Rabu, Maret 19, 2025
No menu items!
spot_img

Kisah Nabi Nuh: Raksasa Bernama ‘Auj yang Mengangkut Kayu Jati untuk Bahan Kapal

spot_img
Must Read

JAKARTAMU.COM | Karena doa Nabi Nuh, pintu-pintu langit terbuka dan para malaikat ramai berlalu-lalang di sana. Pada saat itu, Allah memberi wahyu kepadanya:

فَأَوْحَيْنَا إِلَيْهِ أَنِ اصْنَعِ الْفُلْكَ بِأَعْيُنِنَا وَوَحْيِنَا فَإِذَا جَاءَ أَمْرُنَا وَفَارَ التَّنُّورُ ۙ فَاسْلُكْ فِيهَا مِنْ كُلٍّ زَوْجَيْنِ اثْنَيْنِ وَأَهْلَكَ إِلَّا مَنْ سَبَقَ عَلَيْهِ الْقَوْلُ مِنْهُمْ ۖ وَلَا تُخَاطِبْنِي فِي الَّذِينَ ظَلَمُوا ۖ إِنَّهُمْ مُغْرَقُونَ

“Buatlah bahtera di bawah penilikan dan petunjuk Kami, maka apabila perintah Kami telah datang dan tanur telah memancarkan air, maka masukkanlah ke dalam bahtera itu sepasang dari tiap-tiap (jenis), dan (juga) keluargamu, kecuali orang yang telah lebih dahulu ditetapkan (akan ditimpa azab) di antara mereka. Dan janganlah kamu bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang zalim, karena sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan. (QS Al-Mu’minun : 27)

Sejarawan Mesir yang paling penting pada zamannya, Syaikh Muhammad bin Ahmad bin Iyas (1448-1522) dalam buku yang diterjemahkan oleh Abdul Halim berjudul “Kisah Penciptaan dan Tokoh-tokoh Sepanjang Zaman” menceritakan Nabi Nuh AS berkata, “Wahai Tuhanku, apa bahtera itu?”

Allah berfirman, “Bahtera adalah sebuah rumah yang terbuat dari kayu yang berjalan di atas permukaan air.”

Allah telah memerintahkan kepadanya untuk menanam kayu Saj (kayu jati). Menurut riwayat lain, kayu Abnus (kayu ebony). Dia disuruh menanamnya di tanah Kufah. Dia tanam pohon itu dan membiarkannya hidup selama 40 tahun.

Allah memerintahkan kepada langit untuk tidak menurunkan setetes air pun dan memerintahkan kepada bumi untuk tidak menumbuhkan apa pun. Pada masa itu, tidak ada setetes pun air yang turun dari langit. Tidak ada satu tanaman pun yang keluar dari bumi. Tidak ada wanita, binatang ternak, dan binatang liar yang melahirkan, dan tidak ada burung yang bertelur. Semua itu terjadi untuk memperlihatkan hujjah kepada manusia sebelum turunnya azab yang sebenarnya.

Kemudian Allah memerintahkan Nabi Nuh as pergi ke Kufah untuk mengangkut pohon Saj. Akan tetapi, Nabi Nuh bingung bagaimana cara mengangkutnya. Maka, Allah memberi wahyu kepadanya bahwa ‘Auj bin ‘Unuq bisa memikulnya.

Siapa ‘Auj bin ‘Unuq?

Mengutip ulama di bidang Qira’at Al-Quran,Abu al-Hasan Ali bin Hamzah bin Abdullah bin Bahman bin Fairuz al-Kisa’i, Syaikh Muhammad bin Ahmad bin Iyas mengatakan bahwa ‘Unuq adalah ibu ‘Auj. Dia adalah salah seorang dari anak Adam yang buruk penampilannya dan jelek perawakannya.

