Senin, April 21, 2025
No menu items!

Dwi Taufan Hidayat

PUISI: Doa, Tak Mungkin Bersatu, dan Pengikis Ikhlas

Doa di Pagi Selasa Oleh: Dwi Taufan Hidayat Di fajar yang bening, langit berdoa,Membisikkan harap dalam cahaya,Ya Allah, Yang Maha Pengasih, Maha Sempurna,Limpahkan berkah di hari Selasa. Teteskan ilmu bagaikan embun,Menyejuk hati, menerangi junun,Rezeki halal mengalir deras,Mengisi hidup dengan tulus ikhlas. Bukakan...

Cahaya yang Tumbuh dari Kehilangan

Malam itu, Ardi duduk di teras rumah kontrakannya yang sederhana. Pandangannya kosong, pikirannya berkecamuk. Surat pemutusan kerja masih tergeletak di meja kecil di sampingnya, seolah mengejek kegagalannya. Sepuluh tahun ia mengabdi di perusahaan itu, tetapi hanya dalam satu keputusan,...

Cerpen: Puputan di Tanah Madura

Oleh: Dwi Taufan Hidayat Malam itu, angin laut Madura berembus kencang, menyapu debu pertempuran yang masih mengambang di udara. Api unggun berkobar di antara barisan tenda pasukan Mataram yang baru saja menjejakkan kaki di tanah Madura. Adipati Sujanapura duduk...

Forza Gamawijaya (3): Kembali ke Urut Sewu

Oleh : Dwi Taufan Hidayat Sungai yang deras menghanyutkan tubuh Gamawijaya, membawanya melewati batu-batu tajam dan ranting-ranting yang mencuat dari dasar air. Dadanya sesak oleh tekanan arus, dan setiap kali ia mencoba mengangkat kepala, gelombang lain datang menghantam. Tubuhnya...

PUISI: Doa, Totalitas Hamba, dan Jejak Iman, Jelang Ramadan

Doa di Pagi Senin Oleh: Dwi Taufan Hidayat Ya Allah, Engkau Maha Pengasih, Maha Penyayang,Pagi ini kami bersimpuh dalam harap dan sayang.Berilah cahaya-Mu di awal pekan yang penuh tantangan,Agar langkah kami terarah, tak bimbang dalam perjalanan. Tuntunlah mata ini melihat yang baik...

Forza Gamawijaya (2): Darah dan Pengkhianatan

Oleh: Dwi Taufan Hidayat Pertempuran yang berlangsung di sepanjang lereng bukit itu menjadi salah satu yang paling berdarah dalam sejarah Perang Jawa. Pasukan Pangeran Diponegoro, yang dipimpin oleh para senopati seperti Gamawijaya, menghadapi tekanan besar dari serangan bertubi-tubi Belanda...

Cerpen: Kritik Tanpa Caci

DI sebuah sekolah menengah di Jakarta, sebuah diskusi kelas berlangsung panas. Pak Arman, guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), meminta murid-muridnya untuk memberikan pendapat tentang kepemimpinan di Indonesia. Suasana kelas yang tadinya tenang berubah menjadi ajang perdebatan seru ketika...

PUISI: Pagi yang Berkah, Keberkahan di Ujung Fajar, dan Fatamorgana Dunia

Doa di Pagi yang Berkah Oleh: Dwi Taufan Hidayat Di pagi AHAD yang berseri,Salam silaturahim menyapa hati,Di antara cahaya asma-Mu yang agung,Kuberdoa, menapaki harapan yang terbungkus. Mulia insan yang membaca bait ini,Bagai embun menyejukkan jiwa yang sepi,Lapangkanlah hati, beri tenang pada raga,Dalam...

Forza Gamawijaya (1): Langkah Pertama Sang Senopati

Oleh: Dwi Taufan Hidayat LANGIT jingga terbentang di atas Urut Sewu, garis pantai selatan yang memanjang dengan deburan ombak tak pernah henti. Laut selatan seolah berbisik, membawa kisah-kisah lama tentang para leluhur yang gagah berani melawan gelombang dan penjajah. Di...

PUISI: Doa Sabtu, Takdir, dan Nafas yang Takkan Kembali

Doa di Pagi Sabtu Oleh; Dwi Taufan Hidayat Ya Rabb, di pagi yang penuh cahaya,kumohon ampun bagi yang bersua,dosa kami, orang tua tercinta,juga sahabat dalam satu rasa. Berikan umur penuh makna,sehat, selamat dalam penjaga,langkah tertuntun di jalan lurus,ridho-Mu tempat kami luruh. Ajari...

Latest News

CERPEN: Tertutupnya Rezeki Seorang Suami

Aku pernah bertemu lelaki seperti Fadli. Seorang teman lama yang semula kupikir hidupnya baik-baik saja. Gajinya besar. Rumahnya besar....