Rabu, Januari 15, 2025
No menu items!

Isra Mikraj: Sidratul Muntaha Menurut Tafsir Ibnu Katsir

Must Read
Miftah H. Yusufpati
Miftah H. Yusufpati
Sebelumnya sebagai Redaktur Pelaksana SINDOWeekly (2010-2019). Mulai meniti karir di dunia jurnalistik sejak 1987 di Harian Ekonomi Neraca (1987-1998). Pernah menjabat sebagai Pemimpin Redaksi Majalah DewanRakyat (2004), Wakil Pemimpin Harian ProAksi (2005), Pemimpin Redaksi LiraNews (2018-2024). Kini selain di Jakartamu.com sebagai Wartawan Senior di SINDOnews.com dan Pemimpin Umum Forum News Network, fnn.co.Id.

JAKARTAMU.COM | Sidrat al-Muntaha adalah sebagai tempat yang pernah disinggahi oleh satu-satunya manusia di muka bumi ini, yaitu oleh Nabi Muhammad SAW.

Dalam Al-Qur’an disebutkan ada empat ayat yang merujuk pada kata Sidr yaitu pada QS Saba [34] ayat 16, QS an-Najm [53] ayat 14 dan 16, dan QS al-Waqi’ah [56] ayat 28.

Arti kata Sidr pada QS Saba dan al-Waqi’ah adalah pohon bidara yang tidak berduri. Sementara arti Sidr pada QS an-Najm adalah sebuah pohon yang hanya Allah lah yang mengetahui hakikatnya. Di dekat pohon itu ada surga yang menjadi tempat tinggal roh orang-orang mukmin yang bertakwa.

Sementara untuk kata al-Muntaha, di dalam Al-Qur’an disebutkan tiga kali, yaitu dua kali dalam QS an-Najm [53] ayat 14 dan 42, dan satu kali lagi dalam QS an-Nazi’at [79] ayat 44. Arti kata al-Muntaha adalah yang paling akhir.

Firman Allah SWT:

إِذْ يَغْشَى السِّدْرَةَ مَا يَغْشَى

(Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. (QS An-Najm : 16)

Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan Sidratul Muntaha itu diliputi oleh para malaikat seperti halnya burung-burung gagak (yang menghinggapi sebuah pohon), dan Sidratul Muntaha diliputi oleh nur Tuhan Yang Maha Agung, diliputi pula oleh beraneka warna yang hakikatnya tidak aku ketahui.

Imam Ahmad meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud yang mengatakan bahwa ketika Rasulullah SAW menjalani Isra, sampailah beliau di Sidratul Muntaha yang ada di langit yang ketujuh.

Dari situlah berhenti semua yang naik dari bumi, lalu diambil darinya; dan darinya pula berhenti segala sesuatu yang turun dari atasnya, lalu diambil darinya. (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya.

Bahwa yang meliputinya itu adalah kupu-kupu emas. Dan Rasulullah SAW diberi tiga perkara, yaitu salat lima waktu, ayat-ayat yang terakhir dari surat Al-Baqarah, dan diberi ampunan bagi orang yang tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatu pun dari kalangan umatnya, yang semuanya itu merupakan hal-hal yang pasti.

Imam Muslim meriwayatkan hadis ini secara munfarid (tunggal). Abu Ja’far Ar-Razi telah meriwayatkan dari Abu Hurairah atau lainnya —Abu Ja’far ragu—yang telah menceritakan bahwa ketika Rasulullah SAW menjalani Isra, sampailah beliau di Sidratul Muntaha. Lalu dikatakan kepadanya: “Inilah Sidrah.”

Dan tiba-tiba Sidrah diliputi oleh cahaya Tuhan Yang Maha Pencipta, lalu diliputi pula oleh para malaikat yang pemandangannya seperti burung-burung gagak yang menghinggapi sebuah pohon.

Maka Allah SWT berbicara kepadanya di tempat itu. Untuk itu Allah SWT berfirman, “Mintalah!”

Ibnu Abu Najih telah meriwayatkan dari Mujahid terkait surat An-Najm: 16 ini bahwa dahan-dahan Sidrah terdiri dari mutiara, yaqut, dan zabarjad. Maka Muhammad SAW melihatnya dan melihat Tuhannya dengan mata hatinya.

Ibnu Zaid mengatakan bahwa pernah ditanyakan, “Wahai Rasulullah, sesuatu apakah yang engkau lihat menutupi Sidrah itu?”

Nabi SAW menjawab: “Aku melihat kupu-kupu emas menutupi Sidratil Muntaha, dan aku melihat pada tiap-tiap daunnya terdapat malaikat yang berdiri seraya bertasbih menyucikan Allah SWT.”

Firman Allah SWT:

مَا زَاغَ الْبَصَرُ وَمَا طَغَى

Penglihatan (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. (QS An-Najm: 17)

Ibnu Abbas ra mengatakan bahwa pandangan mata Nabi SAW tidak ditolehkan ke arah kanan dan tidak pula ke arah kiri.

وَمَا طَغَى

dan tidak (pula) melampauinya (An-Najm: 17). Yakni melampaui dari apa yang diperintahkan kepadanya.

Ini merupakan sifat yang agung yang menggambarkan keteguhan hati dan ketaatan, karena sesungguhnya Nabi SAW tidak berbuat melainkan berdasarkan apa yang diperintahkan kepadanya, tidak pula pernah meminta lebih dari apa yang diberikan kepadanya.

Firman Allah SWT:

لَقَدْ رَأَى مِنْ آيَاتِ رَبِّهِ الْكُبْرَى

Sesungguhnya dia telah melihat sebagian tanda-tanda Tuhannya yang paling besar. (QS An-Najm: 18)

Menurut Ibnu Katsir, ayat tersebut semakna dengan firman-Nya:

لِنُرِيَكَ مِنْ آيَاتِنَا

agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. ( QS Al-Isra : 1) yang menunjukkan akan kekuasaan dan kebesaran Kami.

Berdasarkan kedua ayat ini sebagian ulama ahli sunnah wal jama’ah mengatakan bahwa penglihatan di malam itu tidak terjadi, karena Allah SWT menyebutkan dalam firman-Nya: “Sesungguhnya dia telah melihat sebagian tanda-tanda Tuhannya yang paling besar.”

Ibnu Katsir mengatakan seandainya dia melihat Tuhannya, niscaya hal tersebut diberitakan dan orang-orang pun mengatakan hal yang sama.

Warming Up & Cooling Down

JAKARTAMU.COM | Awal Ramadhan 1446 H telah ditetapkan secara resmi melalui Maklumat Pimpinan Pusat Muhammadiyah tentang awal Ramadan, Syawal,...

More Articles Like This