JAKARTAMU.COM | Alkisah ada seorang anak, sebut saja namanya Sholeh. Orang tuanya ingin dia menjadi seorang ulama. Itu sebabnya Sholeh dititipkan di sebuah pondok pesantren sejak kecil. Tak lupa mereka selalu mendoakan Sholeh.
Apa yang terjadi di pondok? Ternyata Sholeh anak yang gampang ngantuk di kelas. Prestasi akademiknya paling rendah dari santri-santri lain. Tapi anehnya Sholeh adalah santri yang disayang kiai pimpinan pondok, yang juga selalu mendoakannya.
Suatu waktu, sang Kiai tidak lagi mewajibkan Sholeh mengikuti pelajaran formal di kelas. Malah dia diminta tinggal di rumah sang kiai. Tak seorang pun bisa membayangkan hal itu terjadi pada Sholeh.
Di rumah itu, tugasnya Sholeh hanya melayani sang kiai. Jika ada undangan ceramah keliling kampung, dia mengantar dan mendampingi kiai sepuh. Bila menerima tamu, dia bertugas melayani tamu dan mencatat apa saja isi pertemuan tersebut. Sholeh juga mendampingi kiai ketika menemui para pejabat dan tokoh masyarakat. Ini terus menerus dilakoninya dengan ikhlas selama bertahun tahun.
Hingga suatu ketika, sang Kiai merasa tidak sanggup lagi memimpin pondok karena usianya semakin sepuh. Singkat cerita, Sholeh yang diangkat menjadi pimpinan pondok. Mengapa? Sholeh dianggap sebagai duplikat sang Kiai. Adab dan etikanya, juga aspek pengetahuan materi agama.
Ini karena Sholeh setia mendampingi sang Kiai berceramah keliling kampung. Sholeh juga pandai mengatur administrasi pondok pesantren karena bertahun tahun menjadi juru tulis Kiai. Soal komunikasi, jangan diragukan lagi, Sholeh juga piawai bernegiosiasi dan bersosialisasi dengan masyarakat karena cukup lama melihat bagaimana sang Kiai berinteraksi formal maupun informal.
Itulah kekuatan doa. Pada hakikatnya semua urusan berada di tangan Allah. Manusia yang sangat lemah akan selalu membutuhkan pertolongan dari-Nya untuk menghadapi problem hidup, mulai yang kecil sampai yang besar. Itu sebabnya setiap muslim dituntun mengadukan atau curhat untuk semua urusan kepada Allah SWT.
Doa dalam Islam memiliki kedudukan sangat mulia, senjatanya orang beriman untuk mencegah keburukan menimpa manusia. Allah sangat mencintai orang yang bersandar kepada-Nya. Karena itu, jangan pernah meremehkan doa, apalagi merasa bahwa doa yang dipanjatkan itu sia-sia. Kisah di atas adalah contoh bagaimana kekuatan doa jauh melampui kemampuan imajinasi manusia.
Manusia hanya diwajibkan berikhtiar semaksimal mungkin, lalu akhiri dengan tawakal kepada Allah SWT. Tawakal berarti berserah diri, mempercayakan sepenuh hati tentang apa yang akan terjadi kemudian hanya kepada Allah. Meyakini bahwa Allah SWT akan memberikan yang terbaik.
Di saat yang sama, ikhtiar tetap dilaksanakan dengan keyakinan sempurna, bahwa hanya Allah SWT yang memberi rezeki, menciptakan, menghidupkan, dan mematikan. Tiada tuhan yang berhak disembah selain Dia, dan tiada yang berkuasa selain Dia. Alllah yang Maha Mendengar tidak mungkin mengabaikan hambanya yang Ikhlas bermunajat.
Bulan Ramadan ini adalah waktu yang sangat tepat untuk bermunajat, mencurahkan segala masalah dan memohon pertolongan Allah. Kata Nabi, orang yang berpuasa dengan sungguh-sungguh adalah satu dari tiga jenis manusia yang doanya akan dikabulkan Allah sebagaimana hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.
“Tiga orang yang doanya tidak tertolak: orang yang berpuasa sampai ia berbuka, pemimpin yang adil, dan doa orang yang dizalimi.” (HR. Ahmad)