JAKARTAMU.COM | Pada pekan lalu, empat pertemuan langsung telah diadakan antara Amerika Serikat dan gerakan Hamas di Doha. Pihak Amerika mengusulkan kesepakatan parsial untuk membebaskan seorang tentara berkewarganegaraan Amerika yang masih hidup serta empat jenazah. Sebagai imbalannya, Hamas meminta pembebasan ratusan tahanan Palestina. Pihak Amerika setuju untuk membebaskan 250 tahanan, termasuk 100 orang dengan hukuman seumur hidup dan sisanya dengan hukuman berat. Namun, Israel meminta hak untuk menolak 50 nama dari mereka yang dihukum seumur hidup, dan Hamas setuju untuk memberikan hak penolakan maksimal 10 nama. Pada pertemuan keempat, pihak Amerika menarik diri, menyatakan bahwa Presiden Trump menginginkan pembebasan seluruh sandera tanpa kompensasi. Pertemuan berakhir tanpa tercapainya kesepakatan.
Sejak Januari 2025, gencatan senjata selama 42 hari telah berlangsung antara Israel dan Hamas, dengan mediasi dari Mesir dan Qatar. Gencatan senjata ini berhasil menurunkan intensitas kekerasan di Gaza dan memungkinkan masuknya bantuan kemanusiaan. Namun, situasi tetap rapuh, dengan insiden sporadis yang mengancam stabilitas.
Pada 5 Maret 2025, Presiden Trump mengeluarkan ultimatum kepada Hamas untuk segera membebaskan semua sandera dan mengembalikan jenazah tanpa syarat. Trump menegaskan bahwa jika tuntutan ini tidak dipenuhi, akan ada konsekuensi serius bagi Hamas.
Menyusul ultimatum tersebut, Gedung Putih mengutus Steve Witkoff untuk melakukan perjalanan ke Doha pada 11 Maret 2025, guna melanjutkan negosiasi dengan Hamas terkait gencatan senjata dan pembebasan sandera. Ini menandai pertama kalinya pemerintahan Trump terlibat langsung dalam negosiasi dengan Hamas sejak menjabat.
Qatar, sebagai mediator utama, telah lama menjadi pendukung finansial Hamas, dengan total bantuan melebihi $1,8 miliar. Namun, pada Mei 2024, Amerika Serikat mendesak Qatar untuk mengusir pemimpin Hamas dari wilayahnya jika mereka menolak kesepakatan pembebasan sandera dengan Israel.
Saat ini, upaya diplomatik terus berlanjut untuk mencapai kesepakatan yang dapat mengakhiri konflik dan memastikan pembebasan sandera. Masyarakat internasional berharap bahwa negosiasi ini akan menghasilkan solusi yang langgeng bagi perdamaian di Gaza. (Dwi Taufan Hidayat)