Minggu, Januari 26, 2025
No menu items!

Ketika Ulama Diam, Negeri dalam Kehancuran

Must Read

JAKARTAMU.COM | Menyampaikan kebenaran dan mencegah kemungkaran adalah kewajiban setiap umat Islam, terutama mereka yang memiliki ilmu dan pengaruh di masyarakat, yakni para ulama. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۚ وَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran: 104)

Ketika ulama memilih untuk diam atau bersikap netral terhadap kemungkaran, maka kezaliman akan berkembang, dan kehancuran sebuah negeri menjadi tidak terelakkan. Rasulullah ﷺ bersabda:

إِذَا ظَهَرَتِ الْمَعَاصِي فِي أُمَّتِي عَمَّهُمُ اللَّهُ بِعَذَابٍ

Jika maksiat telah nampak di tengah-tengah umatku, maka Allah akan menimpakan azab secara merata kepada mereka.” (HR. Ahmad)

Diamnya ulama terhadap kemungkaran membuka jalan bagi berbagai bentuk kezaliman, seperti korupsi, kolusi, nepotisme, dan ketidakadilan hukum. Fenomena ini dapat menyebabkan tata kelola negara menjadi buruk, kesenjangan sosial semakin melebar, dan kesejahteraan rakyat terabaikan. Rasulullah ﷺ mengingatkan:

لَا تَكُونُوا إِمَّعَةً، تَقُولُونَ إِنْ أَحْسَنَ النَّاسُ أَحْسَنَّا، وَإِنْ ظَلَمُوا ظَلَمْنَا، وَلَكِنْ وَطِّنُوا أَنْفُسَكُمْ، إِنْ أَحْسَنَ النَّاسُ أَنْ تُحْسِنُوا، وَإِنْ أَسَاءُوا فَلَا تَظْلِمُوا

“Janganlah kalian menjadi orang yang hanya mengikuti arus, yang berkata: ‘Jika orang-orang baik, maka kami akan baik, dan jika mereka berbuat zalim, maka kami juga berbuat zalim.’ Akan tetapi, teguhkanlah diri kalian! Jika orang-orang baik, maka jadilah lebih baik, dan jika mereka berbuat buruk, maka janganlah kalian berlaku zalim.” (HR. Tirmidzi)

Berani menyampaikan kebenaran adalah bentuk jihad yang paling utama. Rasulullah ﷺ bersabda:

أَفْضَلُ الْجِهَادِ كَلِمَةُ حَقٍّ عِنْدَ سُلْطَانٍ جَائِرٍ

“Jihad yang paling utama adalah mengatakan kebenaran di hadapan pemimpin yang zalim.” (HR. Abu Dawud)

Ketika ulama diam, masyarakat kehilangan bimbingan moral. Akibatnya, kemungkaran menjadi budaya, dan kehancuran sosial, ekonomi, serta politik menjadi kenyataan. Sebaliknya, ulama yang berani menyuarakan kebenaran dapat menjadi agen perubahan yang membawa perbaikan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنفُسِهِمْ

Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra’d: 11)

Dalam kondisi di mana kezaliman dan ketidakadilan meluas, peran ulama menjadi sangat penting. Mereka harus berani mengambil sikap, menyampaikan kebenaran, dan membela keadilan, meskipun risiko besar menghadang. Dengan cara inilah, kemungkaran dapat dicegah, dan negeri ini bisa kembali kepada jalan yang diridhai Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Wallahu a’lam bish-shawab. (Dwi Taufan Hidayat)

Orang Zalim Disiksa Dunia Akhirat

JAKARTAMU.COM | Indonesia negara hukum, tetapi wajah penegakan hukum di negara ini tampak demikian buram. Persepsi yang demikian tak...

More Articles Like This