JAKARTAMU.COM | Setelah berkonflik panjang, Israel dan Hizbullah akhirnya sepakat untuk gencatan senjata. Gencatan senjata diumumkan pada Rabu (27/11/2024) pagi waktu setempat. Ini terjadi setelah pertemuan dengan Amerika Serikat dan Prancis sebagai penengah, sehari sebelumnya.
Kesepakatan gencatan senjata mengharuskan tentara Zionis menarik diri dari Lebanon Selatan, sedangkan Hizbullah pergi meninggalkan perbatasan Sungai Litani.
Kesepakatan ini di satu sisi menghentikan permusuhan yang telah berlangsung selama lebih dari setahun dan menelan ribuan korban jiwa. Berdasarkan perjanjian, tentara Lebanon akan mengambil alih kendali wilayah perbatasan. Sementara Hizbullah dan organisasi lainnya tidak akan diizinkan untuk mengancam keamanan Israel.
Baca juga: Genosida Israel Gunakan Sistem Penembakan AI Hasil Kerja Sama dengan India
Kendati demikian, gencatan senjata menimbulkan kekhawatiran warga Palestina di Gaza. Mereka merasa ditinggalkan karena gencatan senjata hanya mencakup Israel dan Hizbullah, tanpa melibatkan Hamas yang juga terlibat konflik dengan Israel.
Warga Palestina di Gaza khawatir bahwa Israel akan kembali memfokuskan serangannya ke wilayah mereka. Mereka kecewa dengan dunia internasional yang tidak adil dan gagal memberikan solusi bagi kedua wilayah.
Hamas sendiri berharap bahwa perluasan perang ke Lebanon dapat menekan Israel untuk mencapai gencatan senjata yang komprehensif. Namun, dengan gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah, harapan Hamas untuk mengakhiri konflik di Gaza semakin menipis.
Konflik di Gaza telah berlangsung selama 14 bulan dan menewaskan sedikitnya 44.000 orang. Warga Palestina di Gaza merasa terjebak dalam situasi yang sulit, tanpa dukungan dan belas kasihan dari dunia internasional.
Gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah tanpa kesepakatan untuk Gaza menjadi pukulan bagi Hamas. Warga Palestina di Gaza berharap dunia internasional dapat segera memberikan solusi yang adil dan mengakhiri konflik yang telah menghancurkan hidup mereka.