JAKARTAMU.COM | Surat Al-Ikhlas adalah surat ke-122 dalam Al-Qur’an dan tergolong ke dalam surah Makkiyah. Surah yang terdiri dari empat ayat ini dinamakan juga surah At-Tauhid, karena isinya menjelaskan tentang keesaan Allah SWT sembari menolak segala bentuk penyekutuan terhadap-Nya. Nilai-nilai inilah yang menjadi inti atau esensi ajaran Islam
Setidaknya ada dua kisah tentang sahabat Nabi SAW yang rutin membaca surat Al-Ikhlas dalam salatnya. Kisah pertama diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dalam kitab Sahih al-Bukhari.
Disebutkan, Nabi Muhammad SAW pernah mengangkat seorang lelaki sebagai pemimpin pasukan khusus untuk melakukan suatu tugas. Alkisah, ia melaksanakan tugas dengan baik, namun ada kejadian yang cukup janggal, yakni sang pemimpin selalu mengakhiri bacaan salatnya dengan surat Al-Ikhlas.
Sepulang dari tugas, anggota pasukan khusus tersebut menceritakan kejadian tersebut kepada Nabi Muhammad SAW. Beliau bersabda, “Tanyakanlah kepadanya, mengapa dia melakukan hal itu.” Mereka pun bertanya kepadanya, dan ia menjawab, “Karena di dalamnya disebutkan sifat Tuhan Yang Maha Pemurah, dan aku suka membacakannya dalam salatku.”
Setelah hal itu disampaikan kepada Nabi SAW, maka beliau bersabda:
أَخْبِرُوهُ أَنَّ اللَّهَ تَعَالَى يُحِبُّهُ
Artinya: “Sampaikanlah kepadanya, bahwa Allah menyukainya.”
Kisah kedua, juga disampaikan Imam Bukhari dalam Sahih-nya, yakni “Kitab Sholat”.
Kisah ini diriwayatkan dari Ubaidillah dari Sabit, dari Anas ra. Disebutkan bahwa dahulu pernah ada seorang lelaki menjadi imam suatu jamaah di Masjid Quba dan ia selalu membaca surah al-Ikhlas pada setiap rakaat.
Selepas melaksanakan salat, para sahabat bingung dan penasaran kenapa sang imam membaca surah Al-Ikhlas pada setiap rakaat bahkan sekalipun pada saat yang bersamaan ia juga membaca surah lain. Lantas sebagian sahabat Nabi Muhammad SAW berinisiatif untuk menanyakan hal tersebut kepadanya dengan tujuan mencari penjelasan logis dan argumentatif.
Mereka berkata kepada sang imam, “Sesungguhnya engkau telah membaca surat ini (surah al-Ikhlas), tetapi kelihatannya engkau merasa tidak cukup dengannya, lalu engkau baca surat lainnya sebagai tambahan. Maka alangkah lebih baik jika engkau baca surat ini saja, atau engkau tinggalkan surat ini dan membaca surat lainnya tanpanya.”
Lelaki itu menjawab, “Aku tidak akan meninggalkannya (surah al-Ikhlas) apa pun alasannya. Jika kalian mau menjadikan diriku sebagai imam kalian, maka aku akan tetap melakukannya. Dan jika kalian tidak suka, maka aku tidak mau menjadi imam kalian.”
Mereka kemudian tetap menjadikannya sebagai imam, karena lelaki ini adalah orang yang paling mulia di antara mereka, dan mereka tidak suka bila diimami oleh selainnya.
Pada suatu ketika, Nabi Muhammad SAW berkunjung kepada para jamaah masjid Quba. Mereka kemudian memanfaatkan momen ini untuk bertanya kepada beliau tentang peristiwa yang mereka alami. Setelah mendengarkan dengan saksama, Nabi Muhammad SAW lalu memanggil sang imam untuk memberikan klarifikasi.
Beliau berkata, “Hai Fulan, apakah yang mencegahmu hingga tidak mau melakukan apa yang diminta oleh teman-temanmu, dan mengapa engkau selalu membaca surat ini dalam tiap rakaat salatmu?”
Lelaki itu menjawab, “Aku menyukainya.”
Mendengar jawaban tersebut, beliau lantas bersabda:
حُبُّكَ إِيَّاهَا أَدْخَلَكَ الْجَنَّةَ
Artinya: “Kecintaanmu kepada surat (al-lkhlas) ini dapat memasukkanmu ke dalam surga.” (Sahih al-Bukhari).
Dari kisah di atas, kita dapat mempelajari dua hal, yakni: Pertama, surah al-Ikhlas memiliki beberapa keutamaan sebagaimana yang diriwayatkan dalam hadis-hadis sahih.
Kedua, kecintaan seseorang kepada Allah SWT dan hal-hal yang berkaitan dengan-Nya – jika dilakukan dengan tulus dan sepenuh hati – dapat mengantarkan seseorang kepada rida-Nya.