JAKARTAMU.COM | Ka’ab al-Ahbar mengatakan, setelah Nabi Nuh berusia lanjut dan mendekati ajalnya, dia mengundang anak cucunya. Dia memohon kepada Allah agar mengabulkan doanya.
Dia naik ke puncak gunung. Berikutnya Nabi Nuh AS mengundang Yafits. Anak ketiga ini tidak menyambut panggilannya.
Sejarawan Mesir yang paling penting pada zamannya, Syaikh Muhammad bin Ahmad bin Iyas (1448-1522) dalam buku yang diterjemahkan oleh Abdul Halim berjudul “Kisah Penciptaan dan Tokoh-tokoh Sepanjang Zaman” menceritakan Nabi Nuh akhirnya mengutuknya di dalam doanya, “Ya Allah, jadikanlah keturunan Yafits sebagai makhluk yang terjelek.”
Keturunan Yafits adalah Ya’juj dan Ma’juj serta orang-orang Turki. Yafits pergi ke sebuah negeri yang ada di bagian timur. Di sana, dia kawin dan memiliki 5 anak laki-laki, yaitu Jauhar, Batras, Mayasyikh, Sannaf, dan Saqwil.
Keturunan Jauhar adalah orang-orang Shaqalibah dan Romawi. Sedangkan keturunan Batras adalah orang-orang Turki. Keturunan Mayasyikh orang-orang ‘Ajam. Keturunan Sannaf adalah Ya’juj dan Ma’juj. Sedangkan keturunan Saqwil adalah orang-orang Arman (suku yang mendiami negeri Armenia).
Yakjuj Makjuj
Tentang Yakjuj dan Makjuj, dalam Al-Quran Surah al-Kahfi ayat 94 dinyatakan, keduanya adalah kaum yang suka berbuat kerusakan di muka bumi. Yakjuj dan Makjuj merupakan dua istilah yang selalu disebut bersamaan. Kedua istilah tersebut dapat ditemukan dalam Al-Qur’an, hadis, dan juga kitab-kitab suci terdahulu.
Sampai hari ini, suku bangsa yang disebut Yakjuj dan Makjuj masih menimbulkan perdebatan. Ada yang menyebut mereka sebagai bangsa Tartar, Mongol, Cina, dan sebagainya.
Ada pula yang menganggap Yakjuj dan Makjuj sebagai nenek moyang bangsa Turki. Namun demikian, identitas mereka sesungguhnya hanya Allah SWT yang tahu.
Ibnu Katsir menerangkan, Yakjuj dan Makjuj adalah keturunan Adam AS. Silsilah mereka dikatakan berasal dari keturunan Yafits bin Nuh AS.
Dalam Al-Quran dikisahkan, Yakjuj dan Makjuj diisolasi oleh tembok atau benteng logam yang dibangun Zulkarnain. Meski mereka masih berasal dari jenis manusia, Yakjuj dan Makjuj mempunyai ciri khas yang membuat mereka tampak berbeda dari manusia pada umumnya.
Dalam satu hadis Nabi SAW disebutkan, Yakjuj dan Makjuj memiliki muka yang lebar, mata yang kecil (sipit), dan warna putih di rambut atas mereka. Bentuk wajah mereka dikatakan mirip perisai (HR Imam Ahmad).
Mereka juga nyaris tidak memiliki kemampuan untuk memahami bahasa atau perkataan yang dituturkan manusia.
Syekh Ibnu Baz dalam kitab kumpulan fatwanya menuliskan, Yakjuj dan Makjuj akan muncul di akhir zaman, yaitu setelah keluarnya Dajjal dan turunnya Nabi Isa bin Maryam AS. Jumlah Yakjuj dan Makjuj juga terbilang sangat besar sehingga ketika mereka turun dari tempat persembunyiannya, seakan-akan terlihat seperti air bah yang mengalir.
Dalam hadis lain yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari disiratkan bahwa populasi manusia biasa dibandingkan Yakjuj dan Makjuj adalah 1:999 (satu berbanding sembilan ratus sembilan puluh sembilan).
Sementara, hadis yang diriwayatkan oleh an-Nuwas RA mengungkapkan, ketika Allah SWT mengeluarkan Yakjuj dan Makjuj dari tempat persembunyiannya, mereka segera turun dengan cepat dari bukit-bukit yang tinggi.
Selanjutnya, gerombolan atau barisan pertama dari mereka melewati Danau Thabariyah dan kemudian meminum habis semua air dalam danau tersebut (HR Muslim 2937/110, at-Tirmidzi 2240 Abu Dawud 4321, Ibnu Majah 4075).
Allah SWT berfirman, “Hingga apabila dibukakan (tembok) Ya’juj dan Ma’juj dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi. Dan (apabila) sudah dekat kedatangan janji yang benar (kiamat), tiba-tiba terbelalaklah mata orang kafir. (Mereka berkata): ‘Aduhai, celakalah kami, sesungguhnya kami adalah dalam kelalaian mengenai ini, bahkan kami adalah orang yang zalim’,” (QS: al-Anbiya : 96-97).
Lepasnya Ya’juj dan Ma’juj dari tempat persembunyian mereka merupakan salah satu tanda semakin dekatnya hari kiamat. Ketika mereka menguasai dunia, tidak ada yang sanggup menghentikan mereka, termasuk kaum Muslimin yang pada saat itu hidup bersama Nabi Isa AS.
Untuk menghancurkan Ya’juj dan Ma’juj, Allah SWT mengirim sejenis ulat untuk menyerang leher mereka sehingga menyebabkan mereka binasa. Mayat-mayat mereka lantas bergelimpangan dan bau busuk menyengat.
Untuk membersihkan itu semua, Allah SWT lalu mengirim burung-burung untuk mengangkuti mayat-mayat tersebut, serta mengirim hujan untuk membersihkannya.