Sabtu, Januari 4, 2025
No menu items!

Ketua Umum Aisyiyah Ingatkan KDRT Masih Momok Perempuan Indonesia

Salmah mengungkapkan bahwa kekerasan dalam ranah personal seperti dalam rumah tangga pun lebih tinggi dibanding dalam ranah publik.

Must Read

YOGYAKARTA, JAKARTAMU.COM | Ketua Umum Pimpinan Pusat Aisyiyah Salmah Orbayinah menyatakan bahwa peringatan Hari Ibu setiap 22 Desember adalah momentum refleksi atas kehidupan perempuan di Indonesia. Fakta menunjukkan perempuan Indonesia belum terbebas dari kekerasan.

“Kekerasan terhadap perempuan masih menjadi isu utama, dengan banyak kasus yang belum terungkap atau terselesaikan,” tegas Salmah pada Ahad (22/12).

Salmah mengungkapkan bahwa kekerasan dalam ranah personal seperti dalam rumah tangga pun lebih tinggi dibanding dalam ranah publik. Faktor budaya, kurangnya akses terhadap dukungan hukum, serta ketidaksetaraan menjadi tantangan utama dalam penanganan masalah ini.

“Kita harus terus berupaya meningkatkan kesadaran dan menegakkan hukum guna melindungi hak-hak perempuan dan memberikan keadilan bagi perempuan.  Perempuan Menyapa, Perempuan Berdaya, Menuju Indonesia Emas 2045. Selamat Hari Ibu 22 Desember 2024,” tutup Salmah.

Baca juga: Kiai Ahmad Dahlan dan Pemberdayaan Perempuan: Kisah Lahirnya Aisyiyah

Pioner Emansipasi

Aisyiyah telah terlibat dalam Kongres Perempuan Indonesia tahun 1928. Dua kadernya yaitu Siti Hajinah Mawardi dan Siti Munjiyah menjadi wakil ketua kongres pertama itu.

Selain itu, Siti Sukaptinah, kader kultural Muhammadiyah hadir sebagai wakil Jong lslamiten Bond Afdeeling Wanita cabang Yogyakarta (JIBDA), menjadi sekretaris I. Di usia 13 tahun, Siti Sukaptinah menjadi anggota Siswapraja Wanita Muhammadiyah, cikal-bakal Nasyiatul Aisyiyah.

Sebagai organisasi pelopor emansipasi perempuan muslim di seluruh dunia, ‘Aisyiyah yang lahir lebih dulu pada 19 Mei 1917 ikut memberi warna terang bagi jalannya Kongres Perempuan pertama. Aisyiyah juga ikut memprakarsai berdirinya Kongres Wanita Indonesia (Kowani).

Baca juga: Bakti Nasyiah untuk Perempuan dan Anak

Pendidikan Usia Dini

Pada Kongres Perempuan Indonesia I, Siti Munjiyah berpesan agar perempuan Indonesia selektif dalam mencontoh kemajuan dari dunia Barat. Hal-hal substantif yang bersifat keilmuan dan teknologi menurutnya dapat diadaptasi, sedangkan hal-hal yang bersifat moral, gaya hidup, dan materi tidak bisa dicontoh karena bertentangan dengan budaya ketimuran.

Kongres Perempuan mendorong Aisyiyah untuk terus memperkuat dan memperluas gerakan kepioneran sejak awal berdirinya. Aisyiyah telah merintis pendidikan anak usia dini (Frobel School) pada 1919 yangkini bernama TK ‘Aisyiyah Bustanul Athfal (TK ABA).

Aisyiyah juga merintis pendidikan keaksaraan, pendirian musala perempuan pada 1922, kongres bayi, inovasi peningkatan derajat kaum perempuan, hingga penerbitan majalah Suara ‘Aisyiyah pada 1926.

Muhammadiyah Simbolik versus Muhammadiyah Substantif

JAKARTAMU.COM | Dalam pengajian bulanan Pimpinan Ranting Muhammadiyah Cipinang pada Sabtu, 4 Januari 2025, Prof. Dr. H. Bunyamin, M.Pd.,...

More Articles Like This