JAKARTAMU.COM | Potongan hadis dari Umar bin Khattab ra yang menceritakan tentang dialog Nabi Muhammad SAW dengan malaikat Jibril tentang Islam, Iman, Ikhsan, dan hari kiamat, ternyata sarat akan pelajaran bagi umat Islam. Dialog dalam hadis itu antara lain sebagai berikut:
Dia berkata: “Wahai Muhammad, kabarkan kepada saya tentang Islam !”
Rasulullah SAW menjawab: “Islam adalah engkau bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan salat, menunaikan zakat, mengerjakan puasa Ramadan, dan melaksanakan haji ke Kakbah kalau engkau memiliki kemampuan.”
Dia berkata: “Engkau benar.”
Kami pun heran padanya, dia bertanya tetapi juga membenarkan. Dia berkata lagi: “Kabarkan kepada saya tentang Iman!”
Nabi SAW menjawab: “Engkau beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, dan hari akhir, dan engkau beriman kepada takdir baik maupun takdir buruk.”
Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar As-Sidawi dalam bukunya berjudul “Syarah 10 Landasan Agama dari Kalimat Nubuwwah” menjelaskan dalam hadis ini, Nabi Muhammad SAW membedakan antara “Islam” dan “Iman”.
Rasulullah SAW mengatakan tentang Islam: “Engkau bersaksi bahwasanya tidak ada sembahan yang berhak disembah melainkan Allah dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan salat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadan, dan menunaikan haji ke Kakbah apabila engkau memiliki kemampuan.”
Sementara itu, tentang Iman, beliau bersabda: “Kamu beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, hari akhir, dan kamu beriman ke pada takdir baik maupun takdir buruk.”
Abu Ubaidah mengatakan dari sini dapat kita ketahui bahwa antara Islam dan Iman ada perbedaan jika digabungkan. Islam untuk amalan lahir dan iman untuk amalan batin. Dan iman lebih tinggi derajatnya daripada Islam.
Oleh karena itu, para ulama berkata: “Setiap mukmin pasti muslim, namun tidak setiap muslim pasti mukmin.”
Mereka juga berkata: “Apabila kata Islam dan iman digabung maka keduanya memiliki makna yang berbeda, namun jika hanya disebut salah satunya saja maka mencakup lainnya, Islam mencakup iman dan iman mencakup Islam.”
Contoh kaidah ini cukup banyak, seperti lafaz Islam dan iman, lafaz al birr dan at-taqwa, lafaz fakir dan miskin, lafaz iman dan amal saleh.
Ibnul Qayyim dalam Risalah Tabukiyyah, berkata: “Ini merupakan kaidah yang mulia. Siapa yang memahaminya dengan baik, maka akan tersingkap darinya berbagai kerumitan yang dialami banyak manusia.”
Contohnya, dalam sebuah hadis Nabi SAW bersabda: “Bebaskanlah dia, karena dia adalah seorang wanita mukminah.” Berarti mencakup muslimah juga.
Lantas, kapan iman dan Islam itu berbeda maknanya? Yakni ketika Islam dan iman disebut bersamaan seperti dalam hadis ini, maka Islam adalah dalam masalah lahir, sedangkan iman adalah masalah batin, seperti juga dalam firman Allah SWT:
Orang-orang Arab Badui berkata: “Kami telah beriman.” Katakanlah (kepada mereka): “Kamu belum beriman, tetapi katakanlah: ‘Kami baru berislam’ karena iman (yang sebenarnya) belum masuk ke dalam hatimu. Jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikit pun (pahala) amal perbuatanmu.” Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS Al-Hujurat [49] : 14)
Iman kepada Allah Taala
Dalam hadis ini juga dijelaskan tentang rukun iman yang enam yaitu iman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, hari akhir, dan takdir yang baik maupun yang buruk.
Iman kepada Allah mencakup beberapa hal: Iman kepada wujud Allah, bahwasanya Allah itu ada. Iman kepada Rububiyyah Allah, bahwasanya Allah yang menghidupkan, mematikan, memberi rezeki, dan lain lain.
Selanjutnya, iman kepada Uluhiyyah Allah, bahwasanya Allah adalah satu-satunya sembahan yang berhak untuk diibadahi. Iman kepada nama dan sifat-Nya, kita menetapkan nama-nama dan sifat-sifat yang ditetapkan oleh Allah dalam Al-Qur’an dan ditetapkan oleh Rasulullah SAW dalam hadisnya yang sahih tanpa membagaimanakan dan menyamakan sifat-sifat tersebut dengan sifat makhluk.
Iman kepada Malaikat
Iman kepada malaikat Allah. Malaikat adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah dari cahaya. Mereka adalah makhluk gaib. Mereka adalah para hamba yang taat kepada Allah, tidak pernah memaksiati Allah.
