“Sebagian besar negara belum pernah mencapai keterwakilan perempuan sebesar 30%, termasuk Indonesia. Jadi, kita tidak bisa berbangga dengan capaian 21% karena angka ini masih jauh dari target,” ungkap Venny.
Venny juga menekankan pentingnya evaluasi dan pemantauan atas implementasi komitmen Indonesia terhadap BPfA. Menurutnya, dinamika politik global dan nasional turut mempengaruhi capaian keadilan gender di Indonesia.
“Penting bagi Indonesia untuk membangun proses pemantauan dan konsolidasi bersama berbagai pemangku kepentingan, termasuk Organisasi Masyarakat Sipil, agar dapat melakukan evaluasi serta pelaporan implementasi komitmen Indonesia terkait CEDAW, BPfA, dan hak asasi perempuan,” tutupnya.
Acara ini juga menghadirkan Aeshnina Azzahra, seorang remaja aktivis lingkungan yang menunjukkan peran remaja dalam mengatasi isu lingkungan dan bagaimana pencemaran lingkungan memberikan dampak yang lebih merugikan bagi Perempuan. Juga Wulandari Ney, Ketua Bidang IPMAWATI PP IPM yang menyoroti isu digitalisasi dan kekerasan berbasis gender
.