Minggu, Januari 5, 2025
No menu items!

Kisah Muhammadiyah Dimusuhi Umat Islam Sendiri: Zending Kristen Paling Dirugikan

Di Kudus seorang ayah yang putrinya dilamar meminta calon menantunya untuk mencantumkan ta’qliq. Perkawinannya akan dibatalkan dengan talaq apabila dia menjadi anggota Muhammadiyah.

Must Read
Miftah H. Yusufpati
Miftah H. Yusufpati
Sebelumnya sebagai Redaktur Pelaksana SINDOWeekly (2010-2019). Mulai meniti karir di dunia jurnalistik sejak 1987 di Harian Ekonomi Neraca (1987-1998). Pernah menjabat sebagai Pemimpin Redaksi Majalah DewanRakyat (2004), Wakil Pemimpin Harian ProAksi (2005), Pemimpin Redaksi LiraNews (2018-2024). Kini selain di Jakartamu.com sebagai Wartawan Senior di SINDOnews.com dan Pemimpin Umum Forum News Network, fnn.co.Id.

JAKARTAMU.COM | Kehadiran Muhammadiyah yang didirikan KH Ahmad Dahlan mendapat perlawanan keras kaum muslim sendiri. Di sisi lain, zending Protestan dan misi Katolik merasa terpukul atas kehadiran gerakan Islam modernis ini.

Prof. Dr. Djoko Marihandono dalam buku “KH Ahmad Dahlan (1868 – 1923)” bab “Muhammadiyah di Era Kolonial: Antara Pro dan Kontra” menyebut lawan-lawan Muhammadiyah kadang-kadang menolak dengan cara tegas.

Dia mencontohkan peristiwa di Kudus, Jawa Tengah. Pada tahun 1926 seorang ayah yang putrinya dilamar meminta calon menantunya untuk mencantumkan ta’qliq atau talak (pembubaran perkawinan atas dasar syarat tertentu) saat akan mengesahkan perkawinan.

BACA JUGA: KH Ahmad Dahlan Wafat: Ketika Muhammadiyah Disusupi Komunis

“Perkawinannya akan dibatalkan dengan talaq apabila dia menjadi anggota Muhammadiyah,” tulis Djoko.

Pada tahun yang sama terjadi di masjid Babat, Jawa Timur. Setelah ibadah suatu perkelahian terjadi antara para pengikut Muhammadiyah dan para pengikut aliran ortodoks, yang sejak itu kemudian berkumpul dalam organisasi Nahdatul Ulama.

Para tokoh Nahdatul Ulama menolak dominasi Wahabi di tanah suci, yang desas-desusnya beredar pada saat itu. Sementara Muhammadiyah memuji ajaran Wahabi.

Perdebatan ini berakhir dengan perkelahian. Namun, perselisihan seperti terjadi di masjid Babat merupakan perkecualian, karena persaingan antara kaum Muda dan kaum Tua lebih bersifat damai.

BACA JUGA: Wafatnya KH Ahmad Dahlan: Catatan Soerabajasch Handelsblad

Bila Muhammadiyah di luar Jawa memasuki lahan aliran tua, di sana mereka sering menjumpai perlawanan dari para pejabat dan penduduk bumi putera, yang sering menganggap metode barunya sebagai bid’ah. Tetapi lama-kelamaan mereka juga diterima sebagai salah satu arah yang baik dalam bidang keagamaan.

Pengakuan Muhammad Surkati

Lalu bagaimana dengan pendapat yang mengatakan bahwa Muhammadiyah muncul sebagai reaksi terhadap kebijakan pemerintah Hindia Belanda yang melakukan Kristenisasi?

“Itu tidak benar,” ujar Ahmad Ibnu Muhamad Surkati al Ansari sebagaimana dikutip Djoko. Ahmad Ibnu Muhamad Surkati al Ansari adalah tokoh dari Sudan, pendiri gerakan al Irshad di Indonesia. Surkati mengenal Ahmad Dahlan sebelum pendirian Muhammadiyah. Mereka bersahabat.

BACA JUGA: Islam Modernis: Bagaimana Islam versi KH Ahmad Dahlan Itu?

Berdasarkan pengakuannya dialah yang memberitahu Ahmad Dahlan sebelum pendirian Muhammadiyah. Sarekat Islam dan Muhammadiyah memang didirikan beberapa bulan setelah kedatangan Muhammad Surkati di Indonesia, dan dari situ beberapa orang tertarik untuk bergabung.

