Senin, April 21, 2025
No menu items!

Dwi Taufan Hidayat

Di Bawah Pohon Rindang (20-Tamat): Filosofis Ending

Oleh: Dwi Taufan Hidayat Setelah perjalanan panjang yang penuh gejolak, intrik, dan pilihan yang menyakitkan, ibu-ibu pengantar jemput anak itu kembali berkumpul di bawah pohon rindang yang telah menjadi saksi bisu dari semua kisah mereka. Mereka telah melewati banyak...

CERPEN: Takdir yang Menyelip di Antara Kita

Oleh: Dwi Taufan Hidayat Lautan manusia di pusat perbelanjaan Jakarta sore itu tak menyurutkan langkahku untuk menemuinya. Nayla, gadis yang selama dua bulan terakhir mencuri perhatianku. Ia belum genap 20, masih labil, masih bermain tarik-ulur dengan perasaannya sendiri. Aku,...

PUISI: Cahaya Ramadan, Doa di Hari Jumat, 3 Kunci Bahagia

Doa di Hari Jumat Oleh: Dwi Taufan Hidayat Di hari Jumat yang suci dan mulia,Kami bersimpuh dalam doa dan pinta.Ampunilah dosa, sucikan jiwa,Untuk kami, keluarga, sahabat tercinta. Anugerahkan umur penuh makna,Sehat wal afiat, nikmat sempurna.Tuntunlah langkah ke jalan terang,Ridha-Mu cahaya, petunjuk...

Di Bawah Pohon Rindang (19): Pemilihan dan Akhir dari Pertemanan

Oleh: Dwi Taufan Hidayat Matahari pagi itu terasa begitu cerah, namun di bawah pohon rindang, suasana hati ibu-ibu yang biasanya ceria kini dipenuhi ketegangan. Hari yang mereka tunggu-tunggu, hari pemilihan walikota, akhirnya tiba. Suami Lila dan suami Rani kini...

CERPEN: Ijazah yang Tak Berharga

HADI berdiri di depan sebuah gedung perkantoran di bilangan Sudirman, menggenggam map berisi fotokopi ijazah, transkrip nilai, dan berbagai sertifikat pelatihan yang ia kumpulkan selama bertahun-tahun. Wajahnya tampak letih, tetapi ia tetap berusaha tersenyum. Ini adalah wawancara kerja ke-23...

PUISI: Cinta dan Benci di Jalan Ilahi, Bayang Kesombongan

Oleh: Dwi Taufan Hidayat Di relung hati yang paling dalam,tertanam iman, cahaya nan terang.Cinta pada Allah takkan pudar,lebih dari dunia, lebih dari sadar. Cinta tak hanya sekadar rasa,ia terikat pada yang Esa.Mencintai apa yang dicinta-Nya,membenci apa yang dibenci-Nya. Tak kenal, tak...

Di Bawah Pohon Rindang (18): Kebangkitan Dari Keterpurukan

Oleh: Dwi Taufan Hidayat SETELAH serangkaian peristiwa yang mengguncang kehidupan mereka, ibu-ibu itu kini mulai merasakan dampak dari keputusan-keputusan yang mereka buat. Mereka telah melewati banyak ujian—baik dalam hubungan pribadi, ambisi politik, hingga intrik yang hampir menghancurkan persahabatan...

CERPEN: Di Suatu Saat Nanti

1 Di suatu sore yang teduh, Rania melangkah dengan hati penuh kasih, menggandeng tangan kecil kedua putranya yang masih polos. Mereka berebutan memanggilnya, "Dia ibuku!" seolah-olah dunia mereka hanya berpusat pada perempuan itu. Wajah Rania berseri-seri, senyum hangatnya tak...

PUISI: Senyum Hari yang Tersiram Dosa

Oleh: Dwi Taufan Hidayat Doa di Pagi Rabu Ya Rabb, di pagi yang sejuk nan syahdu,Kami mengetuk pintu rahmat-Mu.Ampunilah dosa yang membebani,Dosa kami, orang tua, dan sahabat sejati. Karuniakan umur yang penuh berkah,Sehat jasmani, kuat dalam ibadah.Tuntunlah kami di jalan terang,Jalan...

CERPEN: Menanti dalam Gelap

Oleh: Dwi Taufan Hidayat Hujan deras membasahi atap rumah tua di pinggir desa. Angin menampar-nampar jendela, membuatnya berderik seperti suara rintihan. Di dalam rumah itu, seorang wanita tua duduk di kursi goyang, mengelus-elus boneka bayi dengan penuh kasih sayang....

Latest News

PUISI: Tawakal, Tanpa Ilmu, Pemberontak Abadi, dan Doa di Ujung Senin

Tawakal: Jalan Sunyi Menuju Cukup Bismillahirrahmanirrahim, kuletakkan bebanku di pangkuan langit,Di sanalah harap berlabuh, saat akal dan tenaga mulai sempit.Kepada-Mu...