Dia seorang ahli sihir yang mahir. Setelah setahun melahirkan ‘Auj, ‘Unuq meninggal dan ‘Auj tumbuh menjadi orang yang sangat besar tubuhnya; tingginya mencapai 600 siku orang dahulu, yaitu sama dengan satu setengah siku orang sekarang, dan lebarnya seukuran itu, sampai-sampai ada sebuah riwayat ketika angin topan datang, angin tersebut tingginya tidak melebihi lutut ‘Auj.

Apabila dia duduk di atas gunung, tangannya dia ulurkan ke laut mengambil ikan, dan kemudian memanggangnya di matahari. Dan apabila dia marah kepada sebuah penduduk kampung, dia mengencingi mereka sehingga mereka tenggelam dalam air kencingnya.

Menurut sebuah riwayat, ‘Auj menguasai sebuah penduduk kampung. Penduduk itu berkata kepadanya, “Kami akan membuatkanmu gamis (baju), tetapi kami tidak akan mengambil upahnya darimu kecuali setelah satu tahun.”

Mulailah penduduk kampung itu membuatkannya gamis dari bahan katun. Setelah selesai, mereka memakaikan gamis itu kepadanya. Kemudian ‘Auj pergi meninggalkan mereka.

Setiap kali dia punya maksud lewat ke kampung mereka, dia ingat akan utangnya. Maka, dia pun tidak jadi datang kepada mereka dan tidak pernah lagi masuk ke perkampungan mereka karena takut akan utangnya.

Diriwayatkan bahwa ‘Auj bin ‘Unuq hidup berumur 4.500 tahun. Dia masih hidup hingga zaman Musa. Ketika Musa memasuki sebuah padang sahara bersama Bani Israil, ‘Auj bermaksud membinasakan mereka. Dia menghampiri tentara Musa untuk mengetahui jumlah mereka. Dia mendapatkan mereka hanya kumpulan orang dalam satu farsakh.

Lalu dia pergi ke sebuah gunung dan kemudian mencabut gunung itu dari bumi. Gunung itu dibawanya di atas kepalanya dan datang untuk menimpakannya ke tentara Musa.

Pada saat itu, Allah mengutus burung Hud-hud yang paruhnya diciptakan dari besi. Burung Hud-hud itu turun di atas batu tersebut dan mulailah mematukinya hingga membuatnya berlubang, lalu ia turun ke pundaknya ‘Auj, dan kemudian masuk ke dalam mantelnya hingga ‘Auj tidak bisa bergerak.

Ketika Musa melihat itu, dia menghampirinya dan memukulnya dengan tongkatnya, yang panjangnya 10 siku, sambil melompat ke udara setinggi 10 siku. Tingginya Musa adalah 10 siku; jadi, pukulannya ke betis ‘Auj pun tidak sampai.

Akan tetapi, setelah Musa memukulnya, ‘Auj tersungkur dan kemudian meninggal serta terlempar di lapangan kosong seperti gunung yang besar.

Diriwayatkan bahwa di negeri Tatar (Tartares) ada sungai yang bernama ath-Tha’i. Di sana terdapat jembatan lengkung yang besar. Konon, jembatan tersebut berasal dari tulang ‘Auj bin ‘Unuq dan merupakan salah satu dari keajaiban dunia.

Syarat ‘Auj: Minta Roti

Al-Kisa’i (119 H/737- 189 H/809) mengatakan, setelah Allah memberi wahyu kepada Nabi Nuh AS bahwa yang mampu memikul kayu itu adalah ‘Auj dari Kufah ke tanah Hirah, suatu perkampungan dekat dengan Baghdad, maka Nabi Nuh mendatangi ‘Auj dan memintanya memikulkan kayu tersebut untuknya.

‘Auj berkata, “Aku tidak akan memikulnya kecuali engkau mengenyangkanku dengan roti.” Kebetulan, pada waktu itu Nabi Nuh membawa 3 roti dari kacang. Dia memberikan selembar roti itu kepada ‘Auj dan berkata, “Makanlah roti itu!”

Melihat itu, ‘Auj pun tertawa dan berkata, “Seandainya roti ini sebesar gunung itu, ia tidak akan membuatku kenyang, apalagi roti ini hanya selembar.”

Mendengar ucapan ‘Auj, Nabi Nuh memotong selembar roti itu dan memberikan kepadanya dan berkata, “Bacalah bismillahirrahmaanirrahiim kemudian makan potongan roti ini.”

‘Auj pun memakannya dan kemudian dia diberi lembaran roti yang kedua. Lembaran roti yang kedua baru setengah, ‘Auj telah kenyang dan tidak sanggup memakan apa pun.

Jibril Mengajari Nuh Membuat Kapal

Setelah memakan roti itu, ‘Auj membawa semua kayu tersebut dari Kufah menuju Hirah dalam sekali pemberangkatan. Setelah kayu-kayu tersebut berada di hadapan Nabi Nuh as, beliau berkata, “Wahai Tuhanku, bagaimana cara membuat bahtera itu?”

Maka, Allah memerintahkan Jibril untuk mengajarkannya bagaimana membuat bahtera. Setelah diajari cara membuat bahtera, Nabi Nuh mengubah kayu-kayu tersebut menjadi lembaran-lembaran; kemudian dia melekatkan lembaran yang satu pada lembaran yang lainnya dan memakunya dengan paku-paku besi.

Dia buat depannya seperti kepala burung merak, belakangnya seperti ekor ayam, paruhnya seperti paruh rajawali, sayapnya seperti sayap burung garuda, dan wajahnya seperti wajah burung merpati.

Dan bahtera itu dia jadikan 3 tingkat. Menurut riwayat lain, 7 tingkat. Ibnu ‘Abbas RA mengatakan bahwa panjang bahtera itu 1.000 siku, lebarnya 600 siku, dan tingginya 300 siku.

Menurut sebuah riwayat, Nabi Nuh AS mengerjakan pembuatan bahtera itu memakan waktu selama 40 tahun. Sewaktu mengerjakannya, kaum Nuh suka mengejeknya dan mereka berkata kepadanya, “Hai Nuh, engkau telah meninggalkan kenabian dan beralih profesi menjadi tukang kayu.”

Al-Kisa’i mengatakan bahwa, ketika malam tiba, kaum Nuh suka membawa api untuk membakar kayu bahtera tersebut, tetapi anehnya api itu tidak pernah mampu membakar kayu. Mereka berkata, “Ini karena sihirnya Nuh.”

Ketika pembuatan bahtera mencapai tahap penyelesaian, Nabi Nuh as memolesinya dengan ter dan aspal; kemudian Allah memerintahkannya untuk memaku keempat sisinya, dan di setiap tempat ditancapkannya paku digambarkan sebuah mata.

Nabi Nuh bertanya, “Wahai Tuhanku, apa kegunaannya?”

Allah memberi wahyu kepadanya, “Itulah nama-nama sahabat Muhammad. Mereka adalah ‘Abdullah Abu Bakar, ‘Umar, ‘Utsman, dan ‘Ali. Bahtera tidak akan sempurna kecuali dengan melakukan hal itu.”

Persiapan Terakhir Nabi Nuh sebelum Banjir

Perintah Allah tersebut dilaksanakan oleh Nabi Nuh dan pembuatan bahtera pun selesai. Kemudian Allah menjadikan bahtera itu bisa berbicara. Ia berkata dengan keras dan orang-orang mendengarkannya, “Tidak ada tuhan kecuali Allah, Tuhan bagi orang-orang terdahulu dan orang-orang yang terakhir. Aku adalah bahtera. Barang siapa naik ke atasku, maka dia akan selamat; dan barang siapa menghindar dariku, dia akan binasa.”

Setelah bahtera berhenti dari ucapannya, Nabi Nuh berkata, “Apakah sekarang kalian beriman?” Mereka menjawab, “Hai Nuh, ini adalah karena sihirmu.”

Selanjutnya, Allah memberi wahyu kepada Nabi Nuh, “Kemarahan-Ku kepada orang yang menentang-Ku telah memuncak.”

Allah memerintahkan Nabi Nuh as mempersiapkan makanan untuk satu bulan dan membuat tempat persediaan air tawar di bahtera. Lalu Allah menurunkan untuk Nuh manik-manik dari surga yang bercahaya, seperti cahaya matahari.

Dengan manik-manik itu, Nuh akan mengetahui waktu siang dan malam. Waktu berlalu. Nabi Nuh AS meminta izin kepada Tuhannya untuk melaksanakan haji dan dia pun diizinkan.

Sewaktu dia pergi ke Makkah, kaumnya bermaksud membakar bahtera. Maka Allah memerintahkan kepada beberapa malaikat untuk mengangkat bahtera itu antara langit dan bumi. Para malaikat mengangkat bahtera itu dan kaum Nuh menyaksikannya.

Sewaktu berada di Makkah, Nabi Nuh as melakukan thawaf 7 kali dan di sana dia berdoa agar kaumnya dibinasakan. Doanya dikabul oleh Allah.

Membawa Jasad Adam dan Hawa

Ketika Nuh kembali dari Makkah, bahteranya diturunkan kembali ke atas tanah. Kemudian Allah memerintahkannya agar naik ke sebuah gunung dan menyeru dengan sekeras-kerasnya, “Wahai kawanan binatang liar, kawanan burung, kawanan serangga, dan semua yang bernyawa, datanglah kemari! Masuklah ke dalam bahtera! Sungguh, azab sebentar lagi akan terjadi.”

Seruan Nabi Nuh terdengar dari timur hingga barat. Setelah itu, kawanan binatang liar, burung, binatang melata, dan serangga datang berbondong-bondong.

Lalu Nuh as berkata, “Aku diperintahkan untuk membawa dari masing-masing binatang sepasang, jantan dan betina.”

Dia telah diperintahkan untuk membawa semua jenis pepohonan tanpa kecuali. Dia diperintahkan untuk membawa jasad Adam dan Hawa. Lalu dia meletakkan jasad keduanya dalam sebuah peti. Selain itu, dia diperintahkan untuk membawa Hajar Aswad, tongkat Nabi Adam, yang telah diturunkan kepadanya dari surga, dan diperintahkan membawa tabut, suhuf, dan tali.

Dan manusia yang masuk ke dalam bahtera bersamanya berjumlah 40 orang laki-laki dan 40 orang perempuan. Mereka ditempatkan di tingkat pertama.

Tingkat kedua dijadikan tempat binatang liar, binatang melata, dan binatang ternak. Menurut sebuah riwayat, hewan yang terakhir masuk ke dalam bahtera adalah keledai. Ketika ia mau masuk, iblis memegang buntutnya sehingga ia susah masuk.

Sebelumnya Nabi Nuh menyangka keledai enggan masuk karena kehendaknya. Nabi Nuh berkata, “Hai mal’uun (yang terlaknat), masuklah!” Keledai pun masuk diikuti oleh si iblis. Ketika Nabi Nuh melihat Iblis, dia berkata, “Siapa yang mengizinkanmu masuk ke bahtera ini?”

Iblis menjawab, “Engkau yang telah mengizinkan aku masuk. Bukankah engkau tadi bilang, ‘Hai mal’uun (yang terlaknat) masuklah!,’ dan yang memiliki predikat mal’uun secara mutlak tiada lain kecuali aku.”

spot_img

Riwayat Hidup KH Faqih Usman: Ulama, Pejuang, dan Tokoh Muhammadiyah

JAKARTAMU.COM | KH Faqih Usman lahir pada 27 Februari 1904 di Gresik, Jawa Timur. Ia berasal dari keluarga santri...

More Articles Like This