JAKARTAMU.COM | Salat tarawih adalah ibadah istimewa di bulan Ramadhan yang menjadi sarana mendekatkan diri kepada Allah. Namun, dalam pelaksanaannya, sering ditemukan beberapa kekeliruan yang sebaiknya kita perbaiki agar ibadah kita lebih sesuai dengan tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
وَمَا آتَاكُمُ ٱلرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَىٰكُمْ عَنْهُ فَٱنتَهُوا۟
“Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah.”
(QS. Al-Hasyr: 7)
Berikut beberapa kesalahan yang perlu kita hindari dalam shalat tarawih:
- Dzikir Berjamaah di Antara Shalat Tarawih dan Witir
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah menuntunkan dzikir berjamaah dalam sela-sela shalat tarawih maupun setelah witir. Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz rahimahullah berkata:
لَا يُشْرَعُ فِي الشَّرِيعَةِ الْإِسْلَامِيَّةِ الذِّكْرُ الْجَمَاعِيُّ، وَلَكِنَّ كُلَّ شَخْصٍ يُذَكِّرُ اللَّهَ وَحْدَهُ
“Tidak disyariatkan dalam Islam dzikir secara berjamaah, tetapi setiap orang berdzikir sendiri-sendiri tanpa dikomandai oleh yang lain.”
(Majmu’ Fatawa Ibnu Baz, 11:190)
- Melafalkan Niat Sebelum Shalat Tarawih
Melafalkan niat tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Imam Nawawi rahimahullah berkata:
النِّيَّةُ مَحَلُّهَا الْقَلْبُ، وَلَا يُشْتَرَطُ النُّطْقُ بِهَا
“Niat tempatnya di dalam hati, dan tidak disyaratkan untuk diucapkan.”
(Raudhah Ath-Thalibin, 1:268)
- Memanggil Jamaah dengan ‘Ash-Sholaatul Jaami’ah’
Tidak ada dalil yang menyebutkan panggilan khusus untuk shalat tarawih seperti “Ash-Sholaatul Jaami’ah”. Ini adalah tambahan yang tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat. Dalam kitab Al-Mawsu’ah Al-Fiqhiyyah (27:140), disebutkan bahwa ulama madzhab Hambali menganggap hal ini termasuk dalam perkara yang diada-adakan (bid’ah).
- Mengkhususkan Dzikir Tertentu di Antara Shalat Tarawih
Beberapa dzikir tertentu yang dilakukan di sela-sela shalat tarawih tidak memiliki dalil yang sahih. Imam Ahmad dan para ulama lain menilai bahwa hal ini tidak memiliki dasar dalam sunnah. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Mawsu’ah Al-Fiqhiyyah (27:144), tidak ada dalil kuat yang membenarkan dzikir khusus di antara rakaat tarawih.
- Membaca Dzikir Tertentu Setelah Setiap Dua atau Empat Rakaat
Salah satu dzikir yang sering dibaca adalah:
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ وَأَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَأَعُوْذُ بِكَ مِنَ النَّارِ
“Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, aku memohon ampun kepada Allah, aku meminta surga, dan aku berlindung dari neraka.”
Hadits yang dijadikan dasar untuk bacaan ini ternyata lemah (dha’if). Syaikh Al-Albani rahimahullah berkata:
عَلِيُّ بْنُ زَيْدِ بْنِ جَدْعَانَ ضَعِيفٌ، كَمَا ذَكَرَ ذَلِكَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ وَغَيْرُهُ
“‘Ali bin Zaid bin Jada’an adalah perawi yang lemah, sebagaimana dikatakan oleh Imam Ahmad dan lainnya.”
(Silsilah Al-Ahadits Adh-Dha’ifah, 2:263)
Kembali kepada Sunnah yang Shahih
Menjaga kemurnian ibadah adalah tanda keimanan yang kuat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ فِيهِ فَهُوَ رَدٌّ
“Barang siapa yang mengada-adakan perkara baru dalam agama kami yang bukan bagian darinya, maka itu tertolak.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Semoga Allah memberikan kita hidayah untuk selalu berpegang teguh kepada ajaran Islam yang murni, sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya.
اللَّهُمَّ ارْزُقْنَا الْإِخْلَاصَ فِي الْعَمَلِ وَاتِّبَاعَ السُّنَّةِ فِي الْعِبَادَةِ
“Ya Allah, anugerahkan kepada kami keikhlasan dalam beramal dan mengikuti sunnah dalam beribadah.”
Aamiin.
(Dwi Taufan Hidayat)