Minggu, Maret 16, 2025
No menu items!
spot_img

KH Hisyam: Peletak Fondasi Pendidikan Muhammadiyah dan Penerus Gagasan KH Ahmad Dahlan

spot_img
Must Read

JAKARTAMU.COM | Kyai Haji Hisyam bin Husni lahir pada 10 November 1883 di Kauman, Yogyakarta, sebuah daerah yang dikenal sebagai pusat pergerakan Islam di era kolonial. Sejak kecil, beliau tumbuh dalam lingkungan religius yang kuat, karena Kauman merupakan pusat keagamaan dan banyak melahirkan ulama besar. Sebagai putra dari Husni, seorang ulama terkemuka di wilayah tersebut, KH Hisyam sudah terbiasa dengan pendidikan agama sejak usia dini.

Dalam perkembangannya, KH Hisyam dikenal sebagai murid langsung KH Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah. Interaksi dengan KH Ahmad Dahlan memberikan pengaruh besar terhadap pemikiran dan perjuangannya di bidang pendidikan serta reformasi sosial Islam. Selain itu, beliau juga memiliki posisi sebagai abdi dalem ulama di lingkungan Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, yang semakin memperkuat wibawa dan perannya dalam pergerakan Islam di tanah air.

Peran di Muhammadiyah dan Kiprah dalam Dunia Pendidikan

Pada tahun 1920, KH Hisyam dipercaya untuk memimpin Bagian Sekolahan Muhammadiyah. Jabatan ini menjadi titik tolak utama dalam karier beliau dalam memperjuangkan pendidikan Islam yang lebih maju. Saat itu, pendidikan formal masih menjadi hak istimewa bagi kaum elite, sedangkan masyarakat pribumi umumnya kesulitan mengakses pendidikan berkualitas.

Melihat kondisi ini, KH Hisyam bertekad untuk membawa perubahan. Di bawah kepemimpinannya, Muhammadiyah membuka sekolah dasar tiga tahun (volkschool atau sekolah desa) yang setara dengan volkschool milik pemerintah kolonial. Sekolah ini memberikan kesempatan kepada anak-anak dari kalangan masyarakat biasa untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Setelah itu, didirikan pula sekolah lanjutan (vervolgschool) Muhammadiyah sebagai jenjang pendidikan menengah bagi siswa yang ingin melanjutkan pendidikan mereka.

Gagasan KH Hisyam tentang pendidikan bukan hanya sebatas membangun sekolah, tetapi juga meningkatkan kualitas pengajaran. Beliau menekankan pentingnya sistem pendidikan berbasis Islam modern yang menggabungkan ilmu agama dan ilmu umum. Gagasan ini kemudian menjadi cikal bakal lahirnya berbagai institusi pendidikan Muhammadiyah di masa mendatang, termasuk universitas-universitas Muhammadiyah yang kini tersebar di seluruh Indonesia.

Kepemimpinan di Muhammadiyah (1934-1937)

Setelah bertahun-tahun berkontribusi dalam Muhammadiyah, KH Hisyam terpilih sebagai Ketua Pengurus Besar Muhammadiyah dalam Kongres Muhammadiyah ke-23 di Yogyakarta pada tahun 1934. Kepemimpinannya berlangsung selama tiga tahun hingga 1937, dan selama periode tersebut, beliau membawa Muhammadiyah semakin berkembang dalam berbagai bidang.

Di bawah kepemimpinannya, Muhammadiyah semakin mengukuhkan diri sebagai organisasi Islam modern yang berorientasi pada pendidikan, sosial, dan dakwah. KH Hisyam dikenal sebagai pemimpin yang memiliki keahlian dalam manajemen dan administrasi organisasi. Beliau menerapkan sistem pengelolaan yang lebih rapi dan profesional dalam tubuh Muhammadiyah, memastikan setiap program berjalan dengan baik dan berkelanjutan.

Selain pendidikan, KH Hisyam juga mendorong perluasan dakwah Muhammadiyah ke berbagai daerah di luar Yogyakarta. Jika sebelumnya Muhammadiyah masih terkonsentrasi di Jawa Tengah dan sekitarnya, maka pada masa kepemimpinannya, gerakan Muhammadiyah mulai merambah ke berbagai daerah di Sumatra, Kalimantan, hingga Sulawesi.

