JAKARTAMU.COM | Kisah Sr. M. Colleta AK, S.Pd., Gr., seorang biarawati Katolik yang berhasil menyelesaikan Pendidikan Profesi Guru (PPG) di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), merupakan contoh nyata dari kerjasama lintas iman dalam dunia pendidikan di Indonesia. Selama 24 tahun, Sr. Colleta telah mendedikasikan dirinya sebagai pendidik anak usia dini di TK Santa Theresia Wedi, Klaten.
Dalam prosesi yudisium pengukuhan guru profesional yang diselenggarakan di Edutorium KH. Ahmad Dahlan UMS pada Sabtu (22/2), Sr. Colleta mengungkapkan rasa syukur dan apresiasinya terhadap sistem pendidikan serta pendampingan yang diberikan oleh UMS selama proses PPG. Ia menekankan bahwa informasi dan bimbingan yang jelas dari pihak universitas sangat membantunya dalam menyelesaikan studi dengan baik.
Pengalaman Sr. Colleta ini mencerminkan semangat inklusivitas dan toleransi yang dijunjung tinggi oleh Muhammadiyah. Sebagai organisasi Islam yang berfokus pada pendidikan, Muhammadiyah telah lama membuka pintu bagi siapa saja yang ingin menimba ilmu, tanpa memandang latar belakang agama. Hal ini sejalan dengan visi Muhammadiyah dalam mencerdaskan kehidupan bangsa melalui integrasi antara ajaran agama dan ilmu pengetahuan modern.
Kerjasama antara institusi pendidikan Muhammadiyah dan komunitas Katolik bukanlah hal baru. Di berbagai daerah, terutama di Indonesia Timur, umat Katolik dan Muhammadiyah telah menjalin hubungan harmonis dan kolaboratif dalam berbagai bidang, termasuk pendidikan. Misalnya, di Nusa Tenggara Timur, kerjasama antara umat Katolik dan Muhammadiyah telah terjalin dengan baik, berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dan menjaga kerukunan antarumat beragama.
Selain itu, fenomena mahasiswa non-Muslim yang menempuh pendidikan di perguruan tinggi Muhammadiyah juga semakin umum. Beberapa kampus Muhammadiyah bahkan memiliki persentase mahasiswa beragama Kristen dan Katolik yang signifikan, mencapai 70 hingga 80 persen. Hal ini menunjukkan bahwa institusi-institusi tersebut diterima baik oleh berbagai kalangan dan mampu menciptakan lingkungan belajar yang inklusif.
Kisah sukses Sr. Colleta di UMS menegaskan bahwa pendidikan dapat menjadi jembatan yang menghubungkan berbagai komunitas, memperkuat toleransi, dan memajukan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Dengan semangat kolaborasi lintas iman, diharapkan lebih banyak lagi inisiatif serupa yang dapat menginspirasi dan membawa manfaat bagi masyarakat luas. (Dwi Taufan Hidayat)