Rabu, Januari 22, 2025
No menu items!

Lika-liku Kehidupan Paruh Baya (1): Mulai Berubah

Cerita bersambung penuh hikmah karya Sugiyati, S.Pd, Guru SMA Negeri 1 Ambarawa Kabupaten Semarang.

Must Read

NINA duduk termenung di ruang tamu sambil memandangi foto keluarga yang tergantung di dinding. Foto itu diambil lima tahun lalu, ketika semuanya terasa sempurna. Arman, suaminya, tersenyum lebar di samping Raka dan Hana yang masih kecil. Tapi kini, segala sesuatunya terasa berbeda.

Arman jarang tersenyum. Ia lebih banyak menghabiskan waktu di kamar kerjanya atau keluar rumah dengan alasan pekerjaan. Perubahan sikap ini perlahan-lahan menciptakan jarak di antara mereka.

Pagi itu, Nina mencoba berbicara dengan Arman di meja sarapan. “Mas, kamu baik-baik saja? Akhir-akhir ini kamu terlihat… berbeda.”

Arman menatapnya dengan pandangan kosong. “Aku baik-baik saja,” jawabnya singkat.

Namun, sebelum Nina sempat membalas, Hana datang sambil mengeluh. “Bu, sepatu baletku hilang lagi! Aku yakin Raka yang memindahkannya.”

“Aku bahkan nggak pernah menyentuh barang-barang kamu!” sergah Raka yang baru turun dari kamarnya.

Nina mencoba menenangkan keduanya, tapi Arman hanya berdiri dan pergi tanpa sepatah kata.

Sepeninggal Arman, Hana menatap Nina dengan raut wajah bingung. “Bu, kenapa Ayah jadi begini? Dulu Ayah selalu bantu aku nyari barang yang hilang.”

Nina hanya tersenyum lemah. “Mungkin Ayah sedang banyak pikiran.”

“Arman semakin jarang berbicara dengan Nina, apalagi dengan anak-anak. Sementara itu, Raka yang sedang menghadapi tugas akhir di kampus mulai merasa terbebani oleh sikap ayahnya yang acuh.”

Namun, Nina tahu masalahnya tidak sesederhana itu. Arman yang dulu hangat kini berubah menjadi sosok yang pendiam dan mudah tersinggung.

Hari-hari berlalu, dan suasana di rumah semakin tegang. Arman semakin jarang berbicara dengan Nina, apalagi dengan anak-anak. Sementara itu, Raka yang sedang menghadapi tugas akhir di kampus mulai merasa terbebani oleh sikap ayahnya yang acuh.

“Bu, aku nggak tahu harus bicara sama siapa lagi,” katanya suatu malam. “Aku cuma pengen Ayah kasih aku sedikit waktu, kayak dulu.”

Nina mengangguk pelan. “Ibu tahu, Nak. Tapi Ayahmu mungkin sedang butuh waktu untuk dirinya sendiri.”

“Kalau gitu, sampai kapan kita harus nunggu, Bu?”

Pertanyaan Raka membuat Nina terdiam. Ia tidak punya jawaban.

Pada suatu malam, Nina mencoba menghubungi sahabatnya, Rani, yang bekerja sebagai konselor pernikahan. Rani mendengarkan keluh kesah Nina dengan penuh perhatian.

“Nina, aku rasa Arman sedang mengalami krisis emosional. Ini bukan salahmu atau anak-anak. Kadang, pria di usia paruh baya bisa merasa kehilangan arah, terutama kalau ada tekanan di pekerjaan atau masalah pribadi yang mereka pendam.”

“Tapi aku nggak tahu bagaimana cara mendekati dia,” keluh Nina.

Rani terdiam sejenak sebelum menjawab. “Kamu pernah bilang tertarik belajar hipnoterapi, kan? Mungkin ini saat yang tepat untuk mencoba. Kamu bisa gunakan itu untuk membantu Arman memahami apa yang sebenarnya dia rasakan.”

Meski ragu, Nina memutuskan untuk mengikuti saran Rani. Ia mulai belajar tentang hipnoterapi melalui buku dan kursus online. Namun, di tengah usahanya, konflik baru muncul di rumah.

