JAKARTAMU.COM | Kecewa adalah salah satu bentuk perasaan yang sulit diungkapkan dan sering kali lebih berat daripada kemarahan. Jika marah dapat diredam dengan permintaan maaf atau rekonsiliasi, maka kekecewaan biasanya meninggalkan bekas yang dalam di hati seseorang.
Kecewa sering kali tidak sepenuhnya terlupakan meski telah dimaafkan, dan hubungan pun jarang kembali seperti sediakala. Hal ini menunjukkan pentingnya menjaga hati dan perasaan orang lain agar tidak mudah mengecewakan mereka.
Kecewa dan Pentingnya Menjaga Perasaan
Dalam Islam, menjaga perasaan dan kehormatan orang lain merupakan akhlak mulia yang sangat dianjurkan. Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا
“Dan ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia.” (QS. Al-Baqarah: 83)
Ayat ini mengajarkan umat Islam untuk selalu berbicara dan berperilaku dengan cara yang baik agar tidak melukai hati orang lain. Kekecewaan sering kali muncul ketika seseorang merasa diperlakukan tidak adil atau diabaikan. Oleh karena itu, Islam mengajarkan untuk berhati-hati dalam berucap dan bertindak agar tidak mengecewakan orang lain.
Rasulullah ﷺ juga bersabda:
لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
“Tidaklah sempurna iman seseorang di antara kalian hingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari, no. 13; Muslim, no. 45)
Hadis ini menekankan bahwa kita harus memperlakukan orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan. Dengan memiliki empati, kita akan lebih berhati-hati untuk tidak menyakiti atau mengecewakan orang lain.
Marah dalam Pandangan Islam
Meski kecewa lebih dalam dampaknya, Islam juga memberikan perhatian pada pengelolaan marah. Marah adalah emosi yang wajar, tetapi harus dikendalikan agar tidak membawa keburukan. Rasulullah ﷺ memberikan panduan bagi umatnya untuk mengendalikan amarah:
إِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ وَهُوَ قَائِمٌ فَلْيَجْلِسْ، فَإِنْ ذَهَبَ عَنْهُ الْغَضَبُ، وَإِلَّا فَلْيَضْطَجِعْ
“Apabila salah seorang di antara kalian marah dalam keadaan berdiri, maka hendaklah dia duduk. Jika amarahnya belum hilang, maka hendaklah dia berbaring.” (HR. Abu Dawud, no. 4782; Ahmad, no. 21337)
Langkah-langkah ini membantu seseorang untuk menenangkan diri dan tidak bertindak impulsif. Selain itu, wudhu juga dianjurkan sebagai cara untuk meredam amarah karena air wudhu dapat menenangkan jiwa.
Dalam hadis lain, Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ كَظَمَ غَيْظًا وَهُوَ قَادِرٌ عَلَى أَنْ يُنْفِذَهُ، دَعَاهُ اللَّهُ عَلَى رُءُوسِ الْخَلَائِقِ حَتَّى يُخَيِّرَهُ مِنْ الْحُورِ الْعِينِ مَا شَاءَ
“Barang siapa menahan amarah padahal dia mampu melampiaskannya, maka Allah akan memanggilnya di hadapan seluruh makhluk-Nya pada hari kiamat dan memberinya pilihan bidadari mana saja yang dia inginkan.” (HR. Abu Dawud, no. 4777)
Hadis ini menunjukkan besarnya pahala bagi orang yang mampu mengendalikan amarahnya.
Menghindari Kekecewaan Orang Lain
Kekecewaan sering kali tidak terlihat secara langsung, tetapi bekasnya dapat dirasakan dalam hubungan sosial. Maka, penting bagi kita untuk menjaga lisan dan perbuatan agar tidak menyakiti hati orang lain. Allah mengingatkan dalam firman-Nya:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَلِمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian saling mencela dan memanggil dengan julukan-julukan yang buruk.” (QS. Al-Hujurat: 11)
Selain itu, penting juga untuk segera meminta maaf jika kita merasa telah mengecewakan seseorang. Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَهُوَ مُحِقٌّ بَنَى اللَّهُ لَهُ بَيْتًا فِي أَعْلَى الْجَنَّةِ
“Barang siapa meninggalkan perdebatan, meskipun dia benar, maka Allah akan membangunkan baginya sebuah rumah di surga yang paling tinggi.” (HR. Abu Dawud, no. 4800)
Kecewa dan marah adalah bagian dari fitrah manusia, tetapi Islam memberikan panduan untuk mengelola keduanya dengan bijak. Kecewa harus dihindari dengan menjaga lisan dan tindakan, sedangkan marah harus dikendalikan sesuai ajaran Rasulullah ﷺ. Dengan meneladani nilai-nilai ini, kita dapat menciptakan kehidupan yang lebih damai dan penuh keberkahan.
Semoga kita termasuk hamba-hamba Allah yang mampu menjaga hati dan hubungan dengan sesama, sehingga mendapatkan ridha-Nya. Aamiin. (Dwi Taufan Hidayat)