APA yang tidak dioplos di negeri ini? Gas oplosan, beras oplosan, minyak goreng oplosan, minyak wangi oplosan, cat tembok oplosan, miras oplosan dan sebagainya.
Berita viral menjelang Ramadan 1446 Hijriyah yang dikhawatirkan menjadi bola liar adalah Pertamina diduga mengoplos bahan bakar minyak (BBM). BBM yang sebenarnya merupakan RON 90 dibeli dengan harga RON 92 (kualitas lebih tinggi), lalu diduga dicampur atau dioplos. Publik marah, sekelas Pertamina mengoplos BBM? Apa benar informasi yang beredar ini?
”Mix, blend, oplosan, itu istilah yang sama saja,” kata Ustaz H Sihabuddin Umar SE MM pada Kajian Rabu Malam, 26 Februari 2025 di Masjid Al Huda Pisangan Timur, Jakarta Timur menanggapi berita viral itu.
Oplos berkonotasi ilegal atau curang. Kualitas produknya tidak bisa dipertanggungjawabkan. Tetapi Sihabuddin mengingatkan fenomena pada era 1990-an sampai 2000-an, ketika uang belum populer untuk zakat fitrah. Panitia lokal masjid dan musala mengumpulkan seluruh beras zakat yang disetorkan masyarakat dalam karung atau wadah.
Setelah dicampur, barulah beras ditimbang lagi dan dimasukkan kemasan plastik ukuran 5 kilogram, untuk disalurkan kepada duafa sejak malam takbiran hingga menjelang subuh. Beras zakat fitrah pun dioplos. Itulah faktanya. Namanya juga oplosan, beras zakat yang diterima mustahik pun beragam jenis, bentuk, dan mungkin juga rasanya. Sebab setiap muzakki menyerahkan beras zakat sesuai dengan yang mereka makan di rumah.
Ada anggapan, beras murah kalau dioplos dengan beras mahal konon lebih enak rasanya. Mungkin saja benar buat lidah mereka yang biasa makan beras murah. Tapi entah bagi orang yang biasa makan beras mahal. Tetapi apa pun, praktik ini tidak dianggap melanggar hukum karena tujuannya untuk penyetaraan kebaikan.
Kisah Penjual Susu di Zaman Umar bin Khattab
Sihabuddin lalu menceritakan kisah penjual susu di zaman Khalifah Umar bin Khattab. Di masa kepemimpinannya, Umar melarang penjualan susu dicampur air. Suatu malam dia berkeliling Kota Madinah seperti kebiasannya. Setelah beberapa lama, dia bersandar di sebuah dinding rumah untuk beristirahat.
Tak sengaja Umar mendengar seorang wanita berpesan kepada puterinya untuk mencampur susu dengan air. Maka sang puteri tersebut berkata, ‘Bagaimana aku mencampurnya sedangkan Amirul Mukminin melarang hal tersebut.” Lalu wanita tersebut berkata, “Amirul Mukminin tidak mengetahuinya.” Maka sang anak menjawab, “Jika Umar tidak mengetahuinya, maka Tuhannya Umar mengetahuinya. Aku tidak akan melaksanakannya selama hal tersebut telah dilarang.”
Ucapan sang anak perempuan tersebut sangat berkesan di hati Umar bin Khattab Radhiyallahu anhu. Maka di pagi harinya dia memanggil puteranya bernama Ashim. Umar menceritakan kejadian malam itu lalu berkata, “Pergilah wahai anakku, nikahilah anak tersebut.” Maka akhirnya Ashim menikahi puteri tersebut. Dari perkawinan tersebut, lahirlah Abdu Aziz bin Marwan bin Hakam, lalu lahir Umar bin Abdul Aziz.
”Hanya kejujuran yang bisa melawan keserakahan,” ungkap Sihabuddin Umar menutup kajian itu. Salah satu tolok ulur keberhasilan ibadah Ramadan adalah meningkatnya derajat takwa, salah satu nilainya adalah kejujuran diterapkan masing-masing pribadi muslim pada masyarakatnya. Masyarakat yang jujur pada gilirannya menghasilkan para pemimpin yang jujur. (*)