Forza Gamawijaya!
Cerbung: Dwi Taufan Hidayat
Pagi itu, embusan angin dari pesisir selatan membawa aroma tanah basah dan garam laut. Hutan di sekitar Urut Sewu masih berdiri kokoh, menyimpan jejak-jejak perlawanan yang telah berlalu. Namun, kisah tentang Gamawijaya belum benar-benar usai.
Di...
Cerbung: Dwi Taufan Hidayat
MALAM di Kadipaten Ambal terasa lebih gelap dari biasanya. Rembulan bersembunyi di balik gumpalan awan pekat, seakan enggan menyinari tanah yang semakin sarat dengan intrik dan ketakutan. Angin laut berembus kencang, menerbangkan dedaunan kering di...
Cerbung: Dwi Taufan Hidayat
Malam turun dengan kelam di langit Ambal. Angin yang berembus dari Laut Selatan membawa aroma asin yang bercampur dengan bau tanah basah setelah hujan sore tadi. Di sebuah gubuk tua di tepi hutan, Sanggabumi duduk bersila,...
Cerbung: Dwi Taufan Hidayat
Fajar menyingsing di ufuk timur, membasahi hamparan sawah dan ladang di sekitar Kadipaten Ambal dengan cahaya keemasan. Namun, di balik ketenangan pagi, bara perlawanan mulai menyala kembali.
Di sebuah rumah sederhana di tepi hutan, Sanggabumi berdiri di...
Cerbung: Dwi Taufan Hidayat
Malam semakin larut di Kadipaten Ambal. Hujan rintik-rintik membasahi halaman pendapa, menciptakan bayangan kelam yang menari di lantai batu. Di dalam ruangannya yang megah, Adipati Mangunprawira duduk di singgasananya, tetapi tidak ada rasa nyaman...
Oleh: Dwi Taufan Hidayat
Pagi itu, pasar Bocor dipenuhi orang-orang yang datang dengan perasaan campur aduk—antara ketakutan dan duka yang terpendam. Di tengah keramaian, sebuah tiang kayu didirikan. Dan di atasnya, kepala Gamawijaya diletakkan sebagai tanda kemenangan pemerintah kolonial atas...
Oleh; Dwi Taufan Hidayat
Gamawijaya terhuyung, lututnya nyaris tak sanggup menopang tubuhnya yang penuh luka. Napasnya memburu, darah hangat terus merembes dari bahunya yang tertembak. Tapi matanya tetap tajam, menatap Mangunprawira yang berdiri tegak di hadapannya dengan pedang yang...
Oleh: Dwi Taufan Hidayat
Gamawijaya menerjang ke depan, tubuhnya melesat bagaikan bayangan di bawah sinar bulan. Kerisnya berkilat, menciptakan garis-garis tajam yang mematikan di udara. Dalam satu gerakan cepat, ia menebas seorang prajurit Belanda yang mencoba menghalanginya. Lelaki itu tersentak,...
Oleh: Dwi Taufan Hidayat
Malam purnama menggantung di langit, memancarkan cahaya keperakan yang menyusup di antara rimbunnya pepohonan hutan Ambal. Angin malam berembus pelan, membawa aroma tanah basah dan dedaunan yang luruh. Di tengah kesunyian itu, Gamawijaya duduk bersila...
Oleh: Dwi Taufan Hidayat
Gamawijaya berlari menembus hutan Ambal dengan napas memburu. Kegelapan malam dan rimbunnya pepohonan menjadi perlindungan terakhirnya dari kejaran Belanda dan pasukan Mangunprawira. Tubuhnya penuh luka, nafasnya berat, dan darah mengalir dari goresan pedang di punggungnya.
Dari...