Hardiansyah, dosen yang mewakili Universitas Paramadina mengatakan program kemitraan ini mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG), khususnya nomor empat, yaitu pendidikan yang berkualitas.
”Saya sangat mengapresiasi acara ini karena melibatkan anak-anak berkebutuhan khusus dari berbagai usia. Mereka sudah belajar banyak keterampilan yang sangat produktif, seperti membuat sabun, mengolah kertas, dan membuat furnitur industri. Hasil kreativitas mereka sangat mengagumkan,” ujar Hardi.
Menurut Hardi, kegiatan ini juga penting karena mengedepankan inklusivitas. Artinya, tidak ada anak yang tertinggal. Para ABK diberikan kesempatan yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas.
”Kita hanya memiliki satu kesempatan hidup di dunia ini. Bumi adalah tempat kita bersama, dan kita harus menjaga agar bumi menjadi tempat yang lebih baik. Acara ini keren,” kata Hardi.
Farah Ariani, dari Kemendikdasmen menilai kegiatan ini adalah salah satu contoh kolaborasi dan kemitraan yang sudah selayaknya memang diperkuat dalam dunia pendidikan. ”Kementerian dapat membuat kebijakan, tetapi kebijakan tersebut tidak akan efektif tanpa kolaborasi dengan sekolah dan masyarakat, yang melibatkan kampus dan perusahaan.
Menurut dia, banyak orang tua berpikir anak mereka harus mengejar prestasi akademik. Itu sebabnya mereka banyak yang khawatir tentang masa depan anak-anak mereka, terutama yang berkebutuhan khusus.
”Saya berharap acara ini dapat terus memperkuat kolaborasi antara sekolah, keluarga, dan masyarakat. Kemitraan ini penting untuk mengembangkan keterampilan anak-anak berkebutuhan khusus, sehingga mereka dapat mandiri dan berpartisipasi dalam masyarakat. Saya juga berharap perusahaan dan pihak lainnya dapat terus mendukung kegiatan serupa untuk mewujudkan tujuan pendidikan yang lebih inklusif,” tutur Farah.
Ketua Yayasan SLB Rumah Melati Narni Astriani mengaku senang dan bersyukur atas terselenggaranya kegiatan acara perdana dan mendapat perhatian cukup besar dari perusahaan.
”Harapan saya, acara ini bisa menjadi pembuka, bukan hanya sekadar pengenalan, tapi juga berkelanjutan,” katanya.
Sementara Hary Sutanto yang mewakili PT PPLI menilai pelatihan ini relevan dengan pengelolaan sampah yang digeluti perusahaan tersebut. Terlebih, sasarannya adalah usia dini.
”Kegiatan ini sangat tepat. Anak-anak, termasuk ABK bisa menjadi contoh utama dalam mengelola sampah dan memberi inspirasi masyarakat luas,” ujar Hary.