Selasa, Maret 18, 2025
No menu items!
spot_img

KH Mas Mansur: Ulama, Pemimpin Muhammadiyah, dan Pejuang Kemerdekaan

spot_img
Must Read

JAKARTAMU.COM | Kiai Haji Mas Mansur (ejaan lain: Mas Mansoer) adalah seorang ulama, pejuang kemerdekaan, dan intelektual yang berperan signifikan dalam perkembangan Islam dan pergerakan nasional Indonesia pada paruh pertama abad ke-20.

Lahir di Surabaya pada 25 Juni 1896, beliau berasal dari keluarga dengan latar belakang keagamaan yang kuat. Ayahnya, Kiai Haji Mas Achmad Marzoeqi, adalah seorang ulama terkemuka dan imam tetap serta khatib di Masjid Ampel, Surabaya. Sementara ibunya, Raudhah, berasal dari keluarga pesantren di Sidoresmo, Wonokromo, Surabaya.

Pendidikan dan Awal Karier

Sejak usia muda, Mas Mansur mendapatkan pendidikan agama dari ayahnya dan lingkungan pesantren setempat. Pada usia 12 tahun, beliau menunaikan ibadah haji dan melanjutkan studi di Makkah selama lima tahun untuk memperdalam ilmu agama. Sepulangnya ke Indonesia, beliau aktif dalam kegiatan keagamaan dan sosial.

Pada tahun 1921, Mas Mansur bergabung dengan Muhammadiyah dan mendirikan cabang organisasi tersebut di Surabaya, di mana beliau menjabat sebagai ketua.

Perjuangan di Muhammadiyah dan Lahirnya Majelis Tarjih

Keterlibatan Mas Mansur dalam Muhammadiyah membawa angin segar bagi organisasi ini. Beliau dikenal sebagai tokoh yang sukses dalam usaha pemurnian ajaran Islam, dengan menekankan pentingnya ijtihad dan kembali kepada Al-Qur’an dan Hadis dalam memahami Islam.

Setelah menjadi ketua cabang Muhammadiyah Surabaya, beliau diangkat sebagai Konsul Muhammadiyah wilayah Jawa Timur.

Puncak kariernya di Muhammadiyah adalah ketika beliau menjabat sebagai Ketua Pengurus Besar Muhammadiyah pada tahun 1937 hingga 1943.

Pada masa kepemimpinannya, Muhammadiyah semakin berkembang dalam bidang pendidikan, dakwah, dan sosial. Salah satu tonggak penting dalam periodenya adalah lahirnya Majelis Tarjih Muhammadiyah pada tahun 1928, yang kemudian berkembang pesat pada dekade berikutnya.

Majelis Tarjih berperan dalam menetapkan fatwa dan panduan keagamaan bagi warga Muhammadiyah. Fungsi utamanya adalah mengkaji masalah-masalah keislaman dan memberikan panduan berdasarkan dalil-dalil yang kuat dari Al-Qur’an dan Sunnah.

Mas Mansur, dengan pemikirannya yang rasional dan progresif, mendukung pentingnya Majelis Tarjih sebagai upaya menjadikan Islam lebih relevan dengan zaman.

Peran dalam Pergerakan Nasional

Selain aktif di Muhammadiyah, Mas Mansur juga terlibat dalam berbagai organisasi pergerakan nasional. Beliau adalah salah satu dari “Empat Serangkai” bersama Soekarno, Mohammad Hatta, dan Ki Hadjar Dewantara, yang berperan penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Pada masa pendudukan Jepang, beliau aktif dalam organisasi seperti Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) dan kemudian Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi). Namun, aktivitasnya dalam perjuangan kemerdekaan membuatnya dicurigai oleh pemerintah Jepang.

Karya dan Pemikiran

Mas Mansur juga dikenal sebagai penulis produktif yang meninggalkan sejumlah karya tulis. Beberapa di antaranya adalah:

  • Adabul Bahtsi wal Munadlarah – Buku yang membahas etika diskusi dan debat dalam Islam.
  • Masa’il Khamsah – Karya yang mengupas lima masalah utama dalam kehidupan umat Islam.
  • Hadits Nabawiyah – Kumpulan hadits Nabi Muhammad yang ditulis dalam bahasa Arab.
  • Syarat Syahnya Nikah – Buku yang membahas syarat-syarat sahnya pernikahan dalam Islam.
  • Rangkaian Mutu Manikam dari Kiai Hadji Mas Mansur – Kumpulan buah pikiran dan tulisan beliau.

Pemikirannya yang tajam dan rasional menjadikan beliau sebagai salah satu tokoh pembaharu Islam di Indonesia.

Akhir Hayat dan Warisan

Pada masa pendudukan Jepang, aktivitas Mas Mansur dalam perjuangan kemerdekaan membuatnya ditangkap oleh pemerintah Jepang. Beliau wafat dalam tahanan pada 25 April 1946.

Atas jasa-jasanya, pemerintah Indonesia menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada K.H. Mas Mansur pada tahun 1964.

Beliau meninggalkan warisan yang berharga bagi bangsa Indonesia, baik melalui perjuangan fisik maupun pemikiran yang tertuang dalam karya-karyanya. Dedikasinya dalam bidang keagamaan, pendidikan, dan perjuangan kemerdekaan menjadikannya teladan bagi generasi penerus. (Dwi Taufan Hidayat)

spot_img

Hari ke-18: Keutamaan Sedekah di Bulan Ramadhan, Jalan Menuju Keberkahan dan Ampunan

JAKARTAMU.COM | Bulan Ramadhan adalah bulan penuh keberkahan, di mana setiap amal ibadah dilipatgandakan pahalanya. Salah satu amalan yang...

More Articles Like This