Oleh: Sugiyati, S.Pd. | Guru SMA Negeri I Ambarawa Kabupaten Semarang
BEBERAPA bulan setelah pengadilan berakhir, kehidupan keluarga Nina dan Arman perlahan kembali normal. Meski kemenangan di pengadilan memberi mereka kelegaan, luka emosional akibat konflik sebelumnya masih terasa. Namun, mereka bertekad untuk bangkit bersama.
Nina memulai pagi itu dengan semangat baru. Ia menyiapkan sarapan untuk seluruh keluarga—hal yang sudah lama tidak dilakukannya. “Hana, Raka, ayo makan. Kita punya hari yang panjang,” serunya dari dapur.
Hana yang baru bangun, tersenyum melihat ibunya yang terlihat lebih bahagia. “Mama, sarapan ini spesial banget. Ada apa?”
“Tidak ada apa-apa. Mama cuma ingin semuanya merasa nyaman lagi di rumah ini,” jawab Nina sambil mencium kening putrinya.
Arman, yang duduk di meja makan, tersenyum melihat pemandangan itu. “Aku rasa ini awal yang baru untuk kita,” katanya.
Setelah pengalaman yang berat, Arman memutuskan untuk lebih terbuka kepada keluarganya. Ia mulai melibatkan Raka dalam pengelolaan keuangan keluarga dan meminta pendapatnya dalam berbagai keputusan penting.
“Papa, aku mungkin belum ahli, tapi aku senang Papa mau melibatkanku,” ujar Raka saat mereka berdiskusi di ruang kerja.
“Kamu sudah membuktikan bahwa kamu bisa diandalkan, Nak. Papa bangga padamu,” jawab Arman dengan tulus.
Sementara itu, Hana menemukan cara baru untuk mengekspresikan dirinya. Ia bergabung dengan klub seni di sekolah dan mulai melukis. Salah satu lukisannya, yang menggambarkan keluarganya dalam pelukan hangat, membuat Nina terharu.
“Hana, ini indah sekali. Kamu sangat berbakat,” kata Nina sambil memeluk putrinya.
Nina, yang selama ini sibuk mengurus keluarga, memutuskan untuk memulai usaha kecil. Ia membuka kafe sederhana di dekat rumah, tempat orang bisa berkumpul dan berbagi cerita. Kafe itu diberi nama “Pelangi Keluarga”, sebagai simbol harapan setelah badai yang mereka alami.
Kafe itu menjadi tempat favorit di lingkungan sekitar. Bahkan, Hana dan Raka sering membantu Nina di sana saat akhir pekan.
“Ini lebih dari sekadar kafe, Ma. Ini rumah kedua bagi kita semua,” kata Hana saat melihat pelanggan yang tersenyum puas.
Keharmonisan yang Ditemukan Kembali
Malam itu, keluarga mereka berkumpul di ruang tamu. Nina membawa secangkir teh hangat untuk Arman, sementara Hana dan Raka duduk di lantai, bermain kartu.
“Kita sudah melalui banyak hal, tapi aku merasa kita semakin kuat,” ujar Arman sambil menatap keluarganya.
“Karena kita saling mendukung. Itu yang membuat kita berbeda,” jawab Nina dengan senyum hangat.
Hana tiba-tiba berkata, “Aku senang akhirnya kita bisa seperti ini lagi. Aku nggak mau kehilangan momen seperti ini.”
Raka mengangguk setuju. “Keluarga ini adalah kekuatan kita. Aku percaya kita bisa menghadapi apa pun bersama-sama”
Akhir Seri 10: Pelangi Setelah Badai
Keluarga Nina dan Arman akhirnya menemukan kembali keharmonisan yang pernah hilang. Meski masa lalu tidak bisa diubah, mereka belajar bahwa cinta dan kepercayaan adalah kunci untuk melangkah maju.
Saat mereka duduk bersama di malam yang tenang itu, pelangi kecil di hati mereka muncul, mengingatkan bahwa badai telah berlalu, dan hari-hari cerah telah menanti.
Tamat