JAKARTA, JAKARTAMU.COM | Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla akhirnya angkat bicara soal hilirisasi nikel yang selama ini dijual sebagai jurus jitu Presiden Joko Widodo dalam mengolah kekayaan alam. Tapi bagi JK, realitas di lapangan jauh dari klaim indah pemerintah.
“Itu kesalahan fatal. Yang nikmati 90 persen ya China. Kita cuma dapat rusaknya,” kata JK dalam Podcast CNBC Indonesia, dikutip Jumat (18/4/2025).
Menurutnya, hilirisasi nikel yang dijalankan selama periode kedua Jokowi bukanlah kebijakan brilian, melainkan kesalahan besar. Negara memberi terlalu banyak insentif, termasuk pajak nol persen, tanpa mempertimbangkan dampak jangka panjang terhadap lingkungan maupun penerimaan negara.
“Kalau mereka (investor asing) nggak mau bayar dengan harga yang layak, ya jangan dikasih. Simpan aja. Kita bisa. Jangan semua-semua dikasih keluar,” tegasnya.
JK menyesalkan bahwa kekayaan alam seperti nikel, yang seharusnya jadi tumpuan kemakmuran, justru malah jadi sumber petaka. Lingkungan rusak, rakyat menderita, tapi keuntungan mengalir ke luar negeri.
“Kampung saya itu di Sulawesi. Saya tahu betul. Dampaknya banjir, tanah rusak, masyarakat dirugikan, dosa benar kebijakan itu. Dan yang dibayar negara? Kecil sekali,” ujarnya. “Cuma satu setengah persen untuk rehabilitasi lingkungan, itu pun nggak bisa langsung diperbaiki. Butuh waktu panjang.”
Ia menyindir para pengusaha tambang, terutama dari China, yang hanya fokus mengambil hasil tanpa peduli dampaknya. JK membandingkan dengan perusahaan tambang di masa lalu seperti Inco (sekarang Vale) yang masih punya perencanaan dan komitmen memperbaiki lingkungan.
“Sekarang? Asal garuk. Pokoknya keruk dulu, urusan nanti,” katanya pedas.
Lebih parah lagi, kata JK, hasil ekspor yang katanya bakal menambah cadangan devisa negara malah tak kelihatan wujudnya. “Pak Jokowi bilang mau dapat 500 triliun. Tapi cadangan devisa kita kok nggak naik? Dolarnya malah ke China, ke Singapura,” sindirnya.
Meski penuh kritik, JK tetap optimistis terhadap masa depan. Ia menaruh harapan pada pemerintahan Prabowo Subianto yang akan segera menjabat. “Kalau Vietnam bisa tumbuh cepat, masa kita nggak bisa? Tapi ya harus kerja keras, jangan asal-asalan,” ujar JK.