Rabu, April 16, 2025
No menu items!

Cerpen

CERPEN: Di Suatu Saat Nanti

1 Di suatu sore yang teduh, Rania melangkah dengan hati penuh kasih, menggandeng tangan kecil kedua putranya yang masih polos. Mereka berebutan memanggilnya, "Dia ibuku!" seolah-olah dunia mereka hanya berpusat pada perempuan itu. Wajah Rania berseri-seri, senyum hangatnya tak...

CERPEN: Menanti dalam Gelap

Oleh: Dwi Taufan Hidayat Hujan deras membasahi atap rumah tua di pinggir desa. Angin menampar-nampar jendela, membuatnya berderik seperti suara rintihan. Di dalam rumah itu, seorang wanita tua duduk di kursi goyang, mengelus-elus boneka bayi dengan penuh kasih sayang....

CERPEN: Api di Balik Tirai

Oleh: Dwi Taufan Hidayat BARA itu bermula dari satu percikan kecil. Sekadar pesan singkat yang tampaknya tak berbahaya: “Apa kabar? Lama nggak ketemu.” Laras membaca pesan itu dengan perasaan bergetar. Nama pengirimnya terpampang jelas di layar: Dion. Mantan kekasihnya dari...

Cerpen: Cahaya yang Padam

PAK HARUN duduk di teras rumahnya, menatap jalanan kampung yang semakin ramai oleh kendaraan berlalu-lalang. Angin sore mengusap wajahnya yang penuh garis kehidupan. Di tangannya, secangkir kopi mengepul, tetapi tak lagi ia seruput. Pikirannya melayang jauh, seolah mencari...

CERPEN: Presiden Tanpa Hati

DI sebuah ruang konferensi mewah, para dokter dari berbagai negara berkumpul untuk berbagi pencapaian terbaru dalam bidang kedokteran. Ruangan itu dipenuhi oleh suara diskusi dan tawa ringan, sementara para ahli saling memamerkan kemajuan teknologi medis di negara mereka masing-masing....

CERPEN: Menelusuri Kebenaran di Balik Tuduhan

Oleh: Dwi Taufan Hidayat Di sebuah kota kecil yang damai, tersebar kabar tentang seorang dai terkenal yang sering muncul di TV dan YouTube. Namanya sering disebut-sebut dalam obrolan warung kopi hingga mimbar masjid. Kabar itu menyebutkan bahwa dai tersebut, sebut...

Antawirya: Nama yang Terlupakan

SORE itu, hujan turun rintik-rintik di halaman Museum Benteng Vredeburg. Seorang pria paruh baya, berpakaian rapi dengan kopiah hitam, berdiri menatap diorama Perang Jawa. Matanya tajam, penuh perasaan yang sulit diterjemahkan. Namanya Satrio, seorang sejarawan yang tengah meneliti sebuah...

CERPEN: Jejak di Hati yang Tak Terlihat

Oleh: Dwi Taufan Hidayat Hujan turun perlahan di sudut kota yang nyaris sepi. Cahaya lampu jalan merayapi aspal basah, memantulkan kelamnya malam. Di sebuah warung kecil di pinggir jalan, seorang lelaki tua duduk termenung, menyeruput teh hangatnya yang...

Cerpen: Es Batu Terakhir di Batavia

Batavia, 1846. Panas menyengat menggantung di langit Batavia. Jalanan berdebu, udara pengap, dan aroma laut bercampur dengan bau keringat manusia yang berlalu-lalang. Di balik jendela kaca Hotel Des Indes, seorang lelaki duduk tenang di sebuah meja kayu jati, jari-jarinya mengetuk-ngetuk...

CERPEN: Satu Detik Terlambat

LANGKAH kakinya gemetar saat memasuki masjid tua di sudut kota. Cahaya lampu temaram berpendar redup, membentuk bayang-bayang di dinding. Udara malam yang dingin seolah menelusup ke tulangnya, menambah gelisah yang sudah mencekam di dadanya. Ahmad berdiri di barisan belakang, memperhatikan...

Latest News

Pengusaha Jepang Perkenalkan ‘RELIVE WEAR’ Sebagai Pakaian Revolusioner untuk Kesehatan

JAKARTAMU.COM -- Seorang pengusaha dari Jepang, Takashi Sasaki, memperkenalkan pakaian fungsional menyesehatkan di Indonesia untuk pertama kali. Produk yang...