Rabu, Maret 26, 2025
No menu items!
spot_img

KH Ahmad Azhar Basyir: Ulama Fikih dan Filsuf Islam di Muhammadiyah

spot_img
Must Read

JAKARTAMU.COM | KH Ahmad Azhar Basyir, MA, adalah salah satu ulama terkemuka Indonesia yang memiliki pengaruh besar dalam perkembangan pemikiran Islam modern, khususnya di lingkungan Muhammadiyah. Beliau dikenal sebagai seorang ahli fikih yang juga memiliki pemahaman mendalam dalam filsafat Islam, menjadikannya sosok yang unik dan berperan dalam memperkokoh landasan keislaman yang rasional dan kontekstual di Indonesia.

Lahir dan Dibesarkan dalam Tradisi Keilmuan Islam

Kyai Haji Ahmad Azhar Basyir lahir di Yogyakarta pada 21 November 1928, dalam lingkungan keluarga yang memiliki tradisi keilmuan Islam yang kuat. Sejak kecil, beliau telah mendapatkan pendidikan agama yang ketat, yang kemudian membentuk pola pikirnya dalam memahami ajaran Islam secara mendalam dan sistematis.

Beliau menempuh pendidikan dasarnya di Yogyakarta sebelum melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Ketertarikannya pada ilmu agama dan filsafat Islam membawanya ke Irak, sebuah negara yang dikenal memiliki tradisi intelektual Islam yang kuat. Di sana, beliau mendalami ilmu fikih dan filsafat Islam hingga meraih gelar Master of Arts (MA).

Aktivitas di Muhammadiyah: Dari Pemuda hingga Ketua Umum

Kecintaan KH. Ahmad Azhar Basyir terhadap Muhammadiyah sudah terlihat sejak usia muda. Pada tahun 1956, beliau diamanahkan sebagai Ketua Pemuda Muhammadiyah, sebuah organisasi otonom yang baru berdiri sekitar dua tahun sebelumnya. Kepemimpinannya di organisasi ini menjadi awal dari perjalanan panjangnya dalam Muhammadiyah.

Sepulang dari Irak, beliau semakin aktif dalam berbagai peran strategis di Muhammadiyah. Beberapa posisi penting yang pernah diembannya antara lain sebagai anggota Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan Wakil Ketua Majelis Tarjih Muhammadiyah, sebuah lembaga yang berperan dalam menetapkan fatwa dan pedoman keagamaan bagi warga Muhammadiyah.

Pada Muktamar Muhammadiyah ke-42 di Yogyakarta tahun 1990, KH. Ahmad Azhar Basyir terpilih sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, menggantikan KH. AR Fachruddin yang telah memimpin selama 22 tahun. Kepemimpinannya menandai era pembaruan (tajdid) dalam tubuh Muhammadiyah, dengan penekanan pada penguatan pemahaman keagamaan, modernisasi manajemen organisasi, dan respons terhadap tantangan zaman.

Di bawah kepemimpinannya, Muhammadiyah semakin meneguhkan peranannya sebagai organisasi Islam yang progresif, mengedepankan pemikiran Islam yang berbasis pada dalil syar’i, tetapi tetap kontekstual dengan realitas sosial.

Peran di Kancah Nasional dan Pengakuan Sebagai Ulama Terkemuka

Selain berkiprah dalam Muhammadiyah, KH. Ahmad Azhar Basyir juga mendapat kepercayaan dari pemerintah. Pada tahun 1994, beliau ditunjuk sebagai perwakilan Amirul Haj Indonesia, sebuah tugas yang menunjukkan pengakuan atas kapasitas dan integritasnya sebagai ulama terkemuka di Indonesia.

Kehadirannya dalam berbagai forum nasional maupun internasional selalu mencerminkan keteguhan dalam prinsip, ketajaman berpikir, dan keluasan wawasan Islam yang inklusif. Beliau dikenal sebagai seorang ulama yang tidak hanya menguasai ilmu fikih secara mendalam, tetapi juga memiliki perspektif filsafat Islam yang kuat, menjadikannya pemikir yang mampu menjembatani tradisi Islam klasik dengan dinamika modernitas.

Wafat dan Warisan Intelektual

Sayangnya, kepemimpinan KH. Ahmad Azhar Basyir di Muhammadiyah tidak berlangsung lama. Beliau wafat pada saat masih menjabat sebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah, menjadikannya salah satu dari sedikit pemimpin Muhammadiyah yang meninggal dunia dalam masa kepemimpinannya.

Meskipun demikian, warisan intelektual dan kepemimpinannya terus dirasakan dalam Muhammadiyah hingga kini. Beliau meninggalkan gagasan-gagasan segar dalam fikih dan filsafat Islam, serta memberikan teladan dalam kepemimpinan yang berbasis pada nilai-nilai Islam yang kokoh, tetapi tetap adaptif terhadap perkembangan zaman.

Dalam sejarah Muhammadiyah dan Islam Indonesia, KH. Ahmad Azhar Basyir tetap dikenang sebagai ulama, pemikir, dan organisatoris yang memiliki kontribusi besar dalam membangun keislaman yang rasional, modern, dan berkemajuan. Warisan pemikirannya menjadi bagian penting dari perjalanan intelektual Islam di Indonesia, menginspirasi generasi penerus untuk terus mengembangkan Islam sebagai agama yang rahmatan lil ‘alamin. (Dwi Taufan Hidayat)

spot_img

Timnas Indonesia Menang Tipis 1-0 atas Bahrain, Romeny Jadi Penentu

JAKARTAMU.COM | Timnas Indonesia mencatatkan kemenangan penting di matchday kedelapan Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia dengan skor tipis...

More Articles Like This