JAKARTAMU.COM | Isra Mikraj adalah peristiwa paling luar biasa dalam sejarah Islam. Kejadian ini diabadikan Al-Qur’an dalam Surat Al-Isra’ ayat 1:
ُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ ا ١
“Mahasuci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Nabi Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidilaqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Al-Isra’ ayat 1)
Dalam sebuah kajian tentang Isra Mikraj yang diadakan pada Rabu (29/1/2025), Dr. H Ahmad Rifa’i, M.Pd.I menjelaskan bahwa peristiwa ini berlangsung dalam waktu yang sangat singkat, bukan semalam suntuk seperti yang banyak disangka orang. Rasulullah SAW tidak pergi setelah Maghrib dan kembali sebelum Subuh, melainkan hanya mengalami perjalanan yang berlangsung sekejap saja.
Beberapa hadis meriwayatkan bahwa ketika Rasulullah SAW berangkat dari rumah, pembaringannya masih dalam keadaan hangat. Hal ini menandakan bahwa beliau tidak lama meninggalkan tempat tidurnya.
Dalam riwayat lain, diceritakan bahwa ketika Rasulullah SAW meninggalkan rumah, beliau secara tidak sengaja menyenggol tempat minumnya hingga tumpah. Ketika beliau kembali, air yang tumpah tersebut masih menetes, menegaskan betapa singkatnya waktu yang berlalu.
Isra sendiri berarti perjalanan berpindah tempat. Penggunaan kata ini membantah pemahaman bahwa Rasulullah hanya bermimpi atau hanya ruhnya saja yang melakukan perjalanan. Lebih dari itu, perjalanan ini tidak dilakukan atas kehendak Rasulullah sendiri, melainkan diperjalankan oleh Allah SWT sebagai sebuah mukjizat yang luar biasa.
Salah satu inti utama dari Isra Mikraj adalah turunnya perintah shalat. Shalat merupakan kewajiban utama bagi setiap Muslim dan dalam peristiwa ini, perintah shalat tidak disampaikan melalui perantara malaikat Jibril, melainkan langsung dari Allah SWT kepada Rasulullah SAW. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya shalat dalam kehidupan seorang Muslim.
Karena sifatnya yang sangat istimewa, shalat menjadi amalan pertama yang akan diperiksa pada hari kiamat. Seorang Muslim yang meninggalkan shalat dengan sengaja menghadapi konsekuensi berat.
Imam Ahmad bahkan berpendapat bahwa seorang Muslim yang meninggalkan shalat dengan sengaja dapat dikategorikan sebagai kafir dan layak mendapatkan hukuman berat, berdasarkan firman Allah dalam QS. At-Taubah: 5:
“Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu, maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu di mana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah di tempat pengintaian. Jika mereka bertaubat dan mendirikan sholat dan menunaikan zakat, maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. At-Taubah: 5)
Hadis Rasulullah SAW juga menegaskan: “Batas antara seorang dengan kekafiran adalah meninggalkan shalat.” (HR. Jamaah kecuali Bukhari)
Memperingati Isra Mikraj seharusnya menjadi untuk memperkuat dan menjadikan salat sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Ironisnya, banyak umat Islam yang rajin menghadiri peringatan Isra Mikraj, bahkan puluhan kali sepanjang hidupnya, tetapi tetap mengabaikan kewajiban salat. Padahal, salat merupakan tiang agama dan amalan pertama yang akan dihisab di akhirat.