Jumat, Maret 21, 2025
No menu items!
spot_img

Jangan Meremehkan Utang: Penghalang Masuk Surga

spot_img
Must Read

JAKARTAMU.COM | Dalam kehidupan sehari-hari, hutang sering kali dianggap sebagai hal yang biasa. Namun, Islam memberikan perhatian besar terhadap kewajiban melunasi hutang. Seseorang yang meninggal dalam keadaan masih memiliki hutang akan dimintai pertanggungjawaban atasnya, bahkan sampai ke akhirat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan peringatan tegas tentang bahaya meninggal dalam keadaan masih berhutang.

Dari Ibnu ‘Umar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ مَاتَ وَعَلَيْهِ دِينَارٌ أَوْ دِرْهَمٌ قُضِىَ مِنْ حَسَنَاتِهِ لَيْسَ ثَمَّ دِينَارٌ وَلاَ دِرْهَمٌ

“Barangsiapa yang mati dalam keadaan masih memiliki hutang satu dinar atau satu dirham, maka hutang tersebut akan dilunasi dengan kebaikannya (di hari kiamat nanti) karena di sana (di akhirat) tidak ada lagi dinar dan dirham.”
(HR. Ibnu Majah no. 2414, dinyatakan shahih oleh Syaikh Al-Albani)

Hadits ini menunjukkan bahwa utang adalah perkara yang akan terus melekat pada seseorang hingga diselesaikan, baik di dunia maupun di akhirat. Di dunia, hutang dapat dilunasi dengan harta. Namun, jika seseorang meninggal tanpa melunasi hutangnya, maka di akhirat hutangnya akan dibayar dengan kebaikan (pahala) yang ia miliki. Jika pahala habis sebelum hutangnya lunas, maka dosa orang yang dihutangi akan dibebankan kepadanya.

Utang: Penghalang Masuk Surga

Lebih dari itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga memperingatkan bahwa hutang bisa menjadi penghalang seseorang untuk masuk surga, bahkan jika ia mati dalam keadaan syahid di jalan Allah.

Muhammad bin ‘Abdillah bin Jihsyy radhiyallahu ‘anhu menceritakan:

كنَّا جلوسًا عندَ رسولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم ، فرَفَعَ رأسَه إلى السماءِ ، ثم وضَعَ راحتَه على جبهتِه ، ثم قال :

“Kami tengah duduk-duduk di sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka (tiba-tiba) beliau menengadahkan kepalanya ke arah langit, lantas beliau menepukkan telapak tangan beliau pada dahi beliau, seraya berkata:”

سُبْحَانَ اللّٰـهِ ، مَاذَا نُزِّلَ مِنَ التَّشْدِيدِ ؟

“Subhaanallah, betapa beratnya ancaman (yang baru saja) diturunkan!”

Lalu keesokan harinya, Muhammad bin ‘Abdillah bin Jihsyy bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

يَا رَسُوْلَ اللّٰـهِ ! مَا هٰذَا التَّشْدِيْدُ الَّذِيْ نُزِّلَ ؟

“Wahai Rasulullah! Ancaman berat apakah yang turun (yang Anda sampaikan kemarin itu)?”

Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:

وَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ ، لَوْ أَنَّ رَجُلًا قُتِلَ فِـيْ سَبِيْلِ اللّٰـهِ ثُمَّ أُحْيِيَ ثُمَّ قُتِلَ ثُمَّ أُحْيِيَ ثُمَّ قُتِلَ وَعَلَيْهِ دَيْنٌ مَا دَخَلَ الْـجَنَّـةَ حَتَّىٰ يُقْضَى عَنْهُ دَيْنُهُ

“Demi Allah yang jiwaku berada di tangan-Nya, seandainya seorang terbunuh di jalan Allah, kemudian dihidupkan kembali, kemudian terbunuh lagi, lantas dihidupkan kembali dan kemudian terbunuh (lagi di jalan Allah), tetapi ia masih memiliki hutang (yang belum dilunasi), maka ia tidak akan masuk surga sampai ia melunasi hutangnya.”
(HR. An-Nasa’i no. 4689, dinyatakan shahih oleh Syaikh Al-Albani)

Hadits ini menunjukkan betapa besarnya tanggung jawab seseorang terhadap hutangnya. Bahkan kemuliaan mati syahid tidak dapat menghapus tanggungan hutang yang belum dilunasi.

Dampak Buruk Utang

Hutang yang tidak dikelola dengan baik dapat membawa dampak negatif, baik di dunia maupun di akhirat:

  1. Menghalangi masuk surga
    Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri enggan menshalatkan jenazah seseorang yang masih memiliki hutang dan tidak meninggalkan harta untuk melunasinya.
  2. Membebani keluarga yang ditinggalkan
    Jika seseorang meninggal dalam keadaan berhutang, maka keluarganya bisa terbebani dengan kewajiban untuk melunasi hutang tersebut.
  3. Mengurangi keberkahan hidup
    Orang yang sering berhutang tanpa perhitungan cenderung mengalami kesulitan finansial dan hidupnya penuh tekanan.
  4. Menjadi sebab diambilnya pahala di akhirat
    Jika hutang tidak dilunasi di dunia, maka di akhirat hutang akan dibayar dengan kebaikan yang dimiliki oleh orang yang berhutang.

Bagaimana Menghindari Beban Utang di Akhirat?

Agar terhindar dari beban hutang yang berat, beberapa langkah yang bisa dilakukan adalah:

  1. Berhutang hanya dalam keadaan darurat
    Jangan berhutang untuk hal-hal yang tidak perlu atau konsumtif.
  2. Mencatat dan mengingat hutang yang dimiliki
    Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan agar hutang dicatat agar tidak terlupakan.
  3. Menyegerakan pelunasan hutang
    Jika memiliki kemampuan, jangan menunda pembayaran hutang.
  4. Berdoa kepada Allah agar dimudahkan dalam melunasi hutang
    Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan doa agar terbebas dari hutang:

اللَّهُمَّ اكْفِنِي بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ، وَأَغْنِنِي بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ

“Ya Allah, cukupkanlah aku dengan rezeki halal-Mu, sehingga aku tidak membutuhkan yang haram. Dan cukupkanlah aku dengan karunia-Mu, sehingga aku tidak bergantung kepada selain-Mu.”
(HR. At-Tirmidzi no. 3563, dinilai hasan oleh Syaikh Al-Albani)

Kesimpulan

Hutang bukan hanya perkara dunia, tetapi juga perkara akhirat. Jangan sampai kita meremehkan hutang, karena konsekuensinya sangat berat. Jika seseorang meninggal dalam keadaan berhutang, ia harus mempertanggungjawabkannya di hadapan Allah. Bahkan mati syahid pun tidak bisa menghapus hutang yang belum dilunasi. Oleh karena itu, jadilah orang yang berhati-hati dalam berhutang dan selalu berusaha melunasi hutang secepat mungkin.

Semoga Allah memudahkan kita untuk hidup tanpa hutang dan menjauhkan kita dari azab akibat hutang yang belum terlunasi. Aamiin. (Dwi Taufan Hidayat)

spot_img

Lazismu Gandeng BCA untuk Pembayaran ZIS Warga Muhammadiyah

JAKARTAMU.COM | Lembaga Zakat, Infaq, dan Shadaqah Muhammadiyah (Lazismu) bekerja sama dengan PT Bank Central Asia (BCA) mengenai...

More Articles Like This