SURABAYA – JAKARTAMU.COM | Khofifah Indar Parawansa dan Emil Dardak (Khofifah-Emil) menegaskan siap membawa Jawa Timur lebih maju dan Makmur. Hal ini dinyatakan Khofifah pada sesi pertama debat perdana Pemilihan Gubernur (PIlgub) Jawa Timur 20204 di Surabaya, Jumat (18/10/2024).
Khofifah mengucapkan terima kasih kepada masyarakat Jawa Timur atas capaian yang diperoleh saat ini. Secara khusus, dia menyebut para petani, peternak, dan nelayan berhasil menjadikan Jawa Timur sebagai lumbung pangan nasional.
”Produksi padi kita tertinggi secara nasional, produksi ikan kita tertinggi, produksi dagung kita tertinggi dan angka pengangguran terbuka kita lebih rendah dari rata-rata nasional,” kata Khofifah dalam acara debat yang disiarkan akun Youtube KPU Jatim tersebut.
Dengan capaian ini, Khofifah menyatakan Jawa Timur siap menjadi gerbang baru Nusantara. ”Khofifah-Emil siap membawa Jawa Timur makin berkemajuan, makin makmur, adil, juara, dan unggul. Jatim maju berprestasi,” ujar ketua umum Muslimat NU ini.
7 Panelis
Pilgub Jatim diikuti tiga pasangan calon, yaitu Luluk Nur Hamida – Lukmanul Khakim (nomor urut 1), Khofifah Indar Parwansa – Emil Elestianto Dardak (nomor urut 2), dan Tri Rismaharini – Zahrul Azhar Asumta (nomor urut 3).
Debat perdana Pilkada Jatim mengusung tema “Transformasi Sosial dan Peningkatan Produktifitas Sumber Daya Lokal untuk Kesejahteraan Masyarakat Jawa Timur”. Tujuh panelis yang disiapkan KPU Jatim yakni Prof Achmad Muhibin Zuhri (Ahli Pendidikan Agama Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya), Prof Muhammad Syarif (Ahli Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universilas Trunojoyo Madura).
Adhitya Wardhono (Ahli Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jember), Sasongko Budisusetyo (Ahli Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hayam Wuruk Perbanas Surabaya). Ahmad Imron Rozuli (Ahli Sosiologi Ekonomi dan Kelembagaan Fakultas llmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya), Hidayatullah (Ahli Kesehatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Ma’arif Hasyim Latif Sidoarjo), dan Rina Wahyu Setyaningrum (Ahli Pendidikan Bahasa Fakultas Keguruan dan llmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang).