Jumat, Januari 24, 2025
No menu items!

Kesadaran Lingkungan dalam Dakwah

Must Read

Oleh: Dwi Taufan Hidayat

Dalam semesta dakwah yang luas membentang,
Kesadaran lingkungan adalah lentera terang.
Bukan sekadar melihat, tetapi merasakan,
Apa yang terjadi di sekitar kehidupan.

Nabi Muhammad, suri teladan yang agung,
Dalam setiap langkahnya, ia punarawang.
Melihat jiwa, memahami suasana,
Merespons bijak, dengan cinta dan doa.

Seorang pemuda datang dengan hati gamang,
Mengutarakan niat yang keliru terang-terangan.
Namun, Rasul tidak menghukum dengan marah,
Ia hadirkan hikmah, lembut dan ramah.

“Apakah kau ingin ibumu ternoda?
Atau saudara perempuanmu dihina?”
Pertanyaan itu mengetuk hati terdalam,
Menggugah kesadaran, mengusir kelam.

Dengan doa Rasul, pemuda itu berubah,
Menjadi insan yang taat, penuh ibadah.
Itulah bukti, kesadaran lingkungan,
Adalah dasar dalam setiap tuntunan.

Jawaban Nabi tak pernah seragam,
Tiap insan dituntun sesuai keadaan.
Bagi yang bertanya tentang amal terbaik,
Jawabannya sesuai jiwa yang mendekap.

Kadang jihad, kadang bakti pada orang tua,
Kadang Haji yang menggetarkan jiwa.
Semua tergantung pada sang penanya,
Itulah hikmah yang Nabi wariskan pada kita.

Islam tidak menghapus budaya manusia,
Selama nilai Islam tetap terjaga.
Namun sering kali, tradisi bercampur makna,
Hingga agama dan budaya sulit dibeda.

Seperti jubah yang dianggap suci,
Namun Abu Lahab pun memakainya pasti.
Bukan pada pakaian agama tertancap,
Namun pada niat dan hati yang mencakup.

Di New York, seorang ayah menangis pilu,
Sang anak menjauh dari masjid yang syahdu.
Bukan karena iman yang redup,
Namun karena pakaian menjadi batu penghalang yang tajam menusuk.

Anaknya berkata dengan nada santai,
“Aku suka masjid, itu tempat damai.
Namun ayah selalu mencela pakaianku,
Seolah imanku diukur dari itu.”

Ayah lupa, iman tak diukur dari jubah,
Namun dari hati, dari akhlak yang indah.
Rasul sendiri mengajarkan kebijaksanaan,
Bahwa pakaian adalah budaya, bukan keimanan.

Seperti Rasul yang diutus dari kaumnya,
Ia memahami jiwa dan budayanya.
Demikian pula, kita dituntut menyatu,
Bukan larut, tapi berkontribusi tanpa ragu.

Mari kita dakwahkan kebenaran dengan bijaksana,
Memahami manusia dalam segala warna.
Karena Islam adalah rahmat semesta alam,
Membawa cinta, memeluk keadilan dan kedamaian.

Pagar Laut Tangerang: Membaca Bahasa Tubuh Titiek Soeharto

JAKARTAMU.COM | Hari Rabu 22 Januari 2025 menjadi hari bersejarah bagi nelayan di Perairan perairan Tanjung Pasir, Kabupaten Tangerang,...

More Articles Like This