Minggu, April 13, 2025
No menu items!

Istidraj dalam Ilmu: Ketika Majelis Tak Lagi Berdampak pada Diri

Must Read

JAKARTAMU.COM | Banyak orang berpikir bahwa istidraj hanya terkait dengan harta dan dunia, padahal istidraj juga bisa terjadi dalam ilmu dan pemahaman agama. Allah mungkin memberikan seseorang kesempatan untuk hadir di majelis ilmu, memahami Sunnah, bahkan fasih dalam dalil dan hujjah. Namun, jika semua itu tidak membekas dalam hati, tidak memperbaiki akhlak, dan tidak mendekatkan kepada Allah, maka bisa jadi itu adalah bentuk istidraj dalam ilmu.

Allah Ta’ala berfirman:

سَنَسْتَدْرِجُهُمْ مِنْ حَيْثُ لَا يَعْلَمُونَ وَأُمْلِي لَهُمْ إِنَّ كَيْدِي مَتِينٌ

“Akan Kami siksa mereka secara berangsur-angsur (dengan istidraj) dari arah yang tidak mereka ketahui. Dan Aku memberi tangguh kepada mereka. Sesungguhnya rencana-Ku sangat kuat.” (QS. Al-Qalam: 44-45)

Rasulullah ﷺ juga bersabda:

إِذَا رَأَيْتَ اللهَ تَعَالَى يُعْطِي الْعَبْدَ مِنَ الدُّنْيَا عَلَى مَعَاصِيهِ مَا يُحِبُّ فَإِنَّمَا هُوَ اسْتِدْرَاجٌ

“Jika engkau melihat Allah Ta’ala memberikan kenikmatan dunia kepada seorang hamba yang selalu bermaksiat, padahal dia menyukainya, maka ketahuilah bahwa itu adalah istidraj.” (HR. Ahmad, shahih)

Tanda-Tanda Istidraj dalam Menuntut Ilmu

  1. Banyak menghadiri majelis ilmu tetapi tak ada perubahan dalam amal.
    Duduk di taman surga (majelis ilmu) seharusnya membuat seseorang semakin baik. Namun, jika setelah bertahun-tahun hadir dalam majelis, tetap tidak ada perubahan dalam ibadah, adab, dan interaksi sosial, ini tanda istidraj.
  2. Fasih dalam dalil tapi tak mengamalkannya.
    Pemahaman terhadap Sunnah seharusnya menjadi jalan menuju amal. Tapi jika seseorang hanya menyimpannya sebagai wawasan tanpa diamalkan, ia seperti pohon tinggi yang tak berbuah.
  3. Mudah mengkritik orang lain tetapi lalai terhadap aib sendiri.
    Ilmu seharusnya menjadikan seseorang semakin tawadhu dan sibuk memperbaiki diri, bukan sibuk mencari kesalahan orang lain.
  4. Ilmu hanya menjadi bahan perdebatan, bukan pedoman hidup.
    Jika ilmu hanya digunakan untuk berdebat dan memenangkan argumen, tanpa ada upaya untuk menjadikannya panduan hidup, maka ilmu itu bisa menjadi ujian, bukan keberkahan.

Bahaya Istidraj dalam Ilmu

Diberi pemahaman agama, tapi tak diberi taufik untuk mengamalkannya.

Fasih berbicara tentang agama, tetapi hatinya kosong dari rasa takut kepada Allah.

Ilmu justru semakin menjauhkan dari kebaikan, bukan mendekatkan kepada Allah.

Agar Terhindar dari Istidraj Ilmu

  1. Mengikhlaskan niat dalam menuntut ilmu.
    Rasulullah ﷺ bersabda:

إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ
“Sesungguhnya amal perbuatan tergantung pada niatnya.” (HR. Bukhari & Muslim)

  1. Membarengi ilmu dengan amal.
    Allah berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS. Ash-Shaff: 2-3)

  1. Memperbanyak doa agar ilmu diberkahi.
    اللَّهُمَّ انْفَعْنِي بِمَا عَلَّمْتَنِي وَعَلِّمْنِي مَا يَنْفَعُنِي
    “Ya Allah, berilah manfaat kepadaku dengan apa yang Engkau ajarkan kepadaku, dan ajarkanlah aku apa yang bermanfaat bagiku.”
  2. Tidak merasa paling tahu.
    Ibnu Mas’ud -raḍiyallāhu ‘anhu- berkata:

لَيْسَ الْعِلْمُ بِكَثْرَةِ الرِّوَايَةِ، إِنَّمَا الْعِلْمُ نُورٌ يَقْذِفُهُ اللهُ فِي الْقَلْبِ
“Ilmu bukanlah dengan banyaknya riwayat, tetapi ilmu adalah cahaya yang Allah letakkan di dalam hati.”

Jangan sampai ilmu yang kita peroleh justru menjadi alasan kita semakin jauh dari Allah. Jika ilmu tak membawa kita lebih dekat kepada-Nya, maka bisa jadi kita sedang mengalami istidraj dalam ilmu. Semoga Allah menjadikan kita termasuk orang-orang yang berilmu dan mengamalkannya.

اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنَ الْعَالِمِينَ الْعَامِلِينَ
Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang berilmu dan mengamalkannya.

Wallahu a’lam bish-shawab.

Potret Kritis Jadwal Padat dan PR Menumpuk Siswa SD Muhammadiyah

“MAIN yuk…”, “Aduh, belum selesai PR…” Ucapan semacam itu kian akrab terdengar dari mulut anak-anak usia 6-8 tahun, terutama mereka...
spot_img

More Articles Like This