Rabu, Januari 8, 2025
No menu items!

Karangan Bunga: Praktik Mubazir dan Riya

Memberikan karangan bunga untuk menyatakan duka cita sangat tidak sesuai dengan sunnah Nabi SAW.

Must Read

SUDAH beberapa lama, saya memperhatikan tradisi seseorang memberikan karangan bunga. Beberapa tahun lalu terlihat ada karangan bunga yang diletakkan di depan halaman rumah seorang yang terpilih menjadi anggota DPR, lalu sering juga di halaman sebuah gedung sebagai ucapan selamat untuk seseorang yang baru dilantik menjadi seorang direktur, dan sebagainya,

Karangan bunga papan bukanlah sesuatu yang asing lagi bagi sebagian masyarakat Indonesia. Pajangan khas Indonesia ini biasa digunakan untuk memberikan ucapan selamat untuk pernikahan, kelahiran, ucapan selamat untuk menduduki jabatan tertentu, atau gelar tertentu, peresmian perusahaan, atau perayaan lainnya, serta ungkapan belasungkawa untuk pemakaman.

Sudah cenderung dapat dipastikan bahwa masyarakat akan menganggap apabila sebuah acara atau seseorang mendapatkan banyak kiriman karangan bunga papan, maka ia akan di anggap oleh masyarakat sekitarnya adalah orang penting yang memiliki pengaruh yang cukup kuat untuk orang banyak. Semakin besar suatu acara atau semakin terkenal seseorang, maka akan semakin banyak kiriman karangan bunganya.

Biasanya karangan bunga papan ini ditempatkan di depan rumah atau gedung tempat penyelenggaraan acara. Tapi seringkali juga dipajang secara berkelompok di jalanan apabila sang empunya acaranya mendapat kiriman yang cukup banyak, tentunya dengan tujuan karangan bunga itu dapat dilihat efektif oleh publik.

Karangan bunga yang paling sederhana saja sekarang (paling murah) tidak ada yang kurang dari Rp500 000.

Sejarah tradisi karangan bunga papan di Indonesia ini tidak bisa dilepaskan dari masa kerajaan Hindu masa lalu. Saat itu, ada seorang raja yang sedang melangsungkan pernikahan, maka istana kerajaan penuh berhiaskan berbagai macam karangan bunga. Tak ketinggalan, kiriman bunga dari kerajaan kerajaan tetangga juga memenuhi istana raja sebagai tanda penghormatan.

Kalau dicermati dengan kecerdasan yang cukup, rasanya tidak ada untungnya kita memberi/menerima karangan bunga. Saya berpendapat lebih banyak mudharatnya baik bagi yang memberi juga yang menerima dibanding manfaatnya.

Bagi yang memberi, ini semacam pemberitahuan (potensi riya lebih besar) kepada orang lain bahwa dia sangat dekat dengan pejabat A, dekat dengan pengusaha B, dan sebagainya.

Juga bisa sebagai ajang cari muka untuk pendekatan kepada atasan atau pejabat yang diberi bunga.

Sedangkan bagi yang menerima, akan merasa menjadi orang hebat, orang penting, bukan orang sembarangan. Ya, menimbulkan potensi rasa sombong cukup besar .

Di samping itu, ditinjau dari segi ekonomi, ini merupakan pemborosan. Alangkah baiknya kalau uang yang kita gunakan untuk membeli karangan bunga (yang hanya digunakan 1-2 hari) diberikan langsung kepada orang yang kita tuju. Mungkin juga dibelikan berupa barang yang mungkin bisa bermanfaat dalam waktu lama.

Namun yang menjadi kendala bagi sebagian orang kalau memberi berupa uang/barang kepada orang yang jelas-jelas baik ekonomi ataupun status sosialnya lebih tinggi, takut dianggap terlalu kecil jumlahnya. Atau barang yang kita belikan akan di buangnya ke tong sampah.

Jangan kita berpikiran negatif seperti itu. Tidak mungkin seseorang akan membuang begitu saja pemberian kita, walaupun itu jumlahnya kecil, walaupun barang yang kita beri harganya murah.

Kalau bukan orang yang kita tuju yang memanfaatkan pemberian kita, setidak-tidaknya, barang itu akan digunakan oleh sanak saudara ataupun orang lain di sekitarnya. Ini jauh lebih baik, dari pada memberi karangan bunga, yang setelah beberapa hari akan dibuang di tong sampah. Mubazir.

Apalagi kalau kita memberikan karangan bunga untuk menyatakan duka cita. Sangat tidak sesuai dengan sunnah Nabi SAW, yang menganjurkan agar kita takziah mengunjungi keluarga yang berduka dengan cara menghibur melalui ucapan dan memberikan makanan, baik makanan jadi, bahan makanan ataupun uang yang bisa bermanfaat.

Katanya karangan bunga memang ada sisi positifnya, sebagai ucapan menghibur keluarga yang berduka, tapi lebih banyak negatifnya, mubazir dan menimbulkan rasa riya. Kedua sifat ini sangat dibenci oleh agama manapun.

Jadi cukup prihatin jika tradisi memberi karangan bunga ini juga dilakukan pimpinan Muhammadiyah maupun para pimpinan AUM. Ketika Pimpinan itu sebagai contoh, maka akan diikuti oleh kader kader di bawahnya.

Budaya ini seharusnya sudah wajib ditinggalkan oleh kader-kader Muhammadiyah sebagai bentuk pemurnian agama. Ke depan, kalau ada acara di komunitas Muhammadiyah, di AUM Muhammadiyah, atau Milad Muhammadiyah, Milad Ortom dan lain lain, dana untuk beli karangan bunga diinfaq sedekahkan saja ke LazisMu.

Lebanon Pilih Presiden Setelah Dua Tahun Dipimpin Perdana Menteri

JAKARTAMU.COM | Setelah dua tahun tanpa presiden, Lebanon menggelar pemilihan presiden pada 9 Januari 2025 besok. Kekosongan terjadi setelah...

More Articles Like This