Rabu, Maret 19, 2025
No menu items!
spot_img

Ki Bagus Hadikusumo: Ulama Pejuang di Persimpangan Sejarah Muhammadiyah dan Indonesia

spot_img
Must Read

JAKARTAMU.COM | Ki Bagus Hadikusumo lahir pada 1890 di Yogyakarta dalam lingkungan keluarga santri yang sangat taat terhadap ajaran Islam. Nama asli beliau adalah Raden Bagus Hadikusumo, namun kemudian lebih dikenal sebagai Ki Bagus Hadikusumo karena kedekatannya dengan nilai-nilai keislaman dan budaya Jawa.

Sejak kecil, beliau telah mendapatkan pendidikan agama yang kuat. Beliau belajar di berbagai pesantren serta mendapatkan pendidikan langsung dari para ulama besar di zamannya. Dengan latar belakang pendidikan agama yang kokoh, Ki Bagus Hadikusumo tumbuh menjadi seorang yang memiliki pemikiran tajam dalam dakwah Islam dan perjuangan kebangsaan.

Pada usia muda, beliau mulai aktif di berbagai organisasi Islam dan akhirnya bergabung dengan Muhammadiyah, yang pada saat itu dipimpin oleh tokoh-tokoh besar seperti KH. Ahmad Dahlan dan KH. Mas Mansur.

Kepemimpinan di Muhammadiyah

Ki Bagus Hadikusumo menjabat sebagai Ketua Umum Pimpinan Besar (PB) Muhammadiyah pada periode 1942–1953, menggantikan KH. Mas Mansur. Masa kepemimpinannya merupakan salah satu periode paling sulit dalam sejarah Muhammadiyah, karena bertepatan dengan pendudukan Jepang dan awal kemerdekaan Indonesia.

Saat Jepang menduduki Indonesia pada tahun 1942, Muhammadiyah menjadi salah satu organisasi Islam yang tetap beroperasi, meskipun dalam tekanan besar dari pemerintah pendudukan Jepang. Ki Bagus Hadikusumo harus menghadapi dilema besar: di satu sisi, Muhammadiyah harus tetap bertahan sebagai organisasi dakwah, tetapi di sisi lain, Jepang mengontrol ketat aktivitas keagamaan dan politik.

Meskipun demikian, Ki Bagus Hadikusumo tetap mempertahankan independensi Muhammadiyah. Ia menolak berbagai upaya Jepang untuk menjadikan Muhammadiyah sebagai alat propaganda mereka. Bahkan, ketika Jepang membentuk organisasi Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia) pada 1943, Ki Bagus Hadikusumo bersikap hati-hati dan tetap mempertahankan prinsip Islam yang diperjuangkan oleh Muhammadiyah.

Setelah Indonesia merdeka, beliau tetap memimpin Muhammadiyah hingga tahun 1953. Pada periode ini, Muhammadiyah mulai memperluas jangkauannya dalam pendidikan, sosial, dan ekonomi, meskipun menghadapi berbagai tantangan politik dan ideologis dari pemerintahan yang baru terbentuk.

Peran dalam Perjuangan Kemerdekaan

Selain aktif di Muhammadiyah, Ki Bagus Hadikusumo juga merupakan salah satu tokoh yang berperan dalam Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Salah satu kontribusi besarnya adalah dalam perumusan dasar negara Indonesia.

Pada 18 Agustus 1945, sehari setelah Proklamasi Kemerdekaan, Ki Bagus Hadikusumo terlibat dalam perdebatan sengit mengenai dasar negara, khususnya terkait dengan “Piagam Jakarta”. Dalam perdebatan ini, beliau menjadi salah satu tokoh yang bersikeras mempertahankan kalimat “Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” dalam sila pertama Pancasila. Namun, karena adanya tekanan dari beberapa pihak yang khawatir dengan reaksi masyarakat non-Muslim di Indonesia Timur, kalimat tersebut akhirnya diubah menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”.

Meskipun kecewa, Ki Bagus Hadikusumo tetap menunjukkan sikap bijaksana dan menerima perubahan ini demi menjaga persatuan bangsa yang baru lahir. Sikapnya mencerminkan keteguhan dalam prinsip, tetapi juga kelapangan hati dalam menjaga stabilitas nasional.

