Oleh: Sugiyati, S.Pd. | Guru SMA Negeri I Ambarawa Kabupaten Semarang
WINA semakin menjadi ancaman nyata bagi keluarga Nina dan Arman. Setelah gagal melalui pendekatan langsung dengan Arman, ia mulai melibatkan pihak lain untuk memperkuat posisinya. Sebuah surat somasi dari pengacaranya sampai ke tangan Nina, memberikan batas waktu untuk pelunasan hutang yang tersisa.
“Arman, ini sudah tidak bisa kita abaikan lagi,” kata Nina sambil menunjukkan surat itu.
“Aku tahu, Nina. Tapi aku sudah memberikan semua yang kita punya. Kalau dia tetap menuntut, aku tidak tahu apa lagi yang bisa kita lakukan,” jawab Arman dengan nada putus asa.
Namun, Nina tidak menyerah. Ia menghubungi Kartika, pengacara keluarga mereka, untuk menyiapkan langkah hukum berikutnya.
“Kita tidak hanya akan bertahan, tapi juga menyerang,” kata Kartika dengan tegas. “Saya akan mengumpulkan bukti bahwa Wina telah melakukan intimidasi dan penyebaran informasi palsu.”
Di sisi lain, Hana mulai menunjukkan keteguhan yang luar biasa. Meskipun masih muda, ia mencoba mendukung keluarganya dengan caranya sendiri. Ia bahkan menghubungi beberapa teman keluarganya untuk mencari peluang membantu keuangan mereka.
“Ma, aku tahu ini mungkin tidak banyak, tapi aku menemukan pekerjaan paruh waktu yang bisa membantu biaya rumah tangga,” kata Hana suatu malam.
Nina terharu dengan inisiatif anaknya. “Hana, kamu tidak perlu memikul beban ini sendirian. Tapi terima kasih, Nak. Kamu membuat Mama sangat bangga.”
Sementara itu, Raka sibuk dengan penyelidikannya sendiri. Ia menyadari bahwa ada sesuatu yang janggal dalam semua dokumen dan pernyataan Wina.
“Papa, aku butuh akses ke semua dokumen proyek lama itu. Aku merasa ada yang tidak beres,” kata Raka.
Arman awalnya ragu, tetapi akhirnya menyerahkan semua berkas kepada Raka. “Kalau kamu bisa menemukan sesuatu, itu akan sangat membantu kita.”
Beberapa hari kemudian, Raka menemukan fakta mengejutkan. Dalam salah satu kontrak proyek lama, terdapat bukti bahwa Wina telah memalsukan tanda tangan Arman untuk mengambil pinjaman tambahan tanpa sepengetahuan Arman.
“Ini bisa menjadi bukti kuat bahwa Wina bukan hanya bertindak tidak etis, tapi juga melanggar hukum,” ujar Raka sambil menunjukkan dokumen itu kepada Kartika.
Kartika segera menyiapkan tuntutan balik terhadap Wina. “Jika ini terbukti, Wina tidak hanya kehilangan hak atas klaim hutang, tapi juga bisa menghadapi hukuman pidana.”
Di tengah persiapan hukum, Wina mencoba langkah terakhirnya untuk menghancurkan reputasi Arman. Ia menyebarkan video lama yang menunjukkan Arman dan Wina dalam situasi yang tampak mesra. Video itu dengan cepat menjadi viral di media sosial, menyebabkan Arman mendapat sorotan negatif dari rekan kerja dan teman-temannya.
Nina merasa terpukul, tetapi ia memilih untuk tetap tegar di depan anak-anaknya. “Kita tahu kebenarannya. Itu yang terpenting,” katanya.
Namun, tekanan itu membuat Arman hampir menyerah. “Nina, mungkin aku memang pantas kehilangan segalanya. Semua ini terjadi karena kesalahanku.”
Nina memegang tangan suaminya dengan erat. “Tidak, Arman. Kamu sudah cukup menanggung beban. Sekarang giliran kita sebagai keluarga untuk menghadapinya bersama.”
Pengadilan akhirnya dimulai. Dengan bukti-bukti yang disiapkan oleh Kartika dan Raka, posisi Wina mulai melemah. Fakta bahwa ia memalsukan dokumen dan menyebarkan informasi palsu menjadi pukulan telak.
Di pengadilan, Kartika menunjukkan bukti-bukti tersebut dengan percaya diri. “Tindakan klien saya mungkin salah perhitungan dalam proyek masa lalu, tetapi tidak ada bukti bahwa ia berhutang sebesar yang diklaim oleh pihak lawan. Sebaliknya, ada bukti bahwa pihak lawan bertindak curang untuk mendapatkan keuntungan pribadi.”
Wina mencoba membela diri, tetapi semua argumennya dipatahkan oleh fakta-fakta yang kuat.
Setelah proses panjang, pengadilan memutuskan bahwa Wina bersalah atas pemalsuan dokumen dan penyebaran fitnah. Hak atas hutang yang diklaimnya dibatalkan, dan ia diwajibkan membayar ganti rugi kepada Arman dan keluarganya.
Nina merasa lega, tetapi ia tahu bahwa perjalanan mereka belum benar-benar selesai.
“Hari ini kita menang, tapi kita harus belajar dari semua ini,” ujar Nina kepada keluarganya.
Arman mengangguk. “Aku berjanji, Nina. Tidak akan ada lagi rahasia di antara kita.”
Akhir Seri 9:
Keluarga Nina dan Arman berhasil melewati badai terbesar dalam hidup mereka, tetapi luka-luka yang ditinggalkan oleh masalah ini masih perlu waktu untuk sembuh. Apakah mereka akan mampu membangun kembali kepercayaan dan keharmonisan yang pernah mereka miliki? (Bersambung)