JAKARTAMU.COM | Fenomena Kristen-Muhammadiyah atau Krismuha bukan perkara baru. Hal ini sudah terjadi dan dicontohkan pendirinya, KH Ahmad Dahlan. Abdul Mu’ti menyebut sumbangan pendidikan Ahmad Dahlan yang sangat penting adalah pendidikan antar-iman.
Sebagaimana dijelaskan Kyai Sudja (2009), Kiai Ahmad Dahlan mengizinkan murid-murid OSVIA Magelang yang beragama Kristen untuk mengikuti pendidikan agama Islam ekstrakurikuler yang diselenggarakannya.
“Hal ini merupakan terobosan baru,”tulis Prof Dr. Abdul Mu’thi, M.Ed dalam buku berjudul “KH Ahmad Dahlan” Bab “Pembaharuan Pendidikan KH Ahmad Dahlan” (Museum Kebangkitan Nasional Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2015).
Baca juga: Krismuha: 83 Persen Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Kupang Adalah Non-Islam
Kiai Ahmad Dahlan memberikan kesempatan kepada siswa non-Muslim untuk mengenal Islam tidak hanya dari interaksinya dengan Muslim tetapi dari isi ajarannya.
Kiai Ahmad Dahlan adalah seorang yang berkepribadian terbuka. Persahabatannya tidak terbatas dengan kalangan Muslim saja tetapi juga dengan para missionaries dan zending.
Beliau memang beberapa kali melakukan perdebatan dengan mereka, tetapi persahabatannya dengan para tokoh agama Nasrani tetap terbina dengan dengan baik. Tanpa merasa canggung beliau berkunjung ke gereja dengan tetap menggunakan sorban.
Belajar dari Kiai Ahmad Dahlan, sekolah-sekolah dan perguruan tinggi Muhammadiyah saat ini menerima siswa dan mahasiswa non-Muslim.
Di lembaga pendidikan Muhammadiyah, para siswa non-Muslim mendapatkan pelajaran agama sesuai dengan agamanya dan diampu oleh guru agama yang seagama.
“Model pendidikan inklusif ini memiliki makna penting dalam membangun keeukunan antara umar beragama dan keberagamaan yang terbuka,” ujar Abdul Mu’ti.
Baca juga: Krismuha Irma Amelia Tak Ragu Pilih UMJ untuk Perdalam Ilmu