Tantangan di Masa Kepemimpinannya

Masa kepemimpinan Ki Bagus Hadikusumo di Muhammadiyah tidak lepas dari berbagai tantangan, baik dari dalam maupun luar organisasi. Beberapa tantangan yang dihadapinya antara lain:

  1. Pendudukan Jepang (1942-1945)

Jepang mengontrol ketat organisasi Islam dan mencoba menjadikan Muhammadiyah sebagai alat propaganda mereka.

Ki Bagus Hadikusumo harus berhadapan dengan kebijakan Jepang yang membatasi kebebasan dakwah Islam.

  1. Masa Revolusi (1945-1949)

Setelah kemerdekaan, Indonesia masih menghadapi ancaman dari Belanda yang ingin kembali menjajah.

Muhammadiyah harus beradaptasi dengan perubahan politik yang cepat, termasuk tantangan dari berbagai ideologi lain yang berkembang di Indonesia.

  1. Persaingan Ideologi dalam Pemerintahan Awal Indonesia

Pada era awal kemerdekaan, muncul berbagai perdebatan ideologi antara kelompok nasionalis, Islamis, dan sosialis.

Ki Bagus Hadikusumo harus memperjuangkan agar nilai-nilai Islam tetap menjadi bagian dari identitas bangsa tanpa menimbulkan perpecahan.

Karya dan Pemikiran

Sebagai seorang ulama dan pemikir, Ki Bagus Hadikusumo meninggalkan banyak gagasan yang berpengaruh dalam pemikiran Islam dan kebangsaan di Indonesia. Beberapa di antaranya adalah:

  1. Pemikiran tentang Islam dan Negara

Ki Bagus Hadikusumo meyakini bahwa Islam memiliki peran penting dalam membentuk karakter bangsa Indonesia.

Ia memperjuangkan agar nilai-nilai Islam tetap menjadi dasar dalam kehidupan bernegara, tanpa harus menjadikan Indonesia sebagai negara Islam secara formal.

  1. Pendidikan Islam

Selama kepemimpinannya, Muhammadiyah terus mengembangkan lembaga pendidikan, mulai dari madrasah hingga perguruan tinggi.

Ia menekankan pentingnya pendidikan Islam yang modern, tidak hanya mengajarkan ilmu agama tetapi juga ilmu pengetahuan umum.

  1. Tulisan dan Karya

Meskipun tidak banyak meninggalkan buku yang ditulis sendiri, pemikirannya banyak terdokumentasi dalam berbagai tulisan di majalah dan surat kabar Muhammadiyah.

Ia sering menulis tentang pentingnya dakwah Islam yang moderat dan peran umat Islam dalam membangun peradaban.

Akhir Hayat dan Warisan

Ki Bagus Hadikusumo wafat pada tahun 1954, setahun setelah mengakhiri kepemimpinannya di Muhammadiyah. Warisannya tetap hidup dalam gerakan Muhammadiyah, yang hingga kini terus berkembang sebagai salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia.

Namanya tidak selalu disebut dalam sejarah nasional, tetapi perannya dalam perjuangan kemerdekaan dan pembangunan Indonesia sangat besar. Dedikasinya dalam menjaga Muhammadiyah sebagai organisasi Islam yang independen dan visinya tentang hubungan Islam dan negara menjadi inspirasi bagi banyak generasi setelahnya.

Kesimpulan

Ki Bagus Hadikusumo adalah sosok ulama, pemikir, dan pejuang kemerdekaan yang memiliki kontribusi besar dalam sejarah Indonesia. Kepemimpinannya di Muhammadiyah pada masa sulit, perannya dalam perumusan dasar negara, serta pemikirannya tentang Islam dan kebangsaan menjadikannya salah satu tokoh penting yang patut dikenang.

Semoga perjuangan dan pemikiran beliau terus menjadi inspirasi bagi umat Islam dalam membangun bangsa yang lebih baik, berdasarkan nilai-nilai Islam dan kebijaksanaan yang luhur. (Dwi Taufan Hidayat)

spot_img

Riwayat Hidup KH Faqih Usman: Ulama, Pejuang, dan Tokoh Muhammadiyah

JAKARTAMU.COM | KH Faqih Usman lahir pada 27 Februari 1904 di Gresik, Jawa Timur. Ia berasal dari keluarga santri...

More Articles Like This