Pemikiran dan Karya KH Hisyam

Sebagai seorang intelektual Muslim, KH Hisyam memiliki pemikiran yang progresif dalam bidang pendidikan dan reformasi sosial. Beliau percaya bahwa Islam harus disebarluaskan melalui pendekatan yang rasional, moderat, dan sesuai dengan perkembangan zaman.

Salah satu pemikiran pentingnya adalah tentang sistem pendidikan yang tidak hanya berfokus pada ilmu agama, tetapi juga membekali siswa dengan ilmu pengetahuan modern. Beliau meyakini bahwa umat Islam harus menguasai berbagai cabang ilmu agar tidak tertinggal dalam peradaban dunia. Karena itu, KH Hisyam memperjuangkan kurikulum yang mencakup ilmu sains, matematika, serta keterampilan praktis selain ilmu agama.

Selain itu, beliau juga menekankan pentingnya etos kerja dan kemandirian dalam kehidupan berorganisasi. Beliau ingin Muhammadiyah menjadi organisasi yang mandiri, tidak bergantung pada bantuan pemerintah atau pihak lain, tetapi berkembang dengan kekuatan umat. Prinsip ini kemudian menjadi bagian dari filosofi Muhammadiyah hingga saat ini.

Warisan dan Pengaruh KH Hisyam dalam Muhammadiyah

KH Hisyam wafat pada 20 Mei 1945, hanya beberapa bulan sebelum Indonesia merdeka. Namun, warisan perjuangannya tetap hidup dalam gerakan Muhammadiyah hingga hari ini.

Jejak perjuangannya dalam dunia pendidikan tetap terasa kuat. Sekolah-sekolah Muhammadiyah yang kini tersebar di seluruh Indonesia tidak lepas dari kontribusi awal yang beliau rintis. Sistem pendidikan berbasis Islam modern yang diterapkan Muhammadiyah hingga kini masih mengacu pada gagasan-gagasan beliau.

Selain itu, sistem administrasi yang lebih tertata dalam Muhammadiyah juga merupakan peninggalan KH Hisyam. Beliau berhasil memperkenalkan pengelolaan organisasi yang lebih profesional, yang kemudian diteruskan oleh para pemimpin Muhammadiyah setelahnya.

Sebagai tokoh yang berperan penting dalam sejarah Muhammadiyah, KH Hisyam memang tidak sepopuler pendahulunya, KH Ahmad Dahlan, atau penerusnya, KH Mas Mansur. Namun, kiprahnya sebagai peletak fondasi pendidikan Muhammadiyah dan penerus gagasan-gagasan reformis tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah organisasi ini.

Kesimpulan

KH Hisyam adalah sosok yang berjasa besar dalam membangun sistem pendidikan Muhammadiyah yang inklusif dan berbasis Islam modern. Kepemimpinannya dalam Muhammadiyah tidak hanya membawa perubahan dalam dunia pendidikan, tetapi juga dalam manajemen organisasi dan perluasan dakwah Islam.

Meski kiprahnya sering terlupakan dibandingkan tokoh-tokoh Muhammadiyah lainnya, kontribusinya tetap abadi dalam sejarah pergerakan Islam di Indonesia. Warisannya terus hidup dalam sekolah-sekolah, universitas, serta sistem pengelolaan organisasi yang masih diterapkan di Muhammadiyah hingga hari ini.

Melalui perjuangannya, KH Hisyam telah membuktikan bahwa pendidikan adalah kunci utama dalam membangun peradaban Islam yang maju dan berdaya saing. (Dwi Taufan Hidayat)

spot_img

Bukan Hanya ‘Man Shauma’ Tapi Juga ‘Man Qama’ Ramadhan

JAKARTAMU.COM -- Al Ustadz Drs John Hendri Sutan Iskandar mengingatkan bahwa Ramadhan merupakan bulan Alqur-an. Oleh karenanya, setiap muslim...

More Articles Like This