KETIKA dunia penuh hiruk pikuk kebencian, dendam, dan kekerasan, Islam datang membawa cahaya yang menentramkan, yakni kasih sayang. Kasih sayang bukan hanya bagian dari akhlak seorang muslim, tetapi juga merupakan inti ajaran Islam itu sendiri. Islam bukan agama kaku yang hanya berkutat pada aturan, melainkan jalan hidup yang menjunjung tinggi rahmat, kelembutan, dan kepedulian antar sesama makhluk.
Nabi Muhammad ﷺ telah bersabda dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abdullah bin ‘Amr -raḍiyallāhu ‘anhumā-:
عَن عبد اللهِ بنِ عَمْرٍو رضي اللهُ عنهما، أنَّ النبيَّ ﷺ قالَ:
«الرَّاحِمُونَ يَرْحَمُهُمُ الرَّحْمَنُ، ارْحَمُوا أَهْلَ الأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ».
[صحيح] – [رواه أبو داود والترمذي وأحمد] – [سنن أبي داود: ٤٩٤١]
“Orang-orang yang penyayang akan disayangi pula oleh Ar-Rahmān (Allah). Sebab itu, sayangilah penduduk bumi, niscaya Tuhan yang di atas langit pun akan menyayangi kalian.”
[HR. Abu Daud, Tirmidzi, Ahmad – Sahih]
Hadis ini menjadi fondasi agung dalam memahami betapa kasih sayang bukan sekadar perbuatan baik, tetapi sebuah prinsip ketuhanan yang dibalas langsung oleh Allah ﷻ. Bila manusia bersikap penyayang, maka Ar-Rahmān – Yang Maha Penyayang – akan membalasnya dengan rahmat yang lebih besar, tak terbatas, dan berkelanjutan, baik di dunia maupun di akhirat.
Kasih sayang bukan hanya untuk sesama manusia, tetapi juga kepada seluruh makhluk Allah. Bahkan terhadap hewan, tumbuhan, dan lingkungan pun Islam mengajarkan kelembutan. Nabi ﷺ pernah mengisahkan tentang seorang wanita pelacur yang diampuni dosanya hanya karena memberi minum seekor anjing yang kehausan. Sebaliknya, seorang wanita yang menyiksa seekor kucing dikabarkan masuk neraka.
Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an:
وَرَحْمَتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ
(QS. Al-A’raf: 156)
“Dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu.”
(QS. Al-A’raf: 156)
Ayat ini menjelaskan bahwa kasih sayang Allah bersifat menyeluruh dan tidak terbatas. Maka barang siapa meneladani sifat itu, ia telah menapaki jalan menuju keridhaan-Nya.
Rasulullah ﷺ adalah suri teladan kasih sayang. Setiap perilakunya—dari memperlakukan keluarga, anak-anak, sahabat, hingga musuh sekalipun—dibalut dengan kelembutan dan keinginan untuk menyelamatkan, bukan membinasakan. Dalam satu ayat, Allah ﷻ menyifatinya:
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ
(QS. Al-Anbiya: 107)
“Dan tidaklah Kami mengutus engkau (Muhammad), melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam.”
(QS. Al-Anbiya: 107)
Inilah Islam. Rahmat bagi seluruh alam. Bukan agama kebencian, bukan pula agama kekerasan. Dalam Islam, kasih sayang tidak mengenal sekat suku, warna kulit, bahkan agama. Siapa pun yang membutuhkan pertolongan, maka selayaknya seorang muslim merangkul, bukan menjauhkan.
Hadis Nabi ﷺ juga menegaskan prinsip timbal balik:
«مَنْ لاَ يَرْحَمْ، لاَ يُرْحَمْ»
[صحيح البخاري ومسلم]
“Siapa yang tidak menyayangi, tidak akan disayangi.”
[Sahih Bukhari dan Muslim]
Maka, tak ada alasan bagi kita untuk menutup hati terhadap kasih sayang. Ia bukan kelemahan, melainkan kekuatan. Ia bukan sekadar akhlak, melainkan ajaran yang menyelamatkan. Dunia hari ini menjerit karena kekurangan kasih sayang. Bila seorang muslim tak memancarkannya, maka siapa lagi yang akan menjadi lentera bagi kemanusiaan?
Maka dapat disimpulkan bahwa:
- Kasih sayang adalah identitas seorang muslim sejati.
- Islam memandang kasih sayang sebagai jalan meraih rahmat Allah.
- Memberi kasih sayang akan membawa balasan kasih dari Allah.
- Rasulullah ﷺ adalah teladan utama dalam kelembutan.
- Islam mengajarkan cinta dan rahmat, bahkan terhadap makhluk yang paling kecil sekalipun.