JAKARTAMU.COM | Dalam kunjungannya ke Mesir, pencak silat menjadi salah satu agenda pembicaraan Presiden Prabowo Subianto dan Presiden Abdel Fattah El-Sisi di Kairo, Rabu (18/12/2024). Prabowo menyampaikan harapannya agar pencak silat dapat diakui sebagai cabang olahraga resmi di Mesir.
“Di bidang kerja sama budaya, kami juga ingin memajukan pencak silat. Pencak silat, bela diri kami yang sekarang sudah banyak digemari di Mesir. Kalau bisa diterima sebagai cabang olahraga resmi di Mesir,” kata Prabowo dalam pernyataannya bersama Presiden El-Sisi, Rabu (18/12/2024), dikutip dari Antara.
Harapan ini bukan tanpa dasar, mengingat tingginya minat masyarakat Mesir terhadap seni bela diri tradisional Indonesia ini. Prabowo mengaku mendapatkan laporan bahwa tak kurang dari 4.000 anak muda Mesir telah aktif mempelajari dan menekuni pencak silat.
Baca juga: Pendekar Utama Tapak Suci Bicara Filosofi Pencak Silat
Salah satu perguruan silat yang cukup diminati di Mesir adalah Tapak Suci Putera Muhammadiyah yang berdiri sejak 2003. Ketua Umum Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Mesir 2020-2022 Umair Fahmidin menyebut bahwa hampir 99% siswa Tapak Suci di negara itu adalah masyarakat asli.
“Jumlah keseluruhan siswa Tapak Suci Mesir ada sekitar 1.500-an yang tersebar di 7 provinsi Mesir,” kata Umair mengutip penjelasan ketua Tapak Suci Mesir, Roni, sebagaimana dilansir muhammadiyah.or.id.
Baca juga: Tapak Suci Jakarta Rumuskan Strategi Lahirkan Juara Dunia Pencak Silat
Tapak Suci di Mesir tidak hanya berperan sebagai wadah pengembangan kemampuan bela diri tetapi juga sarana diplomasi budaya yang efektif. Kegiatan Tapak Suci membantu mempererat hubungan antara mahasiswa Indonesia dan masyarakat setempat, sekaligus memperkenalkan nilai-nilai Islam yang menjadi dasar filosofi perguruan ini.
Hingga saat ini, Tapak Suci terus berkembang meskipun menghadapi sejumlah tantangan, dan tetap menjadi salah satu aset penting bagi mahasiswa Indonesia di Mesir.
Perkembangan Pencak Silat
Sebagai salah satu seni bela diri tertua di Indonesia, pembinaan pencak silat mengalami perkembangan signifikan sejak berdirinya Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) pada 18 Mei 1948 di Surakarta.
Setelah menjadi cabang eksebisi sejak Pekan Olahraga Nasional (PON) III, pencak silat resmi dipertandingkan pada PON VIII dengan melibatkan 15 daerah. Momentum tersebut menjadi tonggak awal yang membuka jalan bagi pencak silat untuk memasuki kancah olahraga internasional.
Puncak perhatian global terhadap pencak silat terjadi saat Asian Games 2018 di Jakarta. Sebanyak 166 atlet dari 16 negara, termasuk Brunei Darussalam, Filipina, India, Iran, Jepang, Malaysia, dan Uzbekistan, turut berpartisipasi. Keberhasilan ini menunjukkan bahwa pencak silat tidak lagi sekadar tradisi lokal, melainkan telah menjadi olahraga kompetitif yang diakui dunia.
Menuju Olimpiade
Hari ini, kejuaraan dunia pencak silat kembali digelar di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, dengan partisipasi 1.100 peserta dari 55 negara. Akan tetapi, pencak silat masih menghadapi tantangan untuk dapat diakui sebagai cabang olahraga resmi di Olimpiade.
Prabowo, sebagai Presiden Persekutuan Pencak Silat Antarbangsa (Persilat), telah memperkenalkan pencak silat pada ekshibisi khusus Olimpiade 2024 di Paris, yaitu pada 27 Juli 2024. Ini adalah bagian upaya strategis agar pencak silat memperoleh perhatian komunitas olahraga internasional, khususnya International Olympic Committee (IOC).
Dengan perkembangan di berbagai negara, termasuk Amerika Serikat dan Eropa, peluang pencak silat untuk diakui sebagai olahraga resmi olimpiade semakin terbuka. Tinggal bagaimana Indonesia dapat mengoptimalkan momentum ini melalui strategi jangka panjang yang melibatkan berbagai pihak di dalam dan luar negeri.