Adapun iman kepada malaikat Allah mencakup beberapa hal:
- Iman kepada wujudnya malaikat.
- Iman bahwa malaikat memiliki sifat sebagaimana dalam Al-Qur’an dan sunah, seperti bahwa mereka memiliki sayap, tidak seperti pemikiran sebagian orang yang mengatakan bahwa malaikat itu roh tanpa jasad atau simbol kekuatan yang ada dalam diri manusia. Maka ini adalah pemikiran yang sesat dan menyimpang.
- Iman kepada nama-nama mereka seperti dalam Al Qur’an dan hadis: Jibril, Mika’il, Israfil, Munkar Nakir. Adapun yang tidak disebutkan namanya, kita wajib mengimaninya secara global.
- Iman kepada tugas-tugas malaikat karena para malaikat memiliki tugas masing-masing, seperti Jibril menyampaikan wahyu, Mika’il menurunkan hujan, Israfil meniupkan sangkakala. Adapun malaikat yang tidak diketahui tugas-tugasnya secara khusus maka kita mengimani nya secara global.
Iman kepada Kitab-Kitab Allah
Iman kepada kitab-kitab Allah yang diturunkan kepada para rasul-Nya; mencakup beberapa hal:
- Iman bahwa kitab-kitab tersebut benar-benar diturunkan oleh Allah berisi kebenaran dan keadilan sebagai petunjuk bagi umat manusia.
- Iman dengan kitab yang kita ketahui namanya secara khusus seperti Al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa as, Injil yang diturunkan kepada Nabi Isa as, Zabur yang diturunkan kepada Nabi Dawud as. Adapun yang tidak kita ketahui namanya maka kita mengimaninya secara global.
- Membenarkan isi kitab yang ada kepada mereka selama kita tahu kebenarannya dan belum diubah-ubah.
- Beramal dengan isi kitab yang diturunkan kepada kita yaitu Al-Qur’an, rida dan pasrah dengan hukumnya baik kita memahami atau tidak.
Iman kepada Para Rasul
Iman kepada para rasul adalah mencakup beberapa hal:
- Mengimani bahwasanya mereka adalah utusan Allah yang membawa risalah yang benar. Oleh karenanya, barang siapa mengingkari seorang nabi satu saja maka dia mengingkari seluruh nabi, seperti orang-orang Nasrani yang tidak percaya kepada Nabi Muhammad SAW maka pada hakikatnya mengingkari semua nabi, termasuk Nabi Isa, karena dakwah semua nabi itu satu dan sama yaitu mengajak kepada tauhid.
- Mengimani nama-nama mereka yang diberitahukan oleh Allah, seperti Muhammad, Ibrahim, Musa, Isa, Nuh, dan sebagainya. Adapun yang tidak kita ketahui namanya maka kita mengimaninya secara global saja.
- Membenarkan berita-berita yang shahih tentang mereka.
- Mengamalkan syariat rasul yang diutus kepada kita yai tu Nabi Muhammad SAW sebagai nabi paling akhir dan penutupnya. Baca Juga Begini Makna Islam dan Iman dalam Hadis tentang Dialog Rasulullah SAW dengan Jibril
Iman kepada Hari Akhir
Iman kepada hari akhir yaitu mengimani semua yang dikabarkan oleh Allah dan Rasulullah SAW dalam hadis-hadisnya yang sahih mengenai apa yang terjadi setelah kematian seorang hingga surga atau neraka. Hal ini mencakup azab kubur, nikmat kubur, kebangkitan manusia dari kubur, hisab, surga neraka.
Iman kepada hari akhir sering kali diiringkan dengan iman kepada Allah sebagai motivator untuk amal saleh dan meninggalkan dosa, bahkan hari akhir memiliki nama-nama yang cukup banyak lebih dari delapan puluh nama sebagai bukti kedahsyatannya.
Iman kepada hari akhir tidak sempurna kecuali dengan tiga hal:
- Iman dengan kebangkitan manusia;
- Iman dengan adanya hisab dan pembalasan;
- Iman dengan surga dan neraka.
Iman kepada Takdir
Iman kepada takdir baik ataupun yang buruk mencakup beberapa hal:
- Mengimani bahwa Allah mengetahui segala sesuatu secara global dan terperinci;
- Mengimani bahwa Allah menulis semua itu dalam Lauh Mahfuzh;
- Mengimani bahwa semua itu tidak terjadi kecuali de ngan kehendak Allah;
- Mengimani bahwa segala sesuatu tercipta oleh Allah dengan dzatnya, sifatnya, dan gerakannya.