Riwayat Hidup KH Ibrahim
Kiai Haji Ibrahim adalah sosok yang memiliki peran besar dalam perkembangan Muhammadiyah pada masa awal setelah wafatnya K.H. Ahmad Dahlan. Ia merupakan menantu K.H.A. Dahlan, menikah dengan Siti Munjiah, salah satu putri pendiri Muhammadiyah.
K.H. Ibrahim lahir di Kauman, Yogyakarta, dalam lingkungan yang kental dengan tradisi keislaman. Sejak kecil, beliau mendapat pendidikan agama yang kuat, termasuk belajar langsung dari K.H.A. Dahlan. Keteladanan dan pemikiran K.H.A. Dahlan sangat membentuk kepribadiannya.

Pada tahun 1923, setelah wafatnya K.H.A. Dahlan, Muhammadiyah memerlukan sosok yang mampu melanjutkan perjuangan besar dalam reformasi Islam di Indonesia. Dengan kepercayaan dan amanah yang diberikan, K.H. Ibrahim kemudian diangkat menjadi Ketua Umum Muhammadiyah kedua.
Perjuangan K.H. Ibrahim dalam Muhammadiyah
Sebagai Ketua Umum Muhammadiyah, K.H. Ibrahim menghadapi tantangan yang tidak ringan. Muhammadiyah saat itu masih dalam tahap awal perkembangan, dengan jumlah anggota yang belum banyak dan tantangan dari pihak yang kurang mendukung gerakan tajdid (pembaruan) dalam Islam.
Kepemimpinan K.H. Ibrahim dikenal dengan pendekatannya yang tenang, cerdas, dan penuh keikhlasan. Beliau melanjutkan perjuangan K.H.A. Dahlan dalam bidang pendidikan dan sosial keagamaan, memperluas pengaruh Muhammadiyah ke berbagai daerah.
Di bawah kepemimpinannya, Muhammadiyah mulai memperluas lembaga pendidikan Islam modern yang menggabungkan ilmu agama dan ilmu umum. Sekolah-sekolah Muhammadiyah semakin berkembang, memberikan alternatif pendidikan yang lebih maju dibandingkan sistem pesantren tradisional atau pendidikan kolonial Belanda.
Selain pendidikan, K.H. Ibrahim juga mendorong pendirian rumah sakit dan panti asuhan yang dikelola Muhammadiyah. Gagasan bahwa Islam harus hadir dalam aksi nyata di masyarakat semakin mengakar di Muhammadiyah di bawah kepemimpinannya.

Kejadian Menarik dan Unik dalam Perjuangannya
Salah satu kejadian menarik dalam perjuangan K.H. Ibrahim adalah bagaimana beliau menghadapi tantangan dari kaum tradisional yang menolak gagasan pembaruan Islam yang dibawa Muhammadiyah. Pernah suatu ketika, sekelompok orang menentang sistem pendidikan Muhammadiyah karena dianggap terlalu “barat” dan tidak mengikuti tradisi pesantren murni.
K.H. Ibrahim dengan bijaksana menjawab bahwa Islam adalah agama yang dinamis, dan ilmu harus dikembangkan untuk kesejahteraan umat. Beliau dengan sabar membimbing masyarakat agar memahami bahwa ilmu pengetahuan modern tidak bertentangan dengan nilai-nilai Islam, tetapi justru memperkuat keimanan.
Ada juga kisah unik tentang keteguhan K.H. Ibrahim dalam menghadapi cobaan. Pernah suatu waktu, dalam suatu rapat besar Muhammadiyah, ada perdebatan sengit tentang bagaimana Muhammadiyah sebaiknya berkembang ke depan. Beberapa pihak ingin Muhammadiyah lebih eksklusif, sementara yang lain ingin membuka diri lebih luas. Dalam situasi tegang itu, K.H. Ibrahim tetap tenang dan dengan penuh hikmah menyampaikan pandangannya bahwa Muhammadiyah harus tetap berada di jalur pembaruan Islam dengan dasar Al-Qur’an dan Sunnah, tanpa kehilangan akar tradisi keislaman yang kuat.
Keteladanan K.H. Ibrahim dalam bersikap tenang dan berpikir jauh ke depan inilah yang membuat Muhammadiyah tetap solid dan terus berkembang.
Warisan dan Pengaruhnya
Di bawah kepemimpinan K.H. Ibrahim, Muhammadiyah semakin mantap sebagai gerakan Islam modern di Indonesia. Setelah beliau wafat, perjuangannya diteruskan oleh para penerusnya, yang tetap berpegang pada nilai-nilai yang telah diletakkan sejak masa K.H.A. Dahlan.
Semangat keikhlasan, kecerdasan, dan keteguhan K.H. Ibrahim dalam menghadapi tantangan menjadi inspirasi bagi generasi penerus Muhammadiyah. Hingga kini, jejak perjuangannya masih terasa dalam berbagai amal usaha Muhammadiyah, baik dalam bidang pendidikan, kesehatan, maupun dakwah Islam di Indonesia.
Kisah K.H. Ibrahim adalah bukti bahwa perjuangan dalam Islam membutuhkan kesabaran, kebijaksanaan, dan keteguhan hati. Dalam diamnya, dalam ketenangannya, beliau adalah arsitek yang memperkokoh Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang maju dan membawa manfaat besar bagi umat. (Dwi Taufan Hidayat)