JAKARTAMU.COM–Betapa sering manusia terlena dengan angan-angan bahwa ajalnya masih jauh, hingga ia terlalu sibuk mengejar kesenangan dunia dan melupakan persiapan untuk akhiratnya. Padahal, banyak bukti di sekitar kita bahwa ajal tidak mengenal usia, waktu, atau tempat. Orang yang sehat bisa wafat seketika, yang muda pun bisa dipanggil kapan saja.
Allah Subhanahu wa Ta’ala mengingatkan dalam firman-Nya:
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۖ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۖ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan hanya pada hari Kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh ia memperoleh kemenangan. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdaya.” (QS. Ali Imran: 185)
Rasulullah ﷺ juga bersabda:
أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَادِمِ اللَّذَّاتِ
“Perbanyaklah mengingat pemutus kelezatan (yaitu kematian).” (HR. Tirmidzi, no. 2307. Dinilai hasan oleh Al-Albani)
Kematian adalah peringatan terbesar bahwa dunia hanyalah persinggahan sementara, dan kehidupan sejati ada di akhirat. Kubur menjadi tempat bagi segala usia, karena syarat mati tidak harus tua, sakit, atau berada di tempat tertentu. Rasulullah ﷺ bersabda:
الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ، وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ
“Orang yang cerdas adalah orang yang selalu menghisab dirinya dan beramal untuk kehidupan setelah mati, sedangkan orang yang lemah adalah yang mengikuti hawa nafsunya dan berangan-angan terhadap Allah.” (HR. Tirmidzi, no. 2459. Hadis hasan)
Oleh karena itu, jangan biarkan diri kita terbuai oleh gemerlap dunia. Persiapkanlah bekal amal shalih selagi kita masih diberi kesempatan hidup. Kematian bergerak tanpa henti, mengintai di waktu siang maupun malam, menemui siapa saja tanpa terkecuali.
Rasulullah ﷺ mengingatkan:
بَادِرُوا بِالْأَعْمَالِ سَبْعًا: هَلْ تَنْتَظِرُونَ إِلَّا فَقْرًا مُنْسِيًا، أَوْ غِنًى مُطْغِيًا، أَوْ مَرَضًا مُفْسِدًا، أَوْ هَرَمًا مُفْنِدًا، أَوْ مَوْتًا مُجْهِزًا، أَوْ الدَّجَّالَ فَشَرُّ غَائِبٍ يُنْتَظَرُ، أَوْ السَّاعَةَ فَالسَّاعَةُ أَدْهَى وَأَمَرُّ
“Bersegeralah beramal sebelum datang tujuh perkara: kemiskinan yang melalaikan, kekayaan yang memabukkan, penyakit yang merusak, usia tua yang melemahkan, kematian yang mendadak, Dajjal sebagai seburuk-buruk yang ditunggu, atau kiamat yang lebih dahsyat dan pahit.” (HR. Tirmidzi, no. 2306. Hadis hasan)
Hikmahnya, mari kita gunakan waktu yang tersisa ini untuk mengumpulkan amal shalih, memperbanyak istighfar, dan bersyukur atas kesempatan yang Allah berikan. Jangan sia-siakan kehidupan di dunia ini karena sejatinya ia hanyalah ladang untuk akhirat. Semoga Allah memudahkan kita dalam meraih husnul khatimah. Aamiin.
Dwi Taufan Hidayat, Penasihat Takmir Mushala Al-Ikhlas Desa Bergas Kidul Kabupaten Semarang