JAKARTAMU.COM | Nama Kusni Kasdut mungkin tidak sepopuler tokoh kriminal lain dalam sejarah Indonesia, tetapi kisah hidupnya mencerminkan ironi pahit yang dihadapi banyak pejuang kemerdekaan setelah Indonesia merdeka. Dari seorang pejuang bersenjata yang berjuang melawan penjajah, ia berubah menjadi salah satu perampok paling terkenal dalam sejarah kriminal Indonesia.
Awal Kehidupan dan Perjuangan di Masa Revolusi
Kusni Kasdut lahir di Kediri, Jawa Timur, pada awal abad ke-20. Seperti banyak pemuda pada masanya, ia tumbuh dalam kondisi yang serba sulit akibat penjajahan Belanda dan kemudian pendudukan Jepang. Saat Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945, Kusni bergabung dengan laskar pejuang yang bertempur melawan Belanda dalam agresi militer.
Sebagai seorang pejuang, Kusni dikenal sebagai sosok yang pemberani dan memiliki keterampilan bertempur yang mumpuni. Ia ahli dalam menggunakan senjata api dan memiliki jiwa kepemimpinan yang kuat di medan perang. Namun, ketika perang usai dan Belanda akhirnya mengakui kedaulatan Indonesia pada 1949, Kusni menghadapi kenyataan pahit: hidup di era damai ternyata jauh lebih sulit bagi seorang bekas pejuang bersenjata.
Dari Pejuang Menjadi Penjahat
Setelah perang berakhir, Kusni Kasdut dan banyak mantan pejuang lainnya menghadapi kesulitan ekonomi. Tidak ada jaminan kesejahteraan dari pemerintah, dan keterampilan mereka dalam pertempuran tidak lagi dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Merasa dikecewakan oleh keadaan, Kusni mulai melakukan tindakan kriminal untuk bertahan hidup.
Kejahatan pertamanya adalah perampokan kecil-kecilan, tetapi seiring waktu, ia semakin berani. Kusni merekrut beberapa mantan pejuang lain yang bernasib sama untuk membentuk geng kriminal. Dengan pengalaman bertempur yang mereka miliki, kelompok ini menjadi sangat terorganisir dan sulit ditangkap oleh aparat keamanan.

Aksi Perampokan Legendaris
Salah satu aksi kriminal paling terkenal yang dilakukan Kusni Kasdut adalah perampokan di Museum Nasional Jakarta pada tahun 1961. Dalam aksi ini, Kusni dan komplotannya menyamar sebagai polisi militer dan berhasil membawa kabur sejumlah besar barang berharga, termasuk perhiasan emas dan artefak bersejarah.
Namun, aksi Kusni tidak berhenti di situ. Ia juga melakukan sejumlah perampokan bank dan toko emas di berbagai daerah. Keberaniannya dalam menghadapi polisi membuatnya semakin terkenal. Dalam beberapa perampokan, ia bahkan menggunakan strategi yang sangat cerdas, seperti menyamar menjadi aparat keamanan atau menggunakan taktik gerilya untuk melarikan diri.
Akhir Pelarian dan Eksekusi Mati
Namun, secerdik apa pun seorang kriminal, ia tak bisa selamanya menghindari hukum. Setelah bertahun-tahun menjadi buronan nomor satu di Indonesia, Kusni akhirnya tertangkap. Ia dijatuhi hukuman mati atas berbagai kejahatannya, termasuk pembunuhan dan perampokan bersenjata.
Pada 1980, eksekusi mati terhadap Kusni Kasdut dilakukan. Ia menghadapi ajalnya dengan tenang, tanpa sedikit pun menunjukkan ketakutan. Banyak yang mengatakan bahwa dalam kata-kata terakhirnya, Kusni masih menyesalkan bagaimana para pejuang seperti dirinya dibiarkan terlunta-lunta setelah perang usai.
Dilema Seorang Kusni Kasdut
Kisah Kusni Kasdut menjadi refleksi mendalam tentang nasib banyak mantan pejuang kemerdekaan Indonesia yang merasa diabaikan oleh negara yang mereka perjuangkan. Dari seorang patriot, ia berubah menjadi penjahat karena keterpaksaan dan kekecewaan.

Hingga kini, Kusni Kasdut tetap menjadi legenda di dunia kriminal Indonesia. Namanya dikenang sebagai contoh tragis bagaimana seorang pejuang yang pernah membela tanah airnya akhirnya jatuh ke jalan yang kelam.
Apakah Kusni Kasdut seorang pahlawan yang tersesat atau sekadar kriminal yang mencari alasan? Sejarah mungkin tidak memberikan jawaban pasti, tetapi kisah hidupnya tetap menjadi pelajaran berharga tentang bagaimana nasib para pejuang setelah perang dapat menentukan jalan hidup mereka