Selasa, Januari 7, 2025
No menu items!

Kenapa Kristen Ortodok Rayakan Natal 7 Januari?

Must Read

KETIKA sebagian besar masyarakat Kristen di dunia mengenal perayaan Natal pada tanggal 25 Desember, Gereja Ortodoks Timur memperingati hari kelahiran Yesus Kristus pada tanggal 7 Januari. Perbedaan ini memberikan warna tersendiri dalam sejarah dan praktik keagamaan.

Perayaan Natal pada 7 Januari umumnya dilakukan oleh gereja-gereja Ortodoks di Rusia, Georgia, Yerusalem, Polandia, Serbia, biara-biara Athos di Yunani, serta Gereja Katolik Timur dan kelompok Orang-Orang Percaya Lama. Tradisi ini berakar dari penggunaan kalender Julian, yang berbeda 13 hari dari kalender Gregorian yang digunakan secara luas di dunia.

Ceritanya, pada tahun 1582, Paus Gregorius XIII memperkenalkan sistem penanggalan baru yang disebut kalender Gregorian untuk mengoreksi peningkatan desinkronisasi antara kalender Julian (kalender resmi Kekaisaran Romawi) dengan tahun astronomi. Semua hari libur permanen, termasuk Natal pada tanggal 25 Desember, ditambahkan ke kalender baru. 

Baca juga: Natal yang Muram di Bawah Bayang-Bayang Genosida di Gaza

Tetapi sejumlah gereja, termasuk Gereja Ortodoks Rusia tetap menggunakan kalender Julian. Natal Ortodoks mulai dirayakan pada 7 Januari, yang bertepatan dengan 25 Desember menurut kalender Julian pada 1918.

Tidak ada kesepakatan pasti mengenai kapan Yesus Kristus dilahirkan. Beberapa pakar berpendapat bahwa kelahiran Yesus lebih mungkin terjadi pada musim semi. Hal ini didasarkan pada referensi dalam Alkitab yang menyebutkan para gembala sedang menjaga ternak mereka di padang rumput saat kelahiran Yesus. Kondisi ini dianggap tidak lazim terjadi pada musim dingin yang biasanya sangat dingin di kawasan tersebut.

Dr. H.I. Misa, dari General Conference Gereja Advent Masehi Hari Ketujuh, menjelaskan bahwa ornamen Natal seperti palungan, bintang berkedip di langit, dan pohon cemara yang bersalju lebih merupakan imajinasi budaya daripada merujuk langsung pada Alkitab. 

Ia menegaskan bahwa di Bethlehem, tempat kelahiran Yesus, tidak ada salju pada bulan Desember, dan bintang-bintang tidak terlihat jelas selama musim dingin.

”Pada ornamen itu digambarkan seakan Yesus lahir di kandang domba pada musim salju. Padahal tanggal 25 Desember di Batlehem, kota tempat kelahiran Yesus tidak terdapat musim salju.  Dan pada musim salju, bintang tidak akan terlihat,” kata HI Misa.

Baca juga: Hukum Mengucapkan Natal: Begini Pendapat Ustaz-Ustaz Kondang Negeri Ini

Kelahiran Yesus Menurut Al-Qur’an

Kisah kelahiran Nabi Isa ‘alaihis salam (Yesus) juga disebutkan Al-Qur’an. Ustaz Abu Umar Hikmatyar, seorang alumni Universitas Al-Azhar, menjelaskan bahwa Al-Qur’an memberikan indikasi bahwa kelahiran Isa terjadi pada musim panas. 

”Maka Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh. Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, dia berkata: “Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi barang yang tidak berarti, lagi dilupakan”.

”Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah: “Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu.” (QS. Maryam: 22-25).

Baca juga: Terowongan Istiqlal – Katedral Dibuka saat Perayaan Natal

Tiga ayat di atas mengisahkan bagaimana Maryam bersandar pada pohon kurma yang buahnya sudah matang saat Yesus lahir. Dalam konteks Timur Tengah, kurma matang biasanya ditemukan pada musim panas, bukan musim dingin.

“Buah kurma matang (‘ruthoban janiyya’) yang disebutkan dalam ayat itu adalah kurma matang penuh, yang hanya bisa ditemukan pada bulan-bulan panas seperti Juni hingga Agustus,” ujar Abu Umar, yang pernah tinggal selama satu dekade di Timur Tengah. 

“Ini berbeda dengan atribut-atribut kelahiran Yesus yang sering digambarkan dengan salju dan pohon cemara,” tambahnya.

Haedar Nashir Berbagi Pengalaman sebagai Jurnalis dan Penulis

JAKARTAMU.COM | Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr Haedar Nashir, MSi berbagai pengalaman saat masih menjadi jurnalis. Seorang...

More Articles Like This