Segera setelah Muhammad Surkati al-Ansari tiba di Jawa, suatu gerakan rakyat muncul.

Menurut pengakuannya, tidaklah benar pendapat yang mengatakan bahwa Muhammadiyah muncul sebagai reaksi terhadap kebijakan pemerintah Hindia Belanda yang melakukan Kristenisasi.

Terhadap sosok Kyai Haji Ahmad Dahlan, dia berkata: “Tidak ada ketakaburan dan kefanatikan pada dirinya, dia adalah seseorang yang murni menghormati agama Allah.

Dia berunding dengan saya mengenai pendirian Muhammadiyah; dia telah membaca tulisan-tulisan dari para ilmuwan sebelumnya”.

Banyak buku yang telah dibacanya seperti tulisan Ibnu Taimiyah (1263-1328), Ibn Qayyim al-Djawziyyah (1292-1350) dan dari Muhammad Abduh (1849-1905) serta tulisan lain yang sejenis.

Haji Agus Salim memastikan kepada Muhammad Surkati bahwa Haji Ahmad Dahlan telah mengenal tokoh reformis Mesir itu. Namun, para pemimpin Muhammadiyah berikutnya tidak pernah memanfaatkan hubungan itu.

BACA JUGA: Kisah Perjuangan KH Ahmad Dahlan Membendung Zending Kristen

Muhammadiyah muncul akhirnya memang sebagai pukulan terhadap aksi zending Protestan dan misi Katolik; baru kemudian mereka menyebut dirinya sebagai gerakan pembaharu.

Setelah KH Ahmad Dahlan, karakter Muhammadiyah perlahan-lahan berubah.

Terdapat dua tulisan tentang pembicaraan lisan mengenai KH Ahmad Dahlan yang juga memuat penjelasan tentang kemunculan Muhammadiyah.

Dua berita tertulis menyebutkan tentang pribadinya. Salah satunya berasal dari lingkungan zending Protestan dan kutipan sikap yang dia tujukan kepada agama lain, misalnya Ahmad Dahlan setiap bulan sering berdiskusi dengan para tokoh zending Protestan.

Berita lain terdapat dalam tulisan A. Gaffar Ismail, yang mengisahkan bahwa Kyai Haji Ahmad Dahlan telah meninggalkan surat wasiat agar di makamnya tidak dipahatkan sebuah batu nisan bertulis.

Cukup dengan sebuah tanah yang ditinggikan dan sebuah tanda sebagai pengenalnya. Wasiat ini dijalankan dan dipatuhi oleh anggota keluarganya, para pengikutnya dan murid-muridnya.

Apabila diamati lebih lanjut karya Muhammadiyah selama bertahun tahun, sungguh sangat mengejutkan bahwa yayasan ini berjuang sepanjang sejarahnya praktis menjalankan semboyan dan cita-citanya, yakni :”Sedikit bicara banyak bekerja”.

BACA JUGA: KH Ahmad Dahlan Mengubah Kauman: Kisah Berdirinya Masjid-Masjid Perempuan

Semboyan ini sering dikutip sehingga dijadikan sebagai semboyan Muhammadiyah. Perbedaan teologi juga dibicarakan namun banyak berkaitan dengan praktik kehidupan beragama.

Kekuatan Muhammadiyah menunjukkan bahwa mereka bisa menjalankan tugasnya dengan penuh ketenangan tanpa banyak menemui benturan dengan kelompok Islam yang berpikiran lain.

Djoko mengatakan perkembangan Muhammadiyah dari sudut pandang sosial merupakan perkembangan dari klas menengah kecil, bukan dari ulama dan bangsawan. Yang sangat berguna bagi penyebaran ide-ide keagamaan di antara rakyat biasa terbukti adalah tabligh yang digencarkan oleh Muhammadiyah dan diterima di mana-mana sebagai suatu contoh yang baik dalam Islam.

BACA JUGA: KH Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah Tidak Alergi terhadap Politik

Reposisi Zakat dan Kekuasaan Islam

Oleh: Irawan Santoso Shiddiq, Jurnalis Tinggal di Jakarta ASPEKP terbesar dari penegakan kembali rukun Zakat adalah Tauhid. Zakat, kini...

More Articles Like This