Kamis, Desember 12, 2024
No menu items!

Jumatan Gaya Muslim Nusantara, Mengapa Tidak?

Jika khotib saat lebih banyak mengenakan jas ala Barat dan peci, tak ada salahnya khotib juga bisa mengenakan beskap polos dengan blangkon warna putih dan sarung batik dengan warna dasar putih.

Must Read

JAKARTAMU.COM | Dienul Islam adalah sesuatu yang final atau akhir, universal, abadi, dan tidak dapat berubah atau absolut.

Sedangkan kebudayaan bersifat particular, relatif dan temporer. Agama tanpa kebudayaan dapat berdiri sendiri sebagai agama pribadi. Akan tetapi, apabila agama tidak disupporting oleh kebudayaan maka agama tidak mudah mendapat tempat di tengah masyarakat yang selama ini hidup dalam rambu-rambu budaya

Dakwah kultural hadir untuk mengukuhkan kearifan-kearifan lokal yang ada pada suatu pola budaya tertentu dengan cara memisahkannya dari unsur-unsur yang bertentangan dengan nilai-nilai. Dakwah kultural tidak menganggap power politik sebagai satu-satunya alat perjuangan dakwah.

BACA JUGA: Strategi Dakwah Muhammadiyah: Ikut Yasinan di Malam Jumat

Dakwah kultural menjelaskan bahwa dakwah itu sejatinya adalah membawa masyarakat agar mengenal kebaikan universal, kebaikan yang diakui oleh semua manusia tanpa mengenal batas ruang dan waktu.

Sebagian kita sering menghadiri hajatan di sebuah gedung pertemuan, seperti biasa pagar bagus dan pagar ayu memakai baju adat, waktu zuhur telah masuk, karena acara dimulai pukul 12.30 WIB, para pagar bagus yang sudah mengenakan pakaian adat salat berjamaah di masjid samping tempat acara. Imamnya kebetulan juga dari salah satu pagar bagus tersebut yang memakai pakaian adat.

Hajatan adalah moment yang spesial, maka tak jarang orang yang menyelenggarakan dan menghadirinya menghormatinya dengan mengenakan pakaian yang special juga, salah satu pakaian spesial yang biasa dipakai adalah pakaian adat.

Begitu pun salat Jumat. Ibadah Jumat adalah ibadah yang spesial di hari yang spesial, maka disunnahkan ketika melaksanakannya memakai pakaian spesial.

BACA JUGA: Wali Allah Itu Bernama Kiai Haji Ahmad Dahlan

Terlihat bagus jika jumatan mengenakan baju adat. Jika selama ini jumatan lebih banyak orang mengenakan baju koko, lebih semarak lagi jika ditambah dengan yang mengenakan sorjan dan blangkon di kepala dengn sarung batiknya.

Jika khotib saat lebih banyak mengenakan jas ala Barat dan peci, tak ada salahnya khotib juga bisa mengenakan beskap polos dengan blangkon warna putih dan sarung batik dengan warna dasar putih. Begitu pun dengan petugas MC yang bertugas mengumunkan informasi sebelum khotib naik mimbar. Menarik sekali jika juga dapat mengenakan baju adat juga, baju adat muslim Nusantara, muslim di Indonesia.

BACA JUGA: Lazismu Targetkan Menghimpun Rp610,6 Miliar pada 2025

Muhammadiyah Lampung Bentuk Kader Pemberdayaan Masyarakat lewat Sekam

LAMPUNG, JAKARTAMU.COM | Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Lampung menyelenggarakan Sekolah Kader Pemberdayaan Masyarakat (Sekam). Kegiatan...

More Articles Like This