Sabtu, Maret 22, 2025
No menu items!
spot_img

Kompor Biomassa Karya Dosen UB: Laris di Norwegia, Terpinggirkan di Negeri Sendiri

spot_img
Must Read

Inovasi Energi Bersih yang Mendunia

Malang – Sebuah inovasi anak bangsa kembali membuktikan daya saingnya di kancah internasional. Kompor biomassa hasil riset Muhammad Nurhuda, dosen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas Brawijaya (UB) Malang, kini telah diproduksi massal dan dipasarkan luas di berbagai negara, termasuk Norwegia, India, Meksiko, Peru, Timor Leste, Kamboja, serta sejumlah negara di Afrika. Ironisnya, di dalam negeri, kompor ramah lingkungan ini masih kalah pamor dibandingkan kompor elpiji bersubsidi.

Kompor biomassa ini menawarkan solusi energi yang lebih bersih, hemat bahan bakar, dan memiliki emisi gas buang yang jauh lebih rendah dibandingkan kompor berbahan minyak tanah maupun kayu bakar. Dengan desain yang efisien dan teknologi pembakaran optimal, kompor ini nyaris tidak menghasilkan asap, berbeda dengan tungku kayu atau dapur minyak tanah yang selama ini menjadi pilihan utama di daerah pedesaan.

“Selain dipasarkan di berbagai negara, produksi kompor biomassa ini juga ditangani pihak ketiga, yakni Primecookstove. Ini menunjukkan bahwa teknologi kita sebenarnya sangat kompetitif di pasar global. Sayangnya, untuk pasar dalam negeri, adopsinya masih sangat terbatas,” ujar Nurhuda saat ditemui di pameran hasil penelitian UB.

Keunggulan utama kompor biomassa ini terletak pada fleksibilitas bahan bakarnya. Kompor ini bisa menggunakan kayu cacahan, pelet kayu, limbah sawit, serta berbagai jenis biomassa lainnya. Bahkan, bahan bakar berbentuk pelet kayu dapat memberikan aroma khas yang menambah cita rasa masakan. Untuk memastikan ketersediaan bahan bakar, produksi kayu cacahan telah mencapai kapasitas sekitar 20 ton per hari, sehingga pengguna kompor ini tidak perlu khawatir mengalami kelangkaan bahan bakar.

Perjalanan Panjang dari Laboratorium ke Pasar Internasional

Pengembangan kompor biomassa ini bukanlah proses yang instan. Sejak 2008, Nurhuda telah melakukan berbagai penelitian dan uji coba untuk menciptakan desain yang optimal. Butuh waktu bertahun-tahun sebelum akhirnya produk ini siap untuk diproduksi dan dipasarkan secara luas.

Namun, tantangan terbesar justru muncul ketika kompor ini mulai diperkenalkan ke pasar domestik. Meskipun secara teknologi lebih unggul dan ramah lingkungan, adopsi kompor biomassa di Indonesia masih sangat terbatas. Salah satu penyebab utamanya adalah kebijakan subsidi elpiji yang membuat harga gas sangat murah dibandingkan bahan bakar biomassa.

“Subsidi elpiji di Indonesia sangat besar, khususnya untuk tabung tiga kilogram yang banyak digunakan masyarakat. Hal ini membuat harga elpiji sangat murah dibandingkan dengan biaya bahan bakar biomassa, terutama bagi masyarakat perkotaan yang harus membeli kayu cacahan atau pelet kayu,” jelas Nurhuda.

Kondisi ini menciptakan tantangan tersendiri bagi pengembangan pasar kompor biomassa di dalam negeri. Di satu sisi, masyarakat di pedesaan yang memiliki akses melimpah terhadap bahan bakar biomassa bisa mendapatkan manfaat besar dari teknologi ini. Namun, bagi mereka yang tinggal di perkotaan, biaya penggunaan kompor biomassa bisa lebih tinggi dibandingkan kompor elpiji, terutama jika harus membeli bahan bakar secara reguler.

Kompor Inovatif yang Laris di Pasar Global

Meskipun mengalami hambatan di dalam negeri, di luar negeri kompor biomassa ini justru mendapat respons positif. Norwegia, sebagai salah satu negara yang aktif menggalakkan penggunaan energi terbarukan, menjadi pasar utama bagi produk ini. Selain itu, negara-negara berkembang seperti India, Meksiko, dan beberapa negara di Afrika juga menunjukkan minat besar terhadap teknologi ini karena dapat membantu mengurangi ketergantungan pada kayu bakar yang masih banyak digunakan oleh masyarakat di pedesaan.

“Negara-negara berkembang menghadapi tantangan yang sama dengan Indonesia dalam hal energi bersih. Namun, perbedaannya adalah pemerintah mereka lebih mendukung solusi seperti ini dengan kebijakan yang lebih berpihak pada energi ramah lingkungan. Di Indonesia, tantangan utamanya adalah subsidi elpiji yang membuat masyarakat enggan beralih ke alternatif lain,” kata Nurhuda.

Kompor biomassa ini terdiri dari tiga komponen utama dan dijual di Indonesia dengan harga Rp195 ribu per unit. Jika dipesan dalam jumlah besar, harga bisa lebih murah. Namun, rendahnya permintaan dalam negeri membuat produksi dalam skala besar sulit dilakukan.

Masa Depan Energi Ramah Lingkungan di Indonesia

Keberhasilan kompor biomassa karya Nurhuda di pasar global menjadi bukti bahwa inovasi anak bangsa memiliki daya saing tinggi di tingkat internasional. Namun, untuk bisa diterapkan lebih luas di dalam negeri, diperlukan dukungan kebijakan yang lebih berpihak pada energi terbarukan.

Saat ini, Indonesia masih bergantung pada subsidi bahan bakar fosil, terutama elpiji dan BBM. Jika pemerintah mulai mengalokasikan lebih banyak insentif untuk energi bersih, teknologi seperti kompor biomassa ini bisa menjadi solusi yang lebih luas digunakan.

Nurhuda berharap, di masa depan, inovasi ini tidak hanya menjadi produk ekspor unggulan, tetapi juga bisa diadopsi secara lebih luas oleh masyarakat Indonesia.

“Inovasi ini bukan hanya soal efisiensi, tetapi juga tentang keberlanjutan lingkungan. Jika kita ingin membangun masa depan energi yang lebih hijau, harus ada sinergi antara pemerintah, pelaku industri, dan masyarakat untuk mendukung solusi yang lebih ramah lingkungan,” tutupnya.

Keberhasilan kompor biomassa ini di pasar internasional menjadi cerminan bahwa inovasi dalam negeri memiliki potensi besar untuk bersaing secara global. Namun, tanpa dukungan yang memadai, inovasi ini bisa terus terpinggirkan di tanah airnya sendiri. (Dwi Taufan Hidayat)

spot_img

PCM Bergas Terima Kehadiran Tim 5 Tarhim PDM Kabupaten Semarang, Bahas Penguatan Ranting dan Pembangunan Masjid

BERGAS, JAKARTAMU.COM | Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Bergas menerima kunjungan Tim 5 Tarhim Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Semarang...

More Articles Like This