Suatu hari, Hana menemukan amplop surat di meja kerja Arman. Tanpa berpikir panjang, ia membukanya dan terkejut membaca isinya.

“Bu, ini apa?” tanyanya sambil menyerahkan surat itu kepada Nina.

Nina membaca surat itu dengan tangan gemetar. Isinya adalah peringatan dari kantor Arman tentang penurunan performa kerjanya.

Malam itu, Nina mencoba berbicara dengan Arman. “Mas, aku nemu surat dari kantor. Apa kamu nggak mau cerita apa yang sebenarnya terjadi?”

Arman menatapnya tajam. “Kamu nggak punya hak untuk mencampuri urusan pekerjaanku, Nina.”

“Aku cuma mau bantu, Mas. Aku lihat kamu makin tertekan, dan aku nggak mau kamu menghadapinya sendirian.”

“Tolong, Nina. Jangan ikut campur.”

Setelah mengatakan itu, Arman keluar rumah tanpa memberi tahu ke mana ia pergi.

Beberapa hari kemudian, Nina mendengar gosip dari tetangganya, Bu Ria, bahwa Arman sering terlihat berbicara dengan seorang wanita muda di dekat kantor.

“Nina, aku nggak mau mencampuri urusan rumah tangga kamu, tapi aku pikir kamu perlu tahu. Wanita itu katanya sekretaris baru di kantor suamimu.”

Berita itu membuat Nina semakin resah. Ia tidak ingin mempercayai gosip, tetapi perubahan sikap Arman selama ini membuatnya sulit untuk tidak curiga.

Malam itu, Nina mencoba mengajak Raka dan Hana bicara.

“Kita harus saling mendukung sekarang. Ayah sedang menghadapi masa sulit, dan kita harus bersabar.”

“Tapi Bu, kalau Ayah nggak mau terbuka, bagaimana kita bisa bantu?” tanya Raka.

Hana menambahkan, “Aku cuma pengen Ayah kembali seperti dulu.”

Nina menahan air matanya. “Ibu juga, Nak. Ibu juga.”

“Mas, aku nggak akan memaksamu bicara, tapi aku ingin kamu tahu bahwa aku ada di sini untuk mendengarkan kapan pun kamu siap.”

Seminggu kemudian, Nina mencoba mendekati Arman lagi. Kali ini, ia menggunakan teknik relaksasi yang baru saja ia pelajari dari kursus hipnoterapi.

“Mas, aku nggak akan memaksamu bicara, tapi aku ingin kamu tahu bahwa aku ada di sini untuk mendengarkan kapan pun kamu siap.”

Arman menatap Nina dengan mata lelah. Untuk pertama kalinya dalam beberapa bulan, ia terlihat ragu sebelum akhirnya berkata, “Aku nggak tahu harus mulai dari mana.”

“Mulai dari apa pun yang kamu rasakan,” jawab Nina lembut.

Namun, sebelum percakapan itu berlanjut, ponsel Arman berdering. Ia melihat layar, wajahnya berubah tegang, lalu pergi ke kamar tanpa menjawab.

Nina hanya bisa menatap punggungnya dengan perasaan campur aduk. Di satu sisi, ia merasa bahwa Arman mulai membuka diri. Tapi di sisi lain, ia tahu bahwa ada sesuatu yang disembunyikan suaminya.

Aku harus mencari cara untuk menolongnya, pikir Nina dalam hati.

Arman menutup pintu kamar dengan wajah penuh beban, sementara Nina terduduk di ruang tamu, memikirkan langkah berikutnya. Konflik mulai terbuka, tetapi solusi masih terasa jauh dari jangkauan. (Bersambung)

Wamentrans: Pengembangan Ternak Sapi Dukung Swasembada Daging

JAKARTAMU.COM | Wacana pengembangan kawasan transmigrasi untuk pengembangan peternakan sapi mendapat dukungan Wakil Menteri Transmigrasi Viva Yoga Mauladi. Dia...

More Articles Like This