Selasa, April 8, 2025
No menu items!

Inovasi Anak Bangsa: Warga Bandung Ciptakan Alat Penghasil Listrik dari Air Garam

Must Read

BANDUNG, JAKARTAMU.COM | Masih banyak masyarakat di Indonesia yang belum menikmati aliran listrik secara maksimal, terutama di daerah terpencil dengan infrastruktur yang belum memadai. Selain itu, ada pula yang kesulitan mengakses listrik karena faktor ekonomi. Berangkat dari permasalahan ini, seorang inovator asal Bandung, Harboyo Tahar, menciptakan teknologi energi terbarukan yang memanfaatkan air garam sebagai sumber listrik.

Pria kelahiran 1963 ini menamai temuannya “Lentari”, atau dikenal juga dengan istilah Standalone Lighting Generator (SLG). Alat berbentuk bulat ini memiliki bagian atas menyerupai lampu neon, dan ketika menyala, bentuknya mirip lampu meja. Namun, yang membedakan Lentari dari lampu biasa adalah kemampuannya menghasilkan cahaya tanpa memerlukan daya listrik maupun input charging.

Teknologi Ramah Lingkungan

Dalam presentasinya di Kantor Dinas ESDM Provinsi Jawa Barat, Harboyo Tahar—yang akrab disapa Pak Boyo—menjelaskan bahwa Lentari bekerja dengan memanfaatkan reaksi antara anoda dan katoda dalam reaktor kecil, yang kemudian ditambahkan air garam sebagai cairan elektrolit.

Cara mengoperasikan Lentari pun sangat sederhana. Pengguna hanya perlu memasukkan air garam ke dalam reaktor, mengocoknya, lalu membuang cairan tersebut. Setelah itu, Lentari akan menyala dan mampu menerangi ruangan berukuran 3×3 meter selama 20 jam.

Selain efisien, Lentari juga aman dan ramah lingkungan. “Limbah pasti ada, tapi ini adalah limbah B1 yang aman dan tidak mencemari lingkungan,” ujar Pak Boyo. Ia juga memastikan bahwa Lentari tidak menghasilkan panas meski digunakan dalam waktu lama.

Solusi Energi untuk Daerah Terpencil

Hingga saat ini, Lentari masih dibuat dalam ukuran kecil seperti lampu lentera. Namun, Pak Boyo optimistis bahwa teknologinya bisa dikembangkan untuk kebutuhan yang lebih besar, seperti penerangan jalan umum (PJU) berbasis energi air garam. Dimensi SLG pun bisa disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.

Menurutnya, inovasi ini dapat menjadi solusi bagi daerah-daerah yang masih kesulitan mengakses listrik. Dengan bahan baku yang melimpah, Lentari dapat menjadi bagian dari upaya pemerintah dalam mendorong penggunaan energi terbarukan.

“Niat saya bukan untuk bisnis. Ini berawal dari pengalaman melihat sebuah warung kecil yang gelap karena listrik mati. Anak pemilik warung itu tidak bisa belajar mengaji karena tidak ada penerangan. Dari situ saya bertanya-tanya, kenapa tidak ada alternatif listrik pengganti selain PLN?” tutur Pak Boyo.

Karena itulah, ia memilih untuk mempresentasikan inovasinya di hadapan Dinas ESDM Jawa Barat, meskipun banyak investor yang sudah tertarik untuk mengembangkan Lentari secara komersial. “Saya orang Jawa Barat, saya ingin karya saya bermanfaat bagi masyarakat. Tapi saya tidak tahu apakah pemerintah akan mendukung inovasi ini,” tambahnya.

Dukungan dari Peneliti dan Pakar Energi

Pak Boyo bukan satu-satunya yang percaya pada potensi Lentari. General Manager Pokja Mayapada Energi, Deva Dirgantara, mengungkapkan bahwa pihaknya telah membentuk kelompok kecil peneliti berbasis home laboratory untuk mengembangkan inovasi energi terbarukan.

Menurut Deva, Lentari bukan sekadar klaim keberhasilan, melainkan bukti bahwa Indonesia memiliki potensi besar dalam pengembangan teknologi energi alternatif. “Jika kita serius, Indonesia bisa memiliki pembangkit listrik sekelas mini power plant yang bisa diterapkan di berbagai pelosok negeri,” ujarnya.

Pendapat senada juga disampaikan oleh Rendra Chaerudin, Managing Operation Pokja Mayapada Energi. Ia menegaskan bahwa sudah saatnya bangsa ini mengubah cara berpikir dari sekadar mencari solusi praktis menjadi lebih fokus pada inovasi berbasis proses.

“Kita harus melihat alternatif energi seperti power plant yang tidak harus berkapasitas besar, tapi bisa diterapkan dalam skala kecil dengan teknologi tepat guna dan tersebar merata,” kata Rendra.

Selain Lentari, Pak Boyo juga telah menciptakan beberapa inovasi lain, seperti teknologi konversi solar campur air untuk nelayan di Cirebon dan aplikasi hidrogen sebagai bahan bakar alternatif untuk memasak. Salah satu inovasinya yang menarik perhatian adalah Personal Helly, sebuah helikopter mini yang dirancang untuk penyemprotan pestisida di ladang pertanian.

“Banyak yang tidak percaya bahwa helikopter kecil ini bisa berfungsi. Tapi ini memang saya rancang khusus untuk membantu petani, bukan untuk komersial,” jelasnya.

Dengan semakin berkembangnya teknologi energi terbarukan, inovasi seperti Lentari diharapkan dapat menjadi solusi bagi kebutuhan listrik masyarakat, terutama di daerah terpencil. Kini, harapan terbesar Pak Boyo adalah mendapatkan dukungan dari pemerintah agar temuannya bisa dimanfaatkan secara luas bagi kepentingan bangsa.

Prabowo Respons Tarif Trump: Kita Negosiasi tapi Tetap Harus Berdikari

JAKARTAMU.COM | Dialog Presiden Prabowo Subianto dengan tujuh jurnalis senior di perpustakaan pribadinya, Minggu (6/4/2025), juga membahas kebijakan tarif...

More Articles Like This