JAKARTAMU.COM | I’tikaf merupakan salah satu ibadah sunnah yang sangat dianjurkan, terutama di bulan Ramadan. Secara umum, i’tikaf berarti berdiam diri di masjid dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah dengan berbagai ibadah, seperti salat, membaca Al-Qur’an, berzikir, dan berdoa. Namun, sering muncul pertanyaan: apakah i’tikaf harus dilakukan dalam waktu lama, seperti semalam suntuk atau bahkan beberapa hari? Bagaimana dengan mereka yang memiliki kesibukan dan tanggung jawab yang tidak bisa ditinggalkan, seperti pekerja, pedagang, atau orang-orang dengan jadwal padat?
Jawabannya, i’tikaf tidak harus berlangsung dalam waktu lama. Bahkan, seseorang tetap dapat mendapatkan pahala i’tikaf meskipun hanya beberapa menit atau sesaat saja, selama ia memenuhi syarat dan niat yang benar. Hal ini menunjukkan betapa luasnya rahmat Allah dalam memberikan kesempatan bagi setiap hamba-Nya untuk meraih keberkahan, tanpa harus meninggalkan kewajiban duniawinya.
I’tikaf dalam Waktu Singkat: Apakah Diperbolehkan?
Dalam fikih Islam, tidak ada ketentuan khusus mengenai minimal waktu untuk ber-i’tikaf. Ulama sepakat bahwa i’tikaf dapat dilakukan dalam waktu lama atau singkat, asalkan seseorang memenuhi syaratnya, yaitu:
- Berniat i’tikaf semata-mata karena Allah.
- Dilakukan di masjid, sebagaimana firman Allah:
وَلَا تُبَاشِرُوهُنَّ وَأَنتُمْ عَاكِفُونَ فِي الْمَسَاجِدِ
“Janganlah kamu campuri mereka (istri-istrimu) itu, sedang kamu beri’tikaf dalam masjid.” (QS. Al-Baqarah: 187)
- Melakukan ibadah di dalamnya, seperti salat, zikir, membaca Al-Qur’an, atau berdoa.
Imam Nawawi dalam Al-Majmu’ menjelaskan bahwa i’tikaf bisa dilakukan meskipun hanya sebentar. Pendapat ini didukung oleh ulama mazhab Syafi’i dan Hanbali yang berpendapat bahwa i’tikaf dapat dilakukan dalam waktu singkat, bahkan sejenak, sesuai kemampuan seseorang.
Dalil Hadis tentang I’tikaf Singkat
Rasulullah ﷺ sangat menganjurkan i’tikaf, terutama di sepuluh malam terakhir Ramadan. Dalam sebuah hadis, disebutkan:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْتَكِفُ فِي العَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
“Dahulu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu beri’tikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadan.” (HR. Bukhari & Muslim)
Meskipun Rasulullah ﷺ melakukan i’tikaf dalam waktu lama, tidak ada hadis yang menyebutkan bahwa i’tikaf harus minimal satu hari atau semalam suntuk. Sebaliknya, Islam memberikan kemudahan bagi umatnya untuk menjalankan ibadah sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Dalam riwayat lain, Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
“Sesungguhnya segala amal perbuatan itu tergantung pada niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan.” (HR. Bukhari & Muslim)
Hadis ini menegaskan bahwa meskipun seseorang hanya mampu melakukan i’tikaf dalam waktu yang singkat, selama ia berniat ikhlas dan benar, maka ibadah tersebut tetap bernilai di sisi Allah.
Keutamaan I’tikaf, Meski Hanya Sesaat
I’tikaf, meskipun hanya beberapa menit, tetap memiliki berbagai keutamaan, di antaranya:
- Mendekatkan diri kepada Allah
Dengan menyisihkan waktu khusus untuk berdiam di masjid dan beribadah, seseorang dapat lebih fokus dalam mendekatkan diri kepada Allah, tanpa gangguan urusan dunia. - Menghidupkan hati dengan zikir dan ibadah
Masjid adalah tempat terbaik untuk mengingat Allah. Sejenak ber-i’tikaf dapat memberikan ketenangan batin dan memperkuat hubungan spiritual dengan Allah. - Mendapat pahala besar
Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ دَخَلَ الْمَسْجِدَ فَهُوَ فِي الصَّلَاةِ مَا دَامَ يَنْتَظِرُ الصَّلَاةَ
“Barang siapa masuk ke masjid, maka ia dalam keadaan salat selama ia menunggu salat berikutnya.” (HR. Bukhari & Muslim)
Ini menunjukkan bahwa setiap detik yang dihabiskan dalam masjid untuk beribadah memiliki nilai pahala yang besar.
- Menghapus dosa dan meningkatkan ketakwaan
Dengan menjauhkan diri dari kesibukan dunia dan fokus beribadah, i’tikaf membantu seseorang membersihkan hatinya dari dosa-dosa kecil dan meningkatkan ketakwaan kepada Allah.
Bagaimana Cara Melakukan I’tikaf Singkat?
Bagi mereka yang memiliki jadwal padat, berikut beberapa cara untuk tetap bisa melaksanakan i’tikaf:
Datang ke masjid di sela-sela waktu luang, misalnya sebelum atau setelah bekerja, dan niatkan untuk i’tikaf.
Manfaatkan waktu antara azan dan iqamah untuk berdiam diri di masjid dengan berzikir atau membaca Al-Qur’an.
Jika memungkinkan, sempatkan waktu lebih lama setelah salat untuk tetap di masjid dan melakukan ibadah tambahan.
Gunakan waktu istirahat kerja untuk i’tikaf, jika ada masjid dekat tempat kerja.
Dengan cara ini, seseorang tetap bisa meraih pahala i’tikaf tanpa harus mengabaikan tanggung jawab pekerjaannya.
Kesimpulan
I’tikaf adalah ibadah yang sangat dianjurkan, tetapi tidak harus dilakukan dalam waktu lama. Islam memberikan kemudahan bagi setiap muslim untuk menjalankan ibadah sesuai dengan kemampuannya. Bahkan, seseorang tetap bisa mendapatkan pahala i’tikaf meskipun hanya dalam beberapa menit, asalkan dilakukan dengan niat yang tulus dan di tempat yang sesuai, yaitu masjid.
Allah Maha Pemurah dan Maha Mengetahui keterbatasan hamba-Nya. Oleh karena itu, tidak ada alasan bagi siapa pun untuk melewatkan kesempatan meraih keberkahan i’tikaf, meskipun hanya sebentar. Dengan kesungguhan hati, setiap usaha kecil yang dilakukan dalam beribadah akan bernilai besar di sisi Allah.
Sebagaimana firman-Nya:
فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ
“Barang siapa mengerjakan kebaikan seberat dzarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.” (QS. Az-Zalzalah: 7)
Semoga Allah memberi kemudahan bagi kita semua untuk menghidupkan sunnah i’tikaf dan meraih keberkahannya, baik dalam waktu yang panjang maupun singkat. (Dwi Taufan Hidayat)