terbuka bagi pelajar dan mahasiswa muslim maupun non-muslim.

Beasiswa Sang Surya diluncurkan PP Muhammadiyah pada 2021 dan mulai diterapkan di Jawa Tengah pada 2023. Salah satunya untuk mendukung siswa dari Sekolah Indonesia Kota Kinabalu yang ingin melanjutkan studi di Universitas Islam Negeri (UIN) Salatiga. Mereka difasilitasi Pimpinan Daerah Muhammadiyah Salatiga dan tinggal di Muhammadiyah Boarding School (MBS) dekat SMA Muhammadiyah.

“Awalnya ada 25 orang, namun dua di antaranya diterima di Universitas Sebelas Maret (UNS), sementara sisanya tetap melanjutkan studi di UIN Salatiga,” ujar Ketua Majelis Pembinaan Kader dan Sumber Daya Insani Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah, Hammam Sanadi, Senin (3/3/2025).

Beasiswa Sang Surya ini berfungsi sebagai bantuan sementara bagi mahasiswa yang masih menunggu pencairan dana dari Kartu Indonesia Pintar (KIP). “Selama dana KIP belum turun, LazisMu membantu mereka dalam kebutuhan makan, tempat tinggal, dan kebutuhan sehari-hari,” jelas Hammam yang juga Dosen di UIN Salatiga.

Hingga kini, terdapat dua kelompok penerima utama Beasiswa Sang Surya. Pertama, siswa yang sedang menempuh pendidikan di SMA dan SMK Muhammadiyah Kota Salatiga. Kedua, mahasiswa UIN Salatiga yang tinggal di Muhammadiyah Boarding School (MBS). Dari total 21 mahasiswa penerima beasiswa, 16 di antaranya beragama Islam dan lima lainnya non-Muslim.

Hammam menegaskan bahwa Beasiswa Sang Surya terbuka untuk umum dengan prioritas diberikan kepada mereka yang rentan secara ekonomi. “Kami mengutamakan mereka yang berasal dari keluarga broken home atau anak-anak pekerja migran yang ingin kembali ke Indonesia untuk melanjutkan pendidikan,” tambahnya.

Namun, keterbatasan anggaran menjadi tantangan utama dalam kelangsungan program ini. Muhammadiyah, sebagai organisasi masyarakat, hanya mampu menyediakan beasiswa bagi sekitar 20 hingga 30 mahasiswa dari keluarga pekerja migran Indonesia di Malaysia setiap tahunnya. Padahal, jumlah anak-anak yang ingin kembali dan mendapatkan pendidikan berkualitas di Indonesia terus bertambah.

“Ini menjadi tantangan bagi kami karena banyak anak pekerja migran dari berbagai sekolah di luar negeri, seperti Community Learning Center (CLC) dan Sekolah Indonesia Selangor, yang ingin melanjutkan pendidikan di Indonesia,” tutup Hammam.

Revolusi Pertanian: Robot Canggih dan Masa Depan Tenaga Kerja Manusia

JAKARTAMU.COM | China kembali menunjukkan dominasinya dalam inovasi teknologi dengan menghadirkan robot petani super canggih yang siap menggantikan tenaga...

More